November Rain

21 0 0
                                    

Semua tahu,bahwa bulan ini adalah awal hujan mulai menyapa. Sekian lama mendengar gerutuhan manusia memintanya untuk turun, kini akhirnya terwujudkan. Kini kau tak perlu lagi pergi keluar rumah lalu berteriak pada langit berharap ia datang. Kau cukup bersandar pada kursi tua di pojok rumah lalu menikmati turunnya hujan,atau mungkin kenangan. Pagi itu tatkala hujan mulai mereda, aku memutuskan untuk keluar sebentar dari rumah. Melihatlihat sekitar halaman ku,yang tak seperti dahulu, dan mendadak bermutasi menjadi semu. Sepanjang jalan,aku mengamati seluruhnya dengan rinci,mulai dari sudut jalan,perempatan,tumbuh-tumbuhan,dan sejumlah rumah-rumah. Tempat ini masih sama dan tidak jauh berbeda,hanya saja warga disini yang kurang aktif dan lebih memilih untuk mengurung didalam rumah. Hujan semalam sepertinya benar-benar deras. Tanah tampak amat basah,atap masih menyisakan tetesan air,dan jalan dipenuhi genangan. Aku yang sedang berniat jalan-jalan untuk mengamati disekitarku,terpaksa untuk membatalkan dan kembali pulang ke rumah. Tak kusangka,akhirnya aku menjadi seperti mereka. Belum lama aku pulang menuju rumah,rintik hujan perlahan mulai terasa. Sepertinya hari ini hujan kembali menggelar pertunjukannya,entah ia turun dengan sopan ataupun spontan. Mengetahui hal itu akan terjadi,perlahan aku mulai melangkahkan kedua kaki ku dengan cepat. Selain untuk menghindar agar tidak basah,aku juga tidak ingin menggigil,demam,lalu berbaring diatas Kasur dengan kompresan di kepalaku. Akhirnya kini hujan pun turun,dan aku belum menyempatkan untuk sampai dirumah.Tak kusangka,ia turun begitu spontan. Mengetahui hal itu,aku terpaksa untuk berteduh dibawa halte,bukan hanya aku saja nampaknya yang sedang mencari tempat berteduh, disana pun sudah ada sejumlah orang yang juga sedang berteduh dibawahnya. Sesampainya disana,Kami saling menatap satu sama lain. memperhatikan pakaian kami dengan tajam,entah apa maksudnya. Tak seperti mereka,aku menolak untuk memperhatikan dan memilih untuk menggesekan kedua telapak tangan untuk menghangatkan. Hujan ini,dan berteduh dibawah halte benar-benar mengingatkan ku pada sesosok wanita yang dulu pernah kusuka. Yang dimana dulu sebelum kami mengenal satu sama lain,kami sedang menunggu angkutan pada saat sore,lalu tertidur hingga larut malam. Hal itu merupakan moment paling konyol sebelum kami menjalin hubungan. Bisa dikatakan,ini adalah awal pertemuan aku dengan dirinya untuk yang pertama kali. Dari kami tertidur itu kami menjadi sering bertemu disebuah halte. Entah itu kebetulan saja,atau disengaja namun yang jelas disaat kami bertemu kami mulai tersenyum lebar satu sama lain. Sepertinya terpesona,itu lah yang terlintas pada benakku saat ia membalas senyumku. Aku yakin,bahwa kami jatuh cinta saat itu. Saat itu setelah sekian kami berteman lama,dan senyum yang sudah mencapai batasnya,aku memberanikan diri untuk mengutarkan perasaan ku. Saat itu,aku benar-benar tidak yakin bahwa dirinya akan menerima. Namun mau bagaimana,rasa ini sudah tak tertahan dan sudah tak sanggup untuk dibendung. Lebih baik aku ditolak dan mengetahui jawabannya,dibandingkan dengan memendam dan dihantui penasaran. Namun siapa sangka,ia menerima ku dengan lapang dada. Ia mengatakan,bahwasannya ia pun merasakan yang sama. Senyumnya,dan parasnya,benar-benar mengekspresikan apa yang ada dihatinya. Tidak terlihat sedikitpun,sedang bercanda. Sejak saat itu,kami pun,mulai berpacaran. Mulai berjalan-jalan mengelilingi bisingnya kota,pergi kesebuah taman,bercanda dibawah teriknya fajar,dan pergi ke sebuah karnaval. Saa itu, tak sedikitpun terasa letih diantara kami berdua,justru kami ingin terus berjalan lagi dan lagi untuk menghabiskan hari secara bersama. Namun ditengah kami sedang berjalan,saat itu hujan turun,dan kami berdua terpaksa untuk mencari tempat berteduh. Kami berdua berlari ditengah keramain kota,ditengah hujan sedang turun dengan derasnya,untuk mencari tempat berteduh. Dalam pencarian, kami seperti dua orang yang kurang waras saat itu,yang tertawa terbahak-bahak ditengah keramain karena melihat wajah panik di antara kami. Tak menghiraukan apa yang dikatakan orang,kami merasa bahwa ini adalah bahagia. Namun,bahagia itu hilang seketika,Tawa itu hilang dengan sirna,semua orang menatap kami dengan tatapan yang kosong,dan seketika suasana kini berubah menjadi hampa. Aku yang saat itu menyaksikan bahwa dirinya tertabrak oleh sebuah kendaraann,merasa bahwa ini adalah sebuah mimpi. Aku yakin,bahwa hujan ini lah yang mampu membuat ku berhalusinasi karena terlalu banyak menari dibawahnya. Aku sangat tidak percaya. Namun tak bisa dihindari,memang ini kenyataanya. Terdengar suara teriakan dimana-mana,dan klakson kendaraan yang terus dibunyikan,membuat ku tak ada alasan lagi untuk tidak percaya. Aku nangis sejadi-jadinya dibawah hujan yang deras. Air mataku mengalir dengan deras,tidak percaya bahwa hal seperti ini akan terjadi. Sekian lama setelah kejadian itu berlangsung,aku belajar untuk mengikhlaskannya hari itu, menerima bahwa dirinya telah tiada. Namun untuk hati,jujur ia sangat hancur. Ia tidak pernah bisa menerima,dan membiarkan dirinya hanyut dengan deras hujan yang seharusnya membahagiakan. Wajah yang selalu terbayang,dan seyum yang terus terngiang. *Tin-tin-Tin. Seketika tubuhku spontan terbangun,karena mendengar bisingnya suara klakson itu. Tak kusangka,menunggu hujan reda adalah hal paling melelahkan sehingga aku tertidur dengan tak sengaja. Sekelililing ku,semua orang yang menunggu hujan reda,kini mereka sudah tiada. Mungkin hujan ini telah lama reda,dan aku yang tertidur terlalu lama.

-Tamat

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 10, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cerita PendekWhere stories live. Discover now