Bab 3

42 7 0
                                    

Saat pulang sekolah Sheila memaksa Artha agar mau mengantarkannya pulang. Sheila meminta Artha mengantarkannya pulang karena tadi di kantin ia mengatakan kepada Varo bahwa ia mempunyai urusan dengan Artha.

"Tha! Ayo dong! Gue bareng ya?" pinta Sheila dengan berbisik dan memohon kepada Artha.

"Enggak ah! Sana pulang sendiri! Gue masih punya urusan." tolak Artha.

Varo yang masih berada di depan pintu kelas memperhatikan interaksi antara Sheila dan Artha. Ia merasa marah atas kedekatan keduanya.

Akhirnya ia pergi meninggalkan kelas dengan perasaan yang kesal kepada Artha dan Sheila.

Artha yang melihat Varo sudah meninggalkan kelas langsung menyuruh Sheila untik pulang sendiri.

"Varo udah pulang tuh! Sana lo pulang sendiri!"

"Jahat banget sih gak mau nganterin gue pulang!" ucap Sheila sambil menghentakkan kakinya lalu pergi keluar kelas.

Artha hanya memperhatikan kepergian Sheila dengan wajah yang tidak bisa diartikan.

***

Sambil menunggu angkutan umum di halte dekat sekolah lewat, Sheila memasang earphone di telinganya. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya karena menikmati musik yang didengarnya.

Setelah 15 menit ia menunggu, tidak ada satupun angkutan umum yang lewat di depannya. Hingga suara motor terdengar dari arah sekolahan menuju ke arah halte tempat Sheila menunggu angkutan umum.

"Naik!"

Sheila melepaskan earphone di telinganya lalu menatap lelaki yang tiba-tiba muncul dihadapannya itu.

"Kenapa?"

"Naik! Cepetan!"

"Nggak mau!" jawab Sheila sambil memalingkan wajahnya ke arah samping.

Lelaki itu mematikan mesin motornya lalu turun dan menghampiri Sheila. Setelah sampai di hadapan Sheila, ia segera menarik tangan Sheila lalu membawa gadis itu ke arah motornya.

"Pakai!" ucap lelaki itu sambil menyerahkan helm kepada Sheila.

Sheila menerima helm itu dengan wajah yang ogah-ogahan lalu memakainya.

"Buruan naik!"

"Iya Artha! Ngegas banget sih!" ucap Sheila nyolot.

***

Setelah sampai di depan rumah Sheila, ia langsung turun dari motor Artha lalu menyerahkan helmnya pada Artha.

Sheila langsung berjalan ke arah rumahnya tanpa mengucapkan apapun kepada Artha.

"Shei!"

"Apa?" ucap Sheila sewot sambil menoleh ke belakang.

Artha menyodorkan cokelat kepada Sheila. "Nih!"

"Ada apaan nih? Ngasih cokelat segala."

"Mau nggak nih?"

ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang