Chapter 2: Autumn in Japan

4.4K 710 63
                                    

Fukuoka, Jepang.

Di bulan November, memasuki akhir musim gugur di Jepang. Suhu udara terasa semakin menurun. Hampir di seluruh taman-taman kota, setiap warga Jepang maupun turis dapat menikmati momiji. Iya, di momen inilah setiap orang dapat menikmati transformasi warna dedaunan yang akan berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Pemandangan yang biasanya hanya dilihat melalui lukisan, dapat dilihat dengan nyata jika berada di negara empat musim.

Jepang salah satu negara di dunia yang mengalami empat musim. Berbeda dengan Indonesia—tempat dimana Jeongwoo tinggal sekarang.

Di Indonesia, setiap warganya hanya dapat merasakan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Sementara siapapun yang tinggal di Negeri Sakura ini dapat merasakan 4 musim: musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin.

"Udah siap, sayang?"

Haruto yang tengah mematut dirinya di cermin lantas menoleh menatap wanita yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Ia lantas mengangguk, sekali lagi merapihkan bajunya sebelum mengekor di belakang wanita tersebut.

Samar-samar terdengar suara tapak kaki yang semakin berjalan mendekat. Anak perempuan berambut panjang dengan poni yang menutupi dahinya tampak antusias untuk perjalanan kali ini. Ia tersenyum lebar ke arah Haruto.

"Ayo, Kak." Ajak Airi, adik Haruto.

Haruto mengangguk. Ia hanya bisa pasrah ketika tangannya ditarik oleh gadis itu sampai ke halaman rumah. Di belakang mereka, Kaori hanya bisa menggeleng sambil tersenyum menyaksikan kedua anaknya.

Haruto dan Airi naik ke dalam mobil bagian tengah. Sementara Ayahnya sudah menunggu sejak tadi di dalam mobil. Kaori membuka pintu depan mobil bagian kanan lalu menutupnya kembali. "Udah lengkap semua 'kan?"

"Udah, Bun." Sahut Ayah Haruto.

"Yaudah jalan deh, Yah." Instruksi Kaori yang disambut dengan anggukan kepala dari suaminya.

Keluarga Watanabe melakukan perjalanan menuju Osaka. Jarak antara Fukuoka dengan Osaka kurang lebih terbentang sejauh 612 km, dapat ditempuh selama kurang lebih 7 jam jika menggunakan kendaraan pribadi. Ini bukan kali pertama keluarga mereka melakukan perjalanan ke kota lain di Jepang, terlebih Osaka. Namun, perjalanan darat yang dilalui itu tentu akan terasa melelahkan.

Sepanjang perjalanan Haruto hanya terdiam dengan earphone yang menggantung di kedua telinganya. Alunan lagu menjadi teman setia perjalanannya. Berbanding terbalik dengan Airi, adiknya, gadis itu justru menatap ke luar jendela. Seakan tak ingin melewatkan pemandangan kota yang mereka lewati. Sementara Ayah fokus menyetir, Ibu Haruto memilih untuk mendengarkan radio yang terputar di dalam mobil.

Mereka sekeluarga berniat untuk tinggal selama beberapa waktu di Osaka, karena ada beberapa hal yang orangtua Haruto harus urusi disana. Meski perjalanan menggunakan shinkansen lebih cepat dari Fukuoka tujuan ke Osaka, namun akhirnya mereka memilih untuk mengungsi sementara menggunakan kendaraan pribadi seraya berniat menikmati akhir musim gugur di Osaka.

Haruto melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul 8. Tujuh jam waktu yang akan ditempuh olehnya, itu berarti sekitar pukul 3 sore mereka baru akan sampai di Osaka. Mungkin hari ini dia tidak akan jalan-jalan di Osaka, karena perjalanan panjang ini cukup melelahkan pastinya.

"Bun, Matsui mana?!" Tanya Airi panik ketika menyadari boneka kesayangannya tidak terlihat keberadaannya.

Kaori menatap putrinya dari kaca spion mobil bagian tengah. "Loh, mana Bunda tau. Kamu udah masukin belum ke mobil?"

Mata Airi menelisik ke seisi mobil, mencari keberadaan Matsui. "Ih, gak tau, Bun. Aku lupa..."

"Kak, liat Matsui gak?" Airi bertanya, namun Haruto tak membalas. Lantas tangannya segera mencopot sebelah earphone kakaknya. "Kak, Haru!"

Arunica [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang