Ekspresi wajah Ara tetap sama. Datar dan tanpa ekspresi. Seolah yang ia ucapkan tidak mencabik-cabik hatinya. Gadis itu membuka mimik aslinya. Wajah dingin yang tak pernah ia lihat. Dan tatapan tanpa kehidupan.
"Aku tidak mengira akan secepat ini. Tapi, kau sudah tau." Ara memainkan pinggiran cangkirnya dengan jari, " jadi, apa yang ingin kau dengar?"
"Semuanya. Termasuk tentang Ari Baskara dan Saka Yudhatama."
Ara mendongak, matanya menancap tajam. Bibir terpoles lipstik lembut itu tak menyembunyikan senyum sinis disana.
"Ternyata sudah sampai sana. Baik, aku akan menjelaskan semua.
Pertama, aku ingin minta maaf padamu. Aku tidak serius menyukaimu. Itu hanya kebohongan seperti pertanyaanmu. Sebenarnya kau adalah kelinci putih dari sekian kelinci putih yang ku targetkan.""Kelinci putih? Apa maksudmu?"
"Untuk memasuki dunia Wonderland, Alice memerlukan kelinci putih untuk masuk ke gerbang pertama. Dan harus mengikuti aturan mainnya. Seperti dalam sebuah game, jika kau ingin menang. Maka kau harus mengerti alur permainan, petunjuk, trik, larangan dan menyusun rencana. Dan rencana pertamaku adalah mendekatimu. Aku sudah lama mengulik kisah hidupmu. Orang tuamu cerai karena ayahmu selingkuh dan memilih pergi bersama pelac*rnya. Kau depresi dan melakukan hal yang sama pada istrimu, karena memang semula pernikahan itu hanya untuk kepentingan bisnis bukan? Kau bersikap sama seperti ayahmu. Kau bermain api di belakang istrimu seperti ayahmu lakukan. Dan begitu istrimu melakukan hal sama, kau marah. Aku tidak tau siapa disini yang masih waras. Karena tidak satupun wanita yang ingin disakiti dan kau mengerti betul perasaan itu seperti yang ibumu alami. Hal buruk dari sana, kau mandul. Aku sudah menebak ini akan terjadi. Mabuk-mabukan, pecandu nikotin, makanan tidak sehat, jelas itu akan menjadi penyakit. Dan kau mendapat balasan.
Dan hadirnya diriku menjadikan luka itu bernanah dan berdarah. Aku tidak tau, kau akan menaruh hatimu padaku. Melihat betapa brengseknya dirimu. Tapi, karena aku mengawali kesalahan ini, aku minta maaf. Aku tau kelakuanku salah, mengambil peluang saat kau terpuruk. Lalu memperburuk dirimu lebih dalam. Tetapi, aku tidak berbuat lebih banyak. Setiap manusia memiliki kepentingan masing-masing. Dan kau adalah batu loncatan untuk ku masuk ke dalam dunia kelas kalian."
Juna membanting sendok ditangannya ke meja. Ia terkekeh tanpa rasa senang atau sinis. Lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Di bawah meja, tangannya mengepal ketat.
"Sejak awal, kau bukan tujuanku. Aku mengincar Saka. Sosok yang membunuh saudara kembarku. Ari Baskara. Maaf membuatmu terjebak di rencanaku."
"Jadi, pertemuan kita bukanlah kebetulan tapi itu bagian dari rencanamu?"
"Ya."
"Jika di simpulkan berarti, kau ingin balas dendam dan menjadikanku korban awalmu. Lalu setelah mendapatkan Saka maka kau akan membuangku, begitu?"
"Ya."
"Sekarang aku mengerti." Juna bangkit berdiri, meletakkan lembaran uang di atas meja. "Terima kasih atas semua rasanya, Ara."
Ia berlalu pergi. Tanpa berbalik. Keluar Caffe dan masuk ke mobilnya. Menyalakan mobil dan menekan pedal gas. Tangannya mencengkeram setir kemudi erat. Ia melaju kencang di jalan. Menyalurkan rasa frustasi yang menggerogoti relung hatinya. Lalu menghentikan mobilnya mendadak. Juna berteriak kesal dan membenturkan kepalanya ke kemudi.
Rasanya begitu sakit. Sampai ia ingin mati.
***
24 November 2019
Vote dan komen 😉
Ps : baru beli kuota 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga tahun [End]
General FictionWaktu memang adalah hal menakutkan di dunia ini. Tak memandang pangkat, derajat, kekayaan, dan status. Ia akan terus berjalan. Tanpa diminta atau bisa dihentikan. Dan manusia pun bisa berubah karenanya. Sebelum tiga tahun dan setelah tiga tahun. Buk...