SEPULUH

5.8K 418 10
                                    

Suasana kediaman Jeana mulai ramai saat keluarganya menyambut kedatangan keluarga Andra. Meski hanya keluarga dekat saja yang diundang, acara lamaran ini masih bisa di bilang cukup ramai.

Jeana menghela nafas sedikit kesal saat beberapa rombongan keluarga Andra membawa beberapa hantaran. Jeana sudah melarang Andra untuk membawa aneka barang hantaran di acara lamaran, tapi sepertinya Andra memang sangat keras kepala.

"Gugup?" tanya Julian dengan suara pelan.

"Nope. Aku merasa kesal dengan Andra." jawab Jeana tanpa menoleh pada Julian yang kebingungan.

"Selamat datang Om Lukman." sapa Julian saat mendapati Ayah Andra sudah tersenyum dan mengulurkan tangan.

"Mungkin itu yang disebut bridezilla? Suka sebel sama calon mempelai gitu." Julian berbisik, membalas kalimat Jeana setelah mempersilahkan keluarga Andra masuk ke dalam rumah.

Mendengar ucapan Julian, Jeana mendengus keras. Mana ada! Batin Jeana sebal. Ia memutuskan untuk berbalik dan mendekati Val di dapur yang sedang menikmati bakso jamur, salah satu menu makanan dari Joyganic. Gadis dengan kebaya broken white dan bawahan batik itu tersenyum menyambut kedatangan Jeana.

"Hai calon manten. Ngapain lau kedapur?" goda Val. Kembali Ia masukan sebutir bakso kedalam mulutnya. "Kuhshut ahmhat." lanjut Val dengan mulut penuh bakso.

"Gue butuh air es buat padamin kebakaran di otak." Jeana membuka pintu kulkas dan langsung meneguk air dingin dari botolnya. Hal itu sukses mengundang pelototan dari Val.

"Dasar orang cantik, nggak sayang tuh sama lipstik?" Val adalah pecinta aneka pewarna bibir. Ia mengoleksi seluruh jenis pewarna bibir dari berbagai merk. Dan Dia akan melotot saat melihat orang lain tak bisa woles memasukan apapun lewat bibir ber-pewarna itu.

"Gue lebih sayang sama topi-topi gue." balas Jeana setelah menandaskan setengah botol air dingin.

Mereka berdua menoleh saat salah satu adik Ayah Jeana memanggil untuk kedepan. "Iya, Tante. Jean rapihin dulu lipstiknya."

Val mencibir. "Telen aja tuh ludah yang baru dilepeh."

¤¤¤

Suara tepuk tangan menggema saat Jeana dan Andra selesai bertukar cin-cin. Menarik kedua sudut bibir untuk mengabadikan momen pertunangan mereka. Senyum Jeana langsung surut saat sang fotografer menurunkan kameranya seraya mengacungkan jempol.

"Saya buat kesalahan?" tanya Andra setelah mereka berhasil melipir ke ujung ruangan dengan alasan ingin mengambil minuman.

"Kamu merasa buat kesalahan tidak?" tanya Jeana balik. Ia menegak segelas air sirup sampai tandas.

"Sepertinya, iya." Andra mengerjap gugup. Sejujurnya Ia sendiri belum menemukan titik kesalahanya.

Sebelah tangan Jeana meraih sebuah gelas dengan cairan merah yang sama dengan yang Ia teguk barusan. Saat gelas itu sudah sampai di depan wajahnya, Andra menarik pelan gelas itu. "Jangan soda, Jean." bisiknya saat Andra kembali meletakan gelas berisi cairan merah itu.

Andra menarik tangan Jeana menuju teras samping yang menghadap pada aneka tanaman hidroponik. Disudut kanan taman ada sebuah bangku besi panjang dibawah pohon bunga kamboja. Andra mengajak Jeana untuk duduk disampingnya.

"Apa ini masalah hantaran?" tanya Andra langsung.

"Hm."

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang