2-Selamat
SEPERTI si jahat dan si baik, Ana dan Noah berjalan berdampingan dengan Mr. Crison memimpin. Ana terus saja mencibir Noah yang tidak jelas tingkahnya sementara Noah entah kenapa merasa lucu dengan tingkah Ana sehingga selalu ingin tertawa dan menggodanya.
Jika tadi Ana dan Noah tidak tahu akan dibawa kemana oleh Mr. Crison selaku kepala sekolah, maka sekarang mereka tau.
Ruang kepala sekolah.
Mr. Crison menarik kursinya dan duduk. Tangannya menopang dagu memperhatikan 2 murid barunya yang terlambat. Mereka terlihat cocok di mata kepala sekolah SMA Angkasa itu. Wajah jutek dan galak Ana dibandingkan dengan wajah tengil dan sumringah Noah.
"Bisa jelaskan kenapa kalian telat?" tanya Mr. Crison.
"Andreana ... juga, kenapa seragamnya kotor?"
"Seragam saya kena cipratan becek, Pak, jadi kotor," jawab Ana tanpa menyalahkan cowok di sebelahnya yang faktanya dialah pelakunya.
Noah terkekeh tanpa alasan.
"Hmm, cuma kotor doang, sih. Gak ada sisa air," ujar Mr. Crison.
"Iya gak ada, Sir. Udah saya beliin seragam baru," sambar Noah.
"Hah?" Refleks Ana.
Noah menyikut Ana yang berada di sampingnya. Ana tersentak melirik ke arah Noah, bingung.
Kemudian sebuah suara bariton terdengar bersamaan dengan angin berhembus berbisik
"Iya kan?" Noah berbisik.
Ana paham akhirnya, ia mengangguk gesit takut Mr. Crison curiga.
"Oke, oke saya percaya. Karena kalian telat, dan pengumuman pembagian kelas juga udah kalian lewatkan ... jadi saya langsung kasih tau aja, ya.
"Kelas X-IPS1 untuk Ana dan... XII-IPS2 kelas Noah," Ujar Mr. Crison akhirnya.
Ana membuang napasnya lega, selamat selamat.
"Pertama kalian telat saya catet, ya. Besok-besok jangan telat lagi. Nanti buku kasus penuh, belinya pake duit soalnya," ujar Mr. Crison.
"Iya, Pak."
"Yes, Sir."
"Apa sih kamu." Mr. Crison menatap Noah.
Ana menggeleng seraya menatap tak percaya pada Noah. Berani sekali dia, ckckck.
"Udah boleh keluar, Sir?" tanya Noah.
"Silakan." Mr. Crison memperbolehkan.
"Kuy!" Noah berbalik dan hendak keluar ruang kepala sekolah.
"Ayo, Anaconda," ajak Noah.
"Anaconda, anaconda," ketus Ana dan berjalan mendahului Noah.
"Panggilan sayang dari gue tuh Anaconda," sahut Noah yang tertinggal di belakang.
"Noah cepet pergi deh, Om pusing di mana-mana denger suara kamu," ujar Mr. Crison dari kursinya. Noah berbalik.
"Kalo masih bisa denger artinya gak budeg, Om," balas Noah cengar-cengir.
"Kamu suka ya sama cewek tadi?" tuding Mr. Crison tersenyum menggoda.
"Jadi perbincangan keluarga besar Ron kayaknya enak, nih," ujar Mr. Crison lagi.
Noah memutar bola matanya lalu menaikkan tali tasnya yang melorot kemudian kabur dari pertanyaan-pertanyaan menyebalkan Mr. Crison.
Menyebalkan atau tidak bisa dijawab, ya?
***
"Kenalan yok, cewek!"
Dapat dilihat dan diakui bahwa murid-murid di SMA Angkasa ini wajahnya diatas rata rata semua. Termasuk cowok yang berdiri dengan senyum lebar di hadapan Ana.
Jangan tanya dimana Ana sekarang, dia ada di kelas X-IPS1 ya di kelasnya. Tapi lihat, isinya hanya geng pembully, beberapa murid perempuan tampaknya berasal dari sekolah SMP yang sama jadi sudah mengenal satu sama lain.
Ana hanya mengenal Noah dan Sherina, tapi Sherina sedang berada di kantin sampai saat ini, mungkin sebentar lagi cowok di depannya akan dikenalnya
"Halo Andrea?" Biru berusaha melihat name tag di sebelah kiri seragam Ana
"Eh, iya. Ana." Ana tersenyum hangat melihat Biru yang tampak ramah.
"Nama gue Biru," ujar Biru.
Di kursi pojokan kerumunan geng Daxion. Nama geng Noah, Biru, Oka, dan Winji yang sengaja berada di kelas Ana. Noah melirik tajam kearah Biru lalu ...
"JANGAN DIGEBET WOY, PUNYA GUE ITU!" kesal Noah gemas.
Biru tertawa keras. Biru memang senang menjaili teman temannya, terutama si Noah ini
Ana kaget, apa katanya? Punya dia?
Ana berbalik badan menjauh dari kelas menyembunyikan ekspresi kesal sekaligus malu. Malu lah tentu saja! Kelas ramai, Noah dengan tidak jelasnya berteriak menyatakan dirinya adalah milik Noah? Mimpi!
[REVISI]
KAMU SEDANG MEMBACA
Official [SELESAI - REVISI]
Teen Fiction[TAHAP REVISI - ROMBAK] My 1st story Ini adalah tentang dia, yang datang dan menjadi segalanya. Dia, yang membuatku sempurna, namun pergi saat aku semakin mencintainya. Ini adalah tentang dia, yang punya 1001 cara meluluhkan, dan punya lebih dari 1...