"Paman ..... bibi...........". Can berlari masuk kerumah utama keluarga medhtanan mencari tuan dan nyonya medhtanan.
"Aw.... tuan muda can, sstts...... jangan berisik tuan muda. Sedang ad .....". Salah satu asisten rumah tangga dirumah itu berusaha mengingatkan can bahwa sedang ada keluarga medhtanan lainnya bertamu dirumah itu.
Belum sempat asisten rumah tangga itu bicara, can sudah berlari mencari paman dan bibinya.
Saat ini dia sangat bersemangat dan tidak sabar menunjukan hasil ujian akhirnya, yang kali ini rata rata didominasi oleh nilai B dan hanya ada satu C. Dia ingin melihat ekspresi kedua orang tua tin dahulu, jika menurutnya mereka terlihat bangga maka dia akan menunjukannya pada tin. Yah, tin belum tau hasil akhir nilai can.
"Paman ... bibi..... lihat apa yang can bawa....., ouch...........". Karena terlalu bersemangat can terjatuh. Can sudah berlari sejak dari kampusnya mencari taxi menuju rumah utama keluarga medhtanan, dan setelah tiba didepan gerbang rumah besar itu dia langsung berlari kencang, itu sebabnya saat ini lutut lemahnya terbebani dan dan dia terjatuh.
"Oh astaga!". Teriak kaget salah satu pegawai rumah tangga dirumah itu ketika mendapati can tersungkur. "Tuan muda can....!!! Oh tuhan, berhati hatilah tuan muda. Jika terjadi apa apa dengan anda. Kami bisa dalam masalah besar". Pegawai perempuan itu kemudian membantu can berdiri.
"Hehehe.... tenang saja bi. Aku yang salah karena terlalu bersemangat". Can melemparkan senyuman manis pada pegawai rumah tangga itu dan kemudian pegawai itu pergi setelah memastikan can baik baik saja.
Can melirik ke arah taman dan mendapati tuan dan nyonya medhtanan bersama dengan tamunya mulai berjalan bersiap masuk kembali kedalam rumah.
Can merencanakan sesuatu!.
Dia bersembunyi dibalik gorden biru gelap yang menghiasi kaca rumah itu. Can berencana akan mengagetkan tuan dan nyonya medhtanan ketika mereka melewatinya.*step* *step*
Can tersenyum. Dia bisa merasakan suara kaki mendekat dan bersiap siap untuk meloncat mengagetkan dua orang yang saat ini paling dihormatinya di dunia.
"Satu....., dua......., ti....". Bisiknya pelan ingin mengagetkan mereka. Namun sayangnya, niatnya gagal ketika can mendengar namanya terucap dari mulut tuan medhtanan.
"Can sudah tidak memiliki keluarga didunia ini. Dia hidup sebatang kara sebelum bertemu tin dan menjadi bagian dari keluarga kami". Ucap Tuan Medhtanan.
"Oh... begitu. Mengenai alasanmu menjadikannya bagian dari keluarga utama medhtanan, apa dirasa tidak terlalu berlebihan? Maksudku, Jika hanya karena kasihan, kau cukup memberikannya beasiswa kan maksudku..... ". ~Sepupu tn. Medhtanan berkata sedikit tidak suka.
"Bagaimana harus kujelaskan pada mu? Ini tidak semudah yang kau katakan!".
"Tsk...., aku sudah menduga dari dulu, suatu hari nanti akan datang saat dimana kau dimanfaaatkan orang lain karena kebaikan mu dan rasa kemanusiaanmu yang tinggi. Bagaimana bisa kau mengekang anak bungsumu hanya karena orang asing?, dan yang kita bicarakan saat ini adalah tin! Anak jenius yang menjadi kebanggaan keluarga kita! Kau tidak bisa memaksanya menjalani hidup dengan orang yang tidak selevel dengannya! Dan jangan tanya ini semakin tidak masuk akal karena anak itu adalah laki laki! Apa kau tidak ingin menggendong cucu dari tin?". Sambunh sepupu tn. Medhtanan lagi.
"Bicara apa kau?! Pemerkosaan bukanlah masalah sepele! Jika aku tidak melakuakan semua yang kau katakan, tin akan tumbuh menjadi sosok brengsek! Tidak akan kubiarkan keturunan medhtanan menjadi sosok seperti itu!".
"Benar yang kau katakan sayang. Keputusan kami sudah bulat dan tidak ada yang salah dengan semua ini. Lagi pula can adalah anak yang baik dan ceria. Semenjak ada can, rumah kami menjadi lebih hangat". Ny. Medhtanan juga mendukung suaminya.