Chapter 9 : El Diablo ha Vuelto

339 59 6
                                    

Yeonjun menguatkan hatinya untuk kembali ke dalam kelas. Tidak ada gunanya ia berdiam diri terus seperti itu. Tapi ia takut jika semua orang memperhatikannya, bagaimana reaksi mereka ketika melihatnya. Takut? Benci? Jijik? Ah kenapa Yeonjun dilahirkan dengan selalu berpikir pesimis.

Kakinya melangkah keluar ragu-ragu, jam pelajaran mungkin sudah dimulai sejak beberapa menit lalu, bisa dilihat sepinya koridor saat ini.

Yeonjun mengetuk pintu ragu-ragu. Setelah mendapat intrupsi masuk dari gurunya, ia membuka pintu perlahan. Semua orang kini menatapnya, menatapnya dengan berbagai macam ekspresi. Nafas Yeonjun tersenggal-senggal, matanya memerah.

Beomgyu dan Yeoreum saling pandang. Mereka panik setengah mati, semua orang disini benar-benar memperhatikan Yeonjun intens. Apalagi si anak baru itu melihatnya dnegan tatapan begitu mengintimidasi.

"Ssaem!" Suara panggilan dari Beomgyu membuat seisi kelas beralih menatapnya.

"Ssaem, aku ingin bertanya pada si murid baru."

"Okay, silahkan. Yeonjun-ah, kau boleh duduk."

Yeoreum menghela napas lega. Ia memberikan kode jempol untuk Beomgyu. Untungnya, Yeonjun belum sempat pingsan.

"Kenapa kau pindah kesini?"

Chenle tersenyum, "Tidak ada alasan untuk itu karena sekolahku yang dulu juga dekat disini. Mungkin aku punya feeling kalau aku akan bahagia disini."

Mata Yeonjun bersirobok dengan mata Chenle. Kebahagiaan katanya? Apakah dengan kembali menyiksanya? Iblis itu menatapnya seolah-olah ingin memberikan kesempatan untuk menyampaikan pesan terakhir. Tak lama lagi, iblis dan monster kembali bertarung. Entah siapa yang akan menang dan siapa yang akan jatuh.

"SMA Jeongil? Bukannya Yeonjun juga berasal dari sana?" Pertanyaan itu dari Taehyun.

Ah si pengrusuh itu benar benar membuat Yeonjun kembali menjadi perhatian. Susah-susah Beomgyu menarik perhatian tapi lagi-lagi gagal.

"Ah iya, aku dulu satu kelas dengannya. Makanya ketika ia datang, aku sangat terkejut. Ternyata kita kembali bertemu. Yeonjun terkenal disekolahku dulu," terang Chenle.

Terkenal? Iya terkenal sebagai monster yang selalu masuk UKS karena menjadi pusat perhatian terus menerus. Beomgyu berdecih, pembodohan publik. Iblis itu menjelma menjadi malaikat dan mencuci pikiran mereka.

"Yeoreum-ah, kenapa kau diam saja! Tolong Yeonjun!" bisik Beomgyu pada Yeoreum yang diam sedari tadi.

Yeoreum mengangguk kemudian mengacungkan jarinya, "Ssaem, jam pelajaran untuk Matematika kurang setengah jam. Nanti saja berkenalannya. Bukankah Chenle lelah sedari tadi berdiri."

Beomgyu memberikan dua jempolnya pada Yeoreum. Kerja bagus!

"Ah ne, kau boleh duduk didepan Yeonjun."

Beomgyu dan Yeoreum melebarkan matanya. Bisa jadi bencana. Mereka tidak yakin apakah Yeonjun akan baik-baik saja.

Atas permohonan dari Beomgyu pada Daehwi yang duduk disebelahnya, akhirnya ia mau pindah didepan Yeonjun dan Chenle pun duduk disampingnya. Untung saja Daehwi tidak serumit Hyunkai dan Taehyun.

Selama jam pelajaran, Chenle terus menatap Yeonjun yang selalu kehilangan fokusnya. Di menit tertentu Beomgyu sengaja mengajak ngobrol Chenle supaya tak terus terusan melihat Yeonjun. Tidak lucu jika Yeonjun berubah sekarang.

***

Bel istirahat berbunyi, beberapa anak segera menuju ke kantin sekolah dengan tergesa-gesa. Terutama Yeonjun yang cepat-cepat keluar kelas supaya ia tak bertatap muka sedikitpun dengan Chenle. Sumpah, Yeonjun takut setengah mati. Saat ini ia seperti berada di posisi sebagai buronan.

"Yeonjun-ah, kau tidak apa kita ke kantin?" tanya Yeoreum.

Sebenarnya Yeonjun takut jika nanti semua orang akan mulai memperhatikannya karena kejadian itu. Apalagi sekarang Chenle datang, bagaimana jika lelaki itu menceritakan semua masa lalunya. Hal buruk yang selalu ia khawatirkan telah datang. Mimpi indahnya akan segera usai. Memiliki Beomgyu, Yeoreum, dan Soobin saja tidak cukup. Bagaimana jika nanti ketiganya pergi ke suatu tempat dan meninggalkannya, semua orang akan kembali menghardiknya seperti di sekolah lamanya. Ini buruk.

"Yeonjun-ah, dengarkan aku baik-baik. Kau akan baik-baik saja bersama kami. Kami akan membantumu," kata Soobin.

Yeonjun tersenyum tipis. Ia tidak tahu, apa yang dikatakan Soobin akan menjadi kenyataan atau hanya sekadar kata pengantar untuk menenangkannya. Menyedihkan.

"Aku akan pesan makanan," kata Yeoreum.

"Aku akan mengambil minuman," sambung Beomgyu.

"Aku ikut!" seru Soobin. "Yeonjun-ah, kau bisa mencari meja yang cocok untuk tempat kita makan."

Yeonjun mengangguk kemudian memilih untuk duduk di meja paling belakang disudut kantin. Sengaja, ia tidak ingin penyakitnya kambuh hanya karena disadari oleh beberapa orang.

"Takdir mempertemukan kita kembali, sepertinya Tuhan menciptakan kau sebagai mainanku."

Yeonjun mendongak. Matanya bersirobok langsung dengan sorot mata tajam iblis itu. Sebisa mungkin Yeonjun tenang, ia tidak ingin semua orang memperhatikan keduanya.

Chenle tersenyum miring, "Kau tidak ingin bukan, penyakitmu kambuh disini? Setelah istirahat kau bisa menemuiku diatap."

Lelaki itu pergi. Yeonjun menatap tubuh tegap yang berjalan dengan congkak seolah ingin melawan dunia, sampai tak terlihat. Ia berharap Chenle seperti itu. Muncul kemudian tak terlihat, selamanya. Bukannya datang lain.

"Kau sangat pintar memilih meja makan untuk kita, aku bisa bertingkah laku sesuka hati disini tanpa dapat perhatian dari anak-anak," kata Yeoreum yang baru saja datang.

"Yeoreum-ah, aku akan pergi sebentar. Makananku untukmu saja." Tanpa mendengar ucapan Yeoreum, Yeonjun langsung berlari pergi dari area kantin.

Untungnya Yeoreum tidak berteriak memanggilnya, bisa-bisa semua orang menyadari keberadaannya. Yeonjun berjalan tenang, takut jika ia berlari semua orang akan menatapnya. Kini Yeonjun tidak sebebas dulu lagi. Ia bisa bebas kemanapun karena semua orang menganggapnya sudah biasa. Tapi semenjak kejadian di perpustakaan itu, semua orang jadi sering menatap dan membicarakannya.

Sesampainya diatap, ia melihat punggung Chenle yang membelakanginya. Lelaki itu menatap gedung-gedung tinggi yang berseberangan langsung dengan sekolah mereka.

"Kenapa kau sekolah disini?" Yeonjun angkat suara.

Chenle membalikkan badannya, sambil tersenyum ia berkata, "Karena kutahu kau ada disini."

Yeonjun diam.

"Rasanya menyenangkan membuatmu bahagia sebentar," Chenle memutari tubuh Yeonjun. "Tapi sekarang aku tidak akan melepaskanmu. Aku akan menepati janjiku untuk menyiksamu sampai kau mati."

"Rambut abumu tidak pernah berubah. Bagaimana kalau aku menceritakan semuanya pada semua orang disekolah ini? Bukankah kau akan terkenal dengan mudah?"

Yeonjun melebarkan matanya. Sudah ia duga, jika kedatangan Chenle akan membawa bencana. Lelaki itu tidak pernah jera. Tangannya, tangan Yeoreum, Beomgyu dan Soobin tidak mampu membekap semua ornag disekolah ini. Chenle sudah mulai dekat dengan Daehwi, Hyunkai, dan Taehyun.

Kejadian itu saja sudah membuatnya terkenal, bagaimana jika Chenle menceritakan semuanya. Semua orang akan selalu menatapnya, atau kemungkinan berbahaya lainnya, semua anak akan menjadi komplotan lelaki itu dan melakukan bullying seperti di sekolah lamanya.

To be continued😬

Crown || Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang