Gue bahagia. Sudah tiga bulan ini gue bagaikan hidup diawang-awang, kuliah gue lancar dan punya pacar yang baik banget, banget, banget.
Siapa pacar gue? Ya Mas Kian duh, siapa lagi. Doi membuktikan omongannya untuk selalu ada buat gue. Siap sedia setiap kali gue butuh. Bisa dibilang dalam 24/7, diluar urusan kuliah waktu Kian hanya tercurah buat gue. Asyik gak tuh, hihi.
Kemana-mana dia yang nganterin, urusan apapun mulai dari hal sepele beli pembalut di indomaret sampai ngejar-ngejar dosen di airport demi gue bisa ikut ujian susulan. Sampai tangan gue belang saking seringnya kita kemana-mana naik motor, but its fine. Gue gak peduli meski rambut gue kusut kena angin, cemong gara-gara asap knalpot, ataupun make up luntur karena kehujanan. Gue udah kecanduan dibonceng mas pacar, titik. Enak gitu, bisa mepet sambil peluk-peluk.
Btw, sekarang kita lagi kencan di kota tua dong, gak tahu tiba-tiba Mas ganteng ngajak blusukan kesini, katanya bosen nongkrong di mall mulu, ya bener juga sih, gaya pacaran itu kudu variatif biar gak monoton. Termasuk gue juga harus mengkesampingkan gaya pacaran favorit gue yang pake rumus trigonometri, ituloh seputar Sin Cos Tangen, sini mas ke kos aku kangen.
Rencananya kita mau kencan seharian, dan menghabiskan waktu sampai malam. Kencan merakyat tapi gak mati gaya karena banyak lokasi yang bisa dikunjungi, selain museum-museum, disini juga tersedia jajanan ala street food, kafe-kafe instagramable yang cocok buat foto-foto sambil kongkow romantis bareng pasangan.
Tapi nanti aja nge-kafenya, soalnya kita mau kelayapan ke museum dulu. Seenggaknya ada 5 museum keren di kawasan Kota Tua Jakarta ini, tapi gak semua kita datengin, cuma sempat mampir ke Museum Wayang, dan Museum Seni Rupa dan Keramik.
Bagus semua, tapi gue paling demen yang terakhir, Kian juga, sih. Kita betah berjam-jam mantengin disitu doang. Ternyata kita sama-sama suka lukisan, interior stuff seperti keramik atau gerabah. Apalagi kalau desainnya berbau seni baik itu classic ataupun modern. Ya emang dasarnya jodoh sih, gak heran kalau gue dan Kian itu punya banyak banget kesamaan.
"Ih lucuk!" Setelah melewati studio workshop yang dipakai untuk pelatihan bikin lukisan, gerabah, keramik dan sebagainya, gue lalu ngajak Kian belok ke toko souvenir.
Nemu mug kiyut, sepasang gitu sama piringnya. Ada lagi hiasan keramik bentuk bebek-bebekan, aduh imut banget, ada satu indukan sama tiga anakan.
"Kamu mau?" Kian nanya.
"Beli gak ya?" Gue lagi mikir. Belum selesai jawab, sama Kian udah dibawa ke kasir aja. Dibayarin pulak, huhu iya tahu souvenir begian harganya murah, tapi berhubung Kian yang beliin jatuhnya jadi berharga banget buat gue.
"Makasih," Gue jinjit biar bisa nyium pipi Kian dan dibales sama doi dengan senyum kecil.
Gue seneng, Kian inisiatif gandeng gue duluan sementara tangannya yang lain nentengin paper bag souvenir.
"Foto disitu, yuk, mas?" Gue narik lengan Kian setiap kali nemu spot keceh.
"Tadi kan udah."
"Disini kan belum." Gue rugi kalau gak foto-foto disini. Menurut panduan mbah gugel, rumah akar itu salah satu bangunan paling fotogenik. "Halo boy, boleh minta tolong fotoin kita?"
Gue minta bantuan ke salah satu bocah berseragam SMP yang lagi nongkrong disitu, pasti lagi pada bolos, tuh. "Boleh, Kak."
Setelah gue sodorin hape, gue mundur sampai mentok dan berpose alay disebelah Kian.
"Fotoin aja terus," Kian ngasih isyarat suruh motoin kita lagi, si bocah cuma iya-iya aja.
Etapi gue kaget, tahu-tahu badan gue diangkat sama Kian sampai kaki gue gak napak tanah, otomatis gue jerit dong. "Kiaann!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH
FanfictionTELAH TERBIT VERSI LENGKAPNYA DALAM BENTUK EBOOK DI GOOGLE PLAYSTORE!! 'Gue ogah punya pacar giveaway, mending nikung lebih kelihatan ada usahanya' - Kirana Azalea