VII. DARDANIA

649 132 16
                                    

Panik, Hyunjin menghampiri Ryujin yang sudah tergeletak di jalanan berbata itu. Tidak butuh waktu lama, orang-orang sudah berkerumun. Dengan sigap, Hyunjin membawa Ryujin dipunggungnya.

Menggunakan kekuatan teleportasi yang ia punya, dengan satu kedipan mata cowok itu sudah sampai di tempat dimana keluarga Hwang tinggal.

"Belum ada sehari disini tapi kamu sudah mengalami kecelakaan seperti ini, kurasa kamu memiliki bakat membuat orang khawatir," gumamnya saat menidurkan Ryujin ke atas ranjang.

Netra coklatnya menatap Ryujin yang tak sadarkan diri. "Yah, ada untungnya juga kamu pingsan. Kamu terlalu berisik saat sedang sadar." Ditengah-tengah kegiatannya menatap Ryujin, ternyata ada orang lain yang diam-diam ada di antara mereka.

"Jadi dia yang terpilih dari garis keturunan Shin?"

Tak perlu repot menengok, dari suaranya yang lebih dingin dari gunung es, pun karena ia paham betul setelah melewati belasan tahun bersama. Dia Hwang Yeji, saudara tiri Hyunjin.

"Iya."

"Tunjukkan lehernya."

"Lihat saja sendiri."

"Ck, merepotkan." Gadis itu kemudian menyingkirkan helaian rambut yang menutupi tengkuk Ryujin hingga terpampang jelaslah tanda tiga cakaran melintang.

Sama seperti Hyunjin, pun Yeji juga memiliki kekuatan magis dalam dirinya. Tangannya terulur mengusap pelan tanda tersebut. Perlahan tanda tersebut berkilau redup dengan cahaya keungungan.

"Amethyst," ucap Hyunjin dan Yeji bebarengan yang membuat mereka beradu pandang.

"Tapi masih terlalu lemah. Lihat kan kalau sinarnya masih redup? Dia masih perlu banyak berlatih."

Hyunjin mengangguk menyetujui. "Kapan sebaiknya?"

"Secepatnya. Aku tidak mau Dardania runtuh karena dia tidak cukup siap."

Sebelum benar-benar pergi, Yeji berbalik dan berpesan, "Oh, sebaiknya kamu ceritakan dulu situasinya dan seberapa penting peran dia untuk untuk mencari amethyst."






"Cat hwang"


Ryujin membuka matanya perlahan. Seiring dengan pandangannya yang semula kabur semakin menjelas, semakin ia bingung apa yang telah terjadi pada dirinya.

Ia mendesis, "Shhh," mungkin karena kepalanya yang sedikit masih terasa pusing. Ia mengedarkan pandang lalu menemukan dirinya berada pada sebuah kamar besar dengan dominasi warna putih dan emas.

"Lah gue enggak inget gue udah di surga," gumamnya. Ia turun dari ranjang untuk berjalan menapaki lantai pualam dingin menuju jendela super besar. Ryujin kemudian menyingkap gorden. Spontan, cahaya matahari menerobos tanpa izin menciptakan kilauan dari hiasan kamar Ryujin yang memang didominasi oleh barang-barang berwarna emas.

Ryujin melihat lebih jelas dari balik jendela pemandangan yang sungguh luar biasa. Sebuah kota dengan aliran sungai di sampingnya, juga dengan matahari yang menampakkan diri dari balik bukit.

"Gila, gue beneran udah di surga."

"Kamu belum mati, bodoh."

Spontan Ryujin berbalik dan mendapati Hyunjin tengah berdiri dengan pakaian aneh.

"Hyunjin? Lo lagi cosplay?" Pasalnya Hyunjin memakai pakaian dengan model yang rumit dan berjubah seperti pangeran dari negeri fantasi. "Cosplay apaan? Lo lagi ikutan syuting film Kian Santang? atau Tutur Tinular?"

CAT HWANG;ㅡhwangshinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang