Kini Nara berada di rumah sahabatnya. Setelah Nara memutuskan pergi dari rumahnya dia bingung untuk tinggal dimana malam ini. Narapun berfikir untuk menginap dirumah sahabatnya, Anggi.
Sebenarnya Nara tidak enak untuk datang ke rumah Anggi apa lagi malam-malam. Tapi keadaan yang membuat Nara terpaksa datang dan mengabari Anggi.
"Lo ada masalah apa lagi si Na? sampe harus pergi dari rumah," tanya Anggi dengan nada khawatir. Nara diam, haruskah Nara menceritakan semuanya kepada Anggi.
Anggi tau kenapa Nara diam, Nara belum siap untuk menceritakan semua masalahnya kepada dirinya.
"Okey, ga papa kalo Lo belum siap cerita ke gue apa masalah lo, sekarang mending lo tidur," Kata Anggi, Anggi mengerti perasaan Nara bagaimana. Jadi Anggi tak memaksakan Nara untuk menceritakan apa yang terjadi.
"Lo tidur duluan aja gi." Nara berucap lesu, sebenarnya Nara sudah lelah dan ingin tidur. Tapi entah kenapa saat matanya terpejam semua kata-kata papa nya selalu terngiang.
"Na, besok Lo harus sekolah. Sejenak aja lo lupain masalah lo." Anggi hanya khawatir dengan kondisi Nara.
"Lo harus mentingin juga kondisi tubuh lo, bunda lo juga pasti sedih ngeliat anaknya kaya gini, lo ga maukan bikin bunda lo sedih disana?" perkataan Anggi diakhiri dengan pertanyaan yang membuat Nara akhirnya tidur.
Anggi kasihan dan sedih dengan keadaan sahabatnya. 20 menit yang lalu Nara datang dengan keadaan yang sangat kacau. Mata yang sembab dan membawa koper besar membuat Anggi bertanya-tanya mengapa Nara datang di jam yang seharusnya digunakan orang-orang untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Tapi Nara, dia datang dengan membawa koper besar membuat Anggi bingung.
Setelah tau maksud kedatangan Nara. Anggi pun tak masalah untuk mengizinkan Nara menginap dirumahnya.Anggi tau hubungan Nara dan papa nya memang sedang tidak baik tapi Anggi tidak tau masalah yang terjadi sebenarnya. Anggi hanya berharap Nara bisa berbagi Kelu kesah kepadanya agar Nara tidak merasakan sedih sendiri.
☕☕☕
Pagi ini Nara merasakan kembali kehangatan dari sebuah keluarga, Mama dan papa Anggi begitu menerima kehadiran Nara, malah mereka berdua memaksa Nara untuk menginap lebih lama. Nara senang tapi Nara juga tidak ingin merepotkan keluarga Anggi.
"Iya Na, lo nginep lebih lama lagi juga ga papa. Malah gue seneng," kata Anggi dengan senyuman yang menular ke Nara. Nara hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan sahabatnya.
"Yaudah ma, pah. Anggi sama Nara berangkat sekolah dulu yah." pamit Anggi dan tak lupa mencium tangan kedua orang tuanya diikuti oleh Nara.
Kini Nara dan Anggi sudah berada di rooftop sekolah, 5 menit setelah mereka tiba di Sekolah kedua sahabat itupun memutuskan untuk langsung pergi menuju rooftop.
"Gi, sorry ya kalo gue ngerepotin lo semalem, gue dateng disaat bukan waktunya untuk bertamu." Nara memulai pembicaraan dengan Anggi.
"No problem kali Na, kaya sama siapa aja." Anggi berucap sambil tersenyum.
"Gue ga enak aja sama lo, apa lagi sama Tante Vera dan Om Tian." Anggi melihat raut tak enak dari wajah Nara. Nara memang tipe orang yang tidak ingin merepotkan orang lain. Bahkan kepada sahabatnya sendiri.
"Ga usah merasa ga enak Na, bahkan Mama papa gue berharap lo tinggal lebih lama lagi. Gue juga seneng lo tinggal dirumah gue." Anggi meyakinkan Nara. Nara berdiri menghampiri Anggi yang tengah berdiri di dekat pembatas rooftop.
"Makasih gi, gue berharap lo tetep jadi Anggi yang gue kenal. Gue ga tau lagi harus gimana kalo ga ada lo." Nara memeluk Anggi dengan mata yang berkaca-kaca. Nara melepaskan pelukannya dan matanya kini menatap ke arah lapangan basket. Di sana terdapat orang yang Nara cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Dari Kopi [ Proses Revisi ]
Fiksi RemajaJudul awal: a glass of coffee filled with dreams Nara Alviva, harus menghadapi perubahan papa-nya karena kedatangan wanita yang begitu Nara benci, ia juga harus mewujudkan impian almarhumah bunda-nya disaat ia mengidap penyakit yang mendiagnosa bahw...