prolog

52 10 0
                                    

Jangan lupa vote and commen
Typo berterbaran.

¤¤¤¤

Saat ini bulan tengah mengalah dengan matahari, bintang pergi mengikuti bulan.

Sinar mentari memasuki celah celah jendela pintu kamar seorang gadis.

Mengusik ketenangan, mengusik mimpinya, mengusik dari tidur tenangnya.

Bangun pagi menurut sebagian orang, Sulit.

Begitupun dengan gadis yang masih di dalam kekungan selimut tebal.

Kring kring kring

Jam Alarm berbunyi nyaring, si empu mulai mengumpulkan nyawanya yang sempat terbawa ke alam bawah sadarnya.

"Hm, jam 06.00"gumam gadis tersebut.

Berjalan gontai menuju kamar mandi dan bersiap siap ke sekolah yang hampir 3 tahun menemaninya.

Setelah liburan Penilaian Akhir Semester, membuat sebagian murid malas untuk menuntut ilmu lagi.

Salah satunya  bocil, namun jika ia menjadi siswi malas dan tidak lulus maka ia akan kesusahan dikemudian hari karena warisan orang tuanya akan hampir habis.

Tanpa pembantu, untuk menghemat pengeluaran.

Dan seperti biasa tanpa sarapan ia berangkat menuju sekolah tercintanya.

Bocil memang tidak populer, normal.

Namun, sifatnya lumayan tertutup dan kurang suka dengan orang baru.

Berjalan menuju kelas tercintanya yang ia tinggalkan hampir satu bulan.

Ketika masuk ke kelas, sudah hampir sebagian siswa sudah datang.

Duduk di tengah sebelah kanan barisan nomer tiga.

Hampir barisan terakhir namun ini yang ia sukai tidak mencolok dipenglihatan guru.

"Baru dateng lo?"tanya Lala, teman satu bangkunya.

"Menurut lo?"ujar bocil dengan nada malas, sudah jelas ia  baru sampai masih aja ditanyakan dasar +62.

"Ada pr gak hari ini?"

"Ada"jawab bocil

"Loh, pelajaran apa, anjir gue gak tau"

"Fisika"

"Hehehe" cengenges Lala, dengan mata yang diimut imutkan

"Nih, buruan"ujar bocil, menyodorkan buku pr nya.

"Uluh uluh, thank ya, sahabat gue peka amat sih"puji Lala sambil menulis jawaban.

Bocil tidak menyahuti, gimana gak peka kalau hampir setiap ada pr selalu saja begini, untung sayang.

Membuka ponsel kesayangannya yang menemani ia dari kelas X.

Membaca notif notif yang muncul dan sesekali membalas.

Tidak terasa sekarang pukul 07.00, pelajaran pertama, fisika.

Kebal ia dengan hitung menghitung.

Untung guru yang mengajar tidak begitu galak, masa bodo dengan muridnya.

Jika ingin mendengarkan ya silahkan kalau tidak ya biarin, mau bodoh atau pintar gak bakal ngaruh kan dengan gurunya nanti, tugasnya cuman mengajar.

Untung saja teman sebangkunya pintar, Lala, ya dia mendapat peringkat satu dikelas namun sayangnya ia termasuk kejajaran murid malas, dia hanya mendapat mukjizat di beri otak cerdas.

Kan kalau dirinya tidak mengerti bisa tanya dia.

¤¤¤¤¤

Jam istirahat, lonceng berbunyi dengan keras, murid berhamburan keluar kelas memadati kantin.

Bocil berjalan dengan Lala sahabat dari smp hingga sekarang dan semoga selamanya.

Mencari tempat duduk yang tersisa sedikit.

"Lo mau makan apa?gue pesenin"ucap Lala

"Pumpung baik hati lo, kesurupan?"

"Enak aja, gue baik salah, gue jahat salah, mau lo apa si cil, bingung gue, beruntung tinggal satu meja jadi gue mau mesenin"
Cerocos Lala

"Oh, nasi goreng sama es teh,"

"Heh!, mana uangnya"

"Loh, gue kira gratis"ujar Bocil sambil senyum menggoda.

Lala memutar matanya, jengah dengan sahabatnya ini, udah dikasih hati tambah minta jantung

"Gak, mana"tagih Lala

"Nih"ucap bocil sambil memberikan uang hijau, 20.000 ribu.

"Tunggu sini, tempat gue jagain"

"Oke oke"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BocilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang