Prolog (Revisi)

5.4K 203 19
                                    

Sarada POV

.

Tringg!

.

Tringg!

.

"Kenapa kau menyerang ku? Bukankah kita sama-sama terinspirasi dari orang yang sama" Aku kembali melihat kejadian pertarunganku dengan Kawaki. Dari iris matanya menatap diriku dengan pandangan datar.

"Jangan samakan aku denganmu! Nanadaime tidak pernah ingin melihat dirimu yang sekarang! Maka dari itu, hentikan semua ini Kawaki!" Teriakku menggema, desa yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Sejak kematian Nanadaime, Konohagakure menjadi kacau. Tangisan, kebencian, air mata menghantui kita selama sebulan lamanya. Dan pemuda di depanku merasa jika mengakhiri semuanya adalah pilihan yang terbaik.

"Naif sekali, kau berkata seperti itu... Karena kau sama sekali tidak merasa kehilangan!"

.

.

Jleb!

.

Mataku membelak, aku tidak bisa membaca pergerakannya. Ia sangat cepat. Aku dapat merasakan darahku merembes keluar, mataku kabur dan tak lama kemudian menggelap. Namun sebelum itu, aku bisa mendengar suaranya.

"Tidurlah, Sarada... Sudah waktunya kau tidur untuk selamanya. Dunia Shinobi telah berakhir" setetes air mata jatuh, aku merasakan sakit dan chakraku seakan-akan ditarik keluar. Tubuhku limbung dan jatuh ke tanah. Melihat diriku yang sekarang, membuatku ingin menangis. Aku lemah...

"Boruto... Pulanglah..." Dan itulah kata terakhirku.

.


.


.

"Papa... Nanadaime, maafkan aku... Sepertinya aku tidak akan bisa menjadi hokage"

"Sarada!"


"Sarada!"


"Sarada!"

Siapa itu? Aku mendengar suara. Apa itu hanya dari kepalaku? Rasanya berat sekali, seseorang memanggilku. Tapi, siapa?

"Sarada, sadarlah!" Teriakan itu kembali lagi. Dan kali ini aku seperti mendengar suara temanku, tunggu... Tidak, ini memang suaranya.

Sontak mataku langsung terbuka, nafasku tersengal-sengal. Disela-sela mengatur pernafasan, aku melihat seseorang yang berada disampingku. Wasabi dan Chocho menatapku dengan perasaan legah. Aku mengernyit, kenapa mereka terlihat sehat? Sebenarnya apa yang terjadi?

"Yokatta, kau masih hidup. Aku pikir kau meninggalkanku sebelum mentraktirku" aku tersenyum melihat Chocho yang tersenyum sambil menangis. Aku juga ikut legah melihat mereka berdua baik-baik saja.

Aku mendengar suara lain, aku mengalihkan pandanganku. Semua orang tampak saling membantu, banyak yang cidera parah. Aku sendiri tidak membayangkan bagaimana luka yang diterima orang yang tertimbun oleh bebatuan, dan ternyata ia masih hidup. Namun, kondisinya masih sama. Hancur, tidak ada yang tersisa.

"Untung saja, tidak ada yang mati karena kehancuran ini" Ucap Chocho. Aku tersentak, aku langsung menatapnya dengan terkejut. Seolah-olah bertanya, bagaimana bisa?

"Aku juga tidak tau, saat aku hampir berada dalam kematian. Tiba-tiba sebuah cahaya menarikku kembali. Sepertinya, ada seseorang yang menyelamatkan kita semua..." Jawab Chocho sambil merunduk.

Stay (Away) For Me [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang