o n e

5 1 0
                                    

"Kak La nanti minta tolong rekap nilai anak anak ya".

Gadis berambut dark brown sebahu itu tengah berkutat dengan kertas dihadapannya lantas mendongak menghadap kepada Bos nya.

Dia adalah Kalila Arum Mentari, gadis yang baru saja lulus SMA di Trenggalek dan memilih untuk gapyear. Dia sudah mencoba peruntungan di jalur SNMPTN dan SBMPTN, namun belum ada yang lolos. Jadi dia lebih memilih mencari pekerjaan sembari menunggu tahun depan untuk mencoba masuk PTN yang diinginkannya lagi.

"Baik Ce", jawabnya sambil tersenyum tipis.

Cece Sania, wanita chinese paruh baya yang menjadi guru les mandarin di daerah Surabaya. Sania Mandarin Course. Beliau mendirikan tempat lesnya sudah sekitar 10 tahun yang lalu. Kalila tahu tempat ini dari salah satu saudaranya yang juga bekerja di Surabaya. Apa salahnya di coba, siapa tahu dia beruntung dan bisa mendapat pengalaman baru. Dan saat dia apply permohonan kerjanya, ternyata memang benar SMC membutuhkan pekerja lagi. Kalila diterima. Tepat satu bulan yang lalu.

Kalila mengambil hasil Tes anak anak yang sudah dikumpulkan menjadi satu dan mulai merekap ulang nilai tersebut yang kemudian akan diserahkan kepada  Ce Sania.

"Kalila".

Kalila mendongak, dan mendapati gadis berhijab dengan pipi chubby duduk didepannya. Dia Elsa, admin yang sudah lama bergabung di SMC. Elsa baru saja menunaikan sholat Maghrib, membuat Ce Sania meminta tolong kepada Kalila.

"Iya Kak? Udah selesai sholatnya?".

Elsa mengangguk. "Disuruh apa sama Cece?".

"Oh ini tadi aku diminta ngerekap nilai tes yang dikumpulin anak kelas II tadi", jelas Kalila.

Elsa hanya ber oh ria dan mengambil ponselnya di tas kecil yang diletakkan di samping mesin fotocopy.

Kalila yang menyaksikan itu hanya tersenyum tipis dan segera menyelesaikan tugasnya agar bisa cepat pulang ke kostnya. Jam dinding di sudut ruangan sudah menunjukkan pukul 18.39 namun Kalila belum juga selesai mengerjakan itu. Sedangkan Elsa sedari tadi hanya memainkan ponselnya tanpa ada niat membantu Kalila.

Lima belas menit sudah berlalu, akhirnya tugas Kalila sudah selesai. Kalila merapikan mejanya dan segara beranjak dari tempatnya untuk memberikan file yang dibutuhkan Ce Sania. Terlihat Elsa juga bangkit dari duduknya dan mengekor dibelakang Kalila.

"Permisi Ce, ini filenya. Pekerjaan saya sudah selesai, ruang belajar juga sudah dirapikan. Saya pulang ya Ce", pamit Kalila.

Ce Sania tersenyum kecil. "Sebentar, saya ada sesuatu buat kamu sama Elsa", ucapnya dan mengambil sesuatu yang sudah disiapkan olehnya.

Ce Sania kembali membawa 2 paperbag coklat dan biru ditangannya, yang kemudian memberikan paperbag coklat pada Elsa dan biru pada Kalila.

"Wah terimakasih Ce", ucap Elsa yang diangguki oleh Kalila.

"Sama-sama. Hati hati ya kalian pulangnya", ucap  Ce Sania ramah dan mengantarkan dua pegawainya ke pintu depan.

Kalila hanya mengangguk pelan lalu kembali tersenyum ke atasannya.

Ce Sania masuk kembali dan menyisakan Kalila dan Elsa yang sudah duduk manis di atas motor maticnya.

"Aku pulang duluan ya Kal, ada kelas malem hari ini. Sorry nggak bisa ngasih tumpangan", ucap Elsa penuh sesal.

Elsa 2 tahun lebih tua dari Kalila, dan sekarang dia sedang kuliah di salah satu Universitas di Surabaya mengambil prodi Manajemen Bisnis. Dia mengambil kelas Karyawan yang jam kuliahnya bisa malam hari atau waktu weekend.

"Iya Kak. Santai aja lagi", ucap Kalila dan memesan ojol untuk pulang.

"Duluan ya Kal. See yaa".

Kalila melambaikan tangannya pada Elsa yang sudah melaju ke kampusnya. Tak berselang lama ojol yang dipesan Kalila pun datang.

***

Kini Kalila sedang rebahan sambil mendengarkan lagu lewat earphone miliknya. Matanya menatap plafon diatasnya, dan pikirannya melayang entah kemana. Sampai ketukan berulang dari arah luar membuatnya beranjak dan melihat siapa yang datang.

"Alil"

"Iya sebentar". Kalila membuka pintu kosnya dan mendapati gadis berpenampilan berantakan menahan tangis berdiri dihadapannya. Tanpa menunggu lama Kalila segera membawa masuk gadis itu.

Gadis itu adalah Moa, tetangga kosnya. Anak rantau juga dari Pasuruan. Saat pertama kali menginjakkan kaki disini, Moa orang pertama yang menyapa Kalila dan mengajaknya berteman.

"Moa kenapa?", tanya Kalila pada Moa.

Dengan napas yang masih tersengal Moa menjelaskan apa yang terjadi. Dia bercerita jika adiknya tengah sakit dan dia tidak bisa pulang karena bulan kemarin Moa sudah pernah meminta ijin untuk cuti. Moa sangat menyayangi adiknya, bahkan mereka setiap hari berbincang di telepon.

Mendengar cerita Moa mengingatkannya dengan Gavin, adiknya yang ngeselin itu. Kalila jadi kangen dengannya. Kalila memang jarang telepon ke rumah, mungkin hanya sesekali memberi kabar lewat SMS. Tidak bermaksud untuk melupakan keluarganya, tapi Kalila tipe orang yang gampang sekali homesick dan itu justru tidak akan berakhir baik. 

Moa sudah kembali ke kamarnya setelah mengucapkan terimakasih pada Kalila yang mau menemaninya. Waktu menunjukkan pukul 20.49, Kalila mengambil ponselnya dan menelpon Gavin yang mungkin masih menonton tv.

"... Halo ".

Kalila tersenyum tipis mendapati adiknya lah yang mengangkat dan sesuai dugaan dia belum tidur.

"Gavin belum tidur,hm?".

●●●

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

K A L I L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang