“Urus-Urus”
ada tiga orang sowan ke Kyai Hamid Pasuruan, termasuk yang satu Kyai saya Guru saya Kyai sadid Jauhari Kencong di sana ada orang yang mengaturkan ada, seorang polisi mengatur kan menanyakan ada di mana malingnya, ada seorang kehilangan, Dia seorang polisi menanyakan ada dimana Malingnya ini mbah yai, simpel jawaban kiyai hamid,, ‘’urus-urus’’. Ada lagi seorang tanya lagi , mbah yai, anak saya sakit terusmbah yai,, sakit perut apa obatnya, dimana obatnya atau minta saran dan solusi. Jawaban Kyai Hamid satu tetap ‘’urus-urus’’. Lalu Guru saya Kyai sadid Matur, yai saya ini masih pingin mondok tapi saya suruh pulang sama abah saya karena abah sudah sepuh, saya merasa masih masa bodoh masih ingin mengaji. Jawaban kiayi hamid simpel ‘’urus-urus’’. Ini masyaalloh dawuhnya simpel tapi bisa bermanfaat untuk orang banyak. Ternyata si polisi tersebut bisa menemukan maling lantaran dia ngopi ngobrol di warung kopi. Dia tanya tanya, berjalan lagi tanya tanya, sampai menemukan pencuri tersebut. Berarti dawuh yai hamid ‘’urus-urus’’ harus diurus urus terus sampai tanya-tanya. Orang kedua sakit perut, ternyata betul disitu dicarikan pohon yang namanya pohon urus-urus tumbuh-tumbuhan ‘’urus-urus’’ disitu dikalungkan di perut dan alhamdulillah sembuh. Terus kiyai saya, kiayi sadid firasatnya urus-urus, artinya Dia mondok tapi malah dia tidak boleh, jadi dia tidak dibolehkan mondok tapi suruh mengurusi Santri. Dan ternyata betul, begitu dia mengurusi santri ilmunya bertambah dengan cara mengajar. Hikmah dari cerita ini adalah perkataan orang Wali, walaupun sederhana mengandung banyak arti. Yang nomor 2 silakan bertanya kepada para wali. Yang nomor 3 kalau kita sudah diberi petunjuk oleh para wali, silakan lakukan, insya Allah akan mudah dilakukan.