Minggu kedua musim dingin. Tepat sebulan Soobin melakukan pengobatannya. Ia telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Beberapa setelahnya, dokter mengungkapkan pernyataan yang menggembirakan. Soobin telah terbukti sembuh. Dengan demikian, dokter dan para perawat melepaskan tanggung jawabanya atas Soobin. Tuan Muda itu akhirnya dipulangkan.
Hari ini adalah hari kedua setelah Soobin dipulangkan. Namun ia masih enggan pulang ke rumah. Ia memilih berada di klinik Yeonjun hingga saat ini. Saat ditanya kenapa, dia akan menjawab jika dia akan merindukan Yeonjun hyungnya jika pulang.
Tuan Choi enggan memaksa, Soobin pun enggan melarangnya. Hingga akhirnya Soobin benar-benar berada di klinik Yeonjun untuk mengganggunya.
Sore yang terasa dingin. Soobin duduk di kamar Yeonjun sendirian. Mengintip dari celah pintu sesosok dokter manis yang tengah berbincang dengan pasiennya. Diam-diam Soobin tersenyum. Yeonjun dengan jas dokter berwarna putih adalah pemandangan yang tidak membosankan.
Jika mencari manusia yang begitu tidak masuk akal, mungkin Soobin menjadi kandidat yang pertama. Ia begitu tidak masuk akal karena telah mengagumi seorang psikiater. Bahkan kedipan matanya saja ia kagumi. Soobin tidak membantah. Semua hal yang berkaitan dengan Yeonjun adalah hal yang begitu ia kagumi. Caranya berbicara, caranya berjalan, caranya tersenyum, caranya menangis, dan semuanya. Soobin begitu memujanya.
Soobin melebarkan senyumnya. Matanya sejenak menyapu seisi kamar Yeonjun. Kamar ini kecil dan sederhana. Tidak seluas kamar Soobin yang bahkan mampu menampung dua puluh orang lebih. Namun kamar ini terasa nyaman, terasa hangat pula saat musim dingin.
Sebuah bingkai foto terpajang di nakas. Terluki kelurga kecil yang begitu bahagia. Ayah, ibu, dan Yeonjun. Sejenak Soobin tertegun. Mengetahui fakta jika Yeonjun tidak memiliki satu pun keluarga. Ia merasakan malu di lubuk hatinya. Yeonjun begitu kuat tanpa orangtua yang mendampinginya. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Ia masih memiliki seorang ayah. Dan ia menyadari, ia tidak pernah bersyukur atas apa yang ia miliki.
Mengingat masa lalunya saat ia terpuruk. Kenapa seolah pikirannya tidak lagi berjalan? Memilih menikmati keterpurukan di ruangan gelap. Menutup dirinya tanpa mengingat jika ia masih memiliki orang yang peduli padanya. Seketika ia menyesal telah menyia-nyiakan hidupnya.
Manik hitam Soobin berpaling, mentap pada jendela kaca di depannya. Di luar, salju tengah berhamburan. Menyelimuti bumi dengan butiran-butiran putihnya. Membentuk lautan putih yang begitu cantik.
Suara gelak tawa anak kecil saling bersahutan. Memberikan kehangatan di musim yang mengigilkan ini. Orang-orang berlalu lalang mengenakan mantel tebal. Tempat ini begitu berkesan, membuat Soobin enggan melenggang pergi dan kembali ke rumahnya.
Tiba-tiba suara pintu yang berderet terdengar. Soobin menoleh, mendapati Yeonjun berdiri di ambang pintu. Dokter manis itu berjalan mendekatinya. Soobin memperhatikan setiap langkah yang Yeonjun ambil. Langkahnya begitu lembut namun terkesan tegas.
Soobin menggeser duduknya, memberi ruang untuk Yeonjun agar duduk di sampingnya. Yeonjun tersenyum, menyalurkan kehangatan dan kelembutan. Dengan gerakan yang lembut pula, ia mendudukkan dirinya di samping Soobin.
Ia bertanya, “Sedang apa?” Soobin selalu tertegun mendengarnya. Begitu lembut, penuh pengertian, dan mengandung kehati-hatian.
“Menunggu seorang dokter manis menyelesaikan pekerjaannya.” Yeonjun tersenyum dengan pipi bersemu. Ia memperhatikan wajah Soobin yang tengah tersenyum nakal. Semakin hari sifat asli Soobin semakin terlihat. Tuan Muda di depannya kini sering menggodanya. Ia akan bertingkah manja jika keinginannya tidak dipenuhi.
Dalam hati, Yeonjun menerka-nerka. Jadi seperti ini sifat asli Soobin? Jika diperhatikan, sifatnya memang hampir sama dengan Doyoon. Seorang pemuda yang sembrono, otoriter, keras kepala,manja, dan terkadang menjengkelkan. Hanya saja Doyoon lebih banyak bicara dan begitu ceria. Sementara Soobin, ia sedikit bicara dan jauh lebih tenang. Jika dibandingkan ketika melihat sesuatu yang lucu, maka Doyoon akan tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Soobin hanya akan terseyum, itu sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION; Soobin [END]
Romanceob·se·si /obsési/ n Psi gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan. Choi Soobin mengidap tharnophobia. Lalu seorang psikiater berhasil menyembuhkannya. Ia pun jatuh cinta dengannya. Namun siapa sangka, k...