2. Permainan Takdir

17.9K 707 9
                                    




____________________




Malam hari, udara dingin tidak menyulutkan langkah kaki Ayunda untuk menyusuri jalan raya. Mencari penjual nasi goreng, karena dirinya kelaparan. Biasalah, anak kos yang sukanya makan-makanan luar dari pada masak sendiri. Ribet katanya.

Jauh dari orang tua, dan hidup di kota orang membuat Ayunda rindu akan nasi goreng sang ibu. Kota Yogyakarta ini luas dan besar, terkenal dengan budaya dan wisatanya yang digandrungi para turis. Namun, kota kelahirannya--Solo juga terkenal akan budaya jawanya. Sama-sama masih kental akan keraton dan sebagainya.

"Pak, bungkus satu ya." Lelaki penjual nasi goreng itu pun mengangguk.

Ayunda memilih duduk di salah satu kursi plastik yang ada di luar tenda. Dilihatnya jam tangan yang bertengger manis di tangannya. Pukul delapan malam, belum terlalu malam untuk mengisi perut. Tidak seperti kemarin, pukul sebelas baru menyusuri jalan untuk mencari makan. Seorang gadis, seorang diri pula. Banyak mata jahat yang bisa saja sewaktu-waktu memanfaatkan kesempatan. Ayunda begidik ngeri sendiri membayangkan keberaniannya.

"Mamaa!! Ayah berhenti."

Sebuah mobil berhenti tepat di depan Ayunda. Gadis itu pikir, mungkin pembeli. Namun, sepersekian detik kemudian muncullah gadis kecil yang tidak asing di matanya. Ayunda menutup wajahnya dengan telapak tangan. Tahu gini, tadi ia pakai masker sekali pakainya!

"Mama! Kenapa Mama tutup wajah?"

Duarrr!

Mau tidak mau, Ayunda mengakhiri acara penyamaran seadanya itu. Dengan cengiran khasnya ia meringis menatap Fela. "H-hai Fela! Dengan siapa? Sedang apa?"

Fela menunjuk sosok lelaki yang baru saja turun dari mobil. "Dengan Ayah. Sedang menemui Mama," jawab polos gadis kecil itu. Saat lelaki itu menghampiri anaknya, Ayunda tersenyum kecil pada babang Satya.

Babang Satya! Ya Allah duda keren yang diperbincangkan oleh Arina secara heboh tadi sore di kampus, kini berdiri di depannya.

"Ekhmm..bertemu lagi," celetuk Satya. Lelaki itu mengambil duduk di samping Ayunda, setelah memesan dua nasi goreng.

"Ini Bu. Lima belas ribu." Ayunda dengan segera memberikan uang pas pada penjual nasi goreng itu. Dan, apa-apaan panggilan 'Bu'? Apa gara-gara si kecil Fela ini!? Masya'Allah...

"Makasih Mas.." dan hanya diangguki oleh sang penjual.

"Mama udah selesai?" Ayunda mengangguk dan tersenyum tipis.

"Tante-"

"Ekhmm..Mbak pulang dulu ya Dik?" Pamit Ayunda yang menyebut dirinya dengan sebutan 'Mbak'. Enak saja 'Tante', dirinya belum setua itu!

Wajah sedih Fela tiba-tiba mendominasi wajahnya. Hal itu sukses membuat Ayunda mendudukkan dirinya lagi. Dan, dengan polosnya Fela mendekat dan duduk di pangkuannya. Ayunda menghela napas sejenak. Ia tidak diperbolehkan pulang oleh Fela.

Kemudian, dua piring nasi goreng datang. "Fela, makan dulu. Karena kamu tadi langsung turun dari mobil, kita batalkan saja makan di restoran," ucap Satya santai. Ayunda menoleh dan menatap lelaki itu tidak percaya. Semudah itu ya orang kaya berbuat.

Fela malah mengangguk dan tersenyum. Ia menatap Ayunda dengan tatapan memelas. Apalagi ini!?

"Bisa kamu menyuapi Fela? Sepertinya ia ingin disuapi kamu," pinta Satya dengan suara datar-datar saja. Ayunda hanya tersenyum tipis dan mulai meraih mangkuk yang ada di tangan kiri Satya, setelah meletakkan bungkusan nasinya di kursi plastik yang kosong. Apa kabar nasi gorengnya sendiri? Pasti akan dingin dan tidak enak!

Love for Fela! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang