Grey Area (7)

244 12 0
                                    

Sampai kamar aku kembali berbaring, kembali terbayang wajah Harry. Hanya saja penisku tak lagi tegang. Aku meraih HPku sekadar untuk mengecek pesan. Tak ada satupun pesan yang masuk. Sejak putus dengan Harry HPku kembali seperti semula sebelum aku mengenalnya. Sepi sunyi seperti kuburan. Inboxku cuma dipenuhi sms dari teman kerja yang membahas kerjaan. Hana terkadang mengirim SMS dan bercerita soal Febri. Karena bosan aku menanggapinya dengan dingin dan mengatakan dia mempunyai bakat 'MT'. Sejak saat itu dia tak lagi bercerita tentang Febri. Bahkan berjanji tidak akan memikirkannya. Namun aku berani bertaruh Hana tidak akan konsisten dengan omongannya, cepat atau lambat mereka akan jadian. Lalu jika aku mengatakan Hana tidak konsisten, apakah aku sendiri konsisten? Aku sudah mencoba melakukan yang terbaik selama 2 bulan. Dan sekarang, konsistensiku sedang diuji oleh sebuah mimpi.

Aku membaca kembali pesan terakhir darinya. Seharusnya jika memang berniat meninggalkannya, aku langsung menghapus pesannya dan juga nomornya dari HPku. Faktanya aku masih menyimpan semuanya. Waktu itu aku tak menyangka dengan respon yang dia berikan. Saat kukira dia akan marah, dia justru membalasku dengan sangat bijak. Dia berkata bahwa hakku aku ingin menjadi seperti apa, bahkan dia berdoa aku bahagia dengan pilihan yang aku buat. Aku tak yakin Tuhan mendengar doa orang sepertinya, tetapi aku suka caranya menjawab. Aku merasa begitu dihargai olehnya. Dan bicara soal pilihan, mimpi tadi aku sama sekali tak memilihnya. Jadi apa yang aku harus pilih saat ini?

"Hai, pulang kuliah jam berapa?" Satu pesan telah terkirim untuknya. Aku tak mau berbasa-basi. Aku merindukannya, aku ingin menemuinya. Persetan jika pada akhirnya Harry mengangapku munafik. Satu, dua menit berlalu tanpa ada balasan darinya. Sampai akhirnya ibu kembali berteriak menyuruhku mandi. Ada dua kemungkinan di sini, pertama Harry memang tak ingin menemuiku, kedua, Harry sedang sibuk. Jika sampai siang tidak membalas, berarti memang dia tidak mau menemuiku. "REAN!!!" "Iya," jawabku. Jika ibu sudah berteriak dua kali, aku harus cepat-cepat menuruti perintahnya. Karena jika ibu sampai berteriak 3 kali, bisa berakibat fatal.

Ketika kubuka keran shower kamar mandi, aku kembali teringat Harry. Suara gemercik air mengingatkanku pada mimpiku. Seandainya itu nyata, atau setidaknya kami bisa mandi bersama. Pasti sangat menyenangkan berciuman di bawah shower. Aku bisa menikmati indah tubuhnya, mengosoknya hinga bersih dan harum aga bisa kuciumi sepuasnya.

"SHIT!!!" teriakku sambil menghantam dinding. "Ayolah Rean, realistis. Itu Cuma mimpi. Harry dah gam au kenal kamu," kataku pada diri sendiri. Cepat-cepat aku menyelesaikan mandiku sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dan juga untuk menghidari ibu mengomel karena terlalu lama menungguku.

Selesai mandi ternyata ada satu pesan dari Harry. Hatiku begitu gembira, sampai aku melonjak kegirangan. Hingga akhirnya aku sadar bisa saja itu berisi sebuah penolakan atau bahkan sebuah makian. Aku kembali hening menatap layar HP. Untuk mengetahui jawabannya taka da cara lain selain membukanya. "Apapun responnya aku sudah siap." Aku memantapkan hatiku. Setelah kutekan tombol 'baca' aku sedikit menjauhkan HP dari pandanganku. Baru kemudian kugeser pelan-pelan ke arahku hingga bisa terbaca. Hanya ada dua kata tertulis di layar. "Kangen ya?"

Pertanyaan itu bisa bermakna banyak hal. Bisa jadi dia sedang menyindirku. Mungkin kalimat yang sebenarnya seperti ini,"Dasar homo muna, lagi pengenkan?" Atau bisa jadi seperti ini, "Dah lah homo, homo aja, gas ah banyak bacot pengen tobat." Sejujurnya aku merasa malu menemuinya.

"REAN!!!!" kembali ibuku berteriak. Sudah setengah sepuluh lebih. "BENTAR!!!" kali ini aku balik berteriak. Jam besuk sampai jam 12, tak masalah kami berangkat agak siang. Sekarang aku harus memikirkan jawaban apa yang harus kuberikan.

"Semalam aku mimpiin kamu, jadi pengen ketemu," kataku apa adanya. Rasanya aku ingin menangis. Aku tak tahu apa yang terjadi dengan diriku. Harry segera membalas SMSku.

"Aku pulang jam 3 J, kalau udah di kos aku SMS lagi, aku masuk dulu ya. :* "

Kisah Sunyi Dunia PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang