DenataBagian 5
Males bikin panjang-panjang takut kamu bosen :)
"Las." Alaska yang kala itu tengah memejamkan matanya sambil meletakkan kepalanya di atas meja, mendongak ketika Putri memanggilnya.
"Di panggil Nata." Alaska mendengus, kemudian meletakkan kembali kepalanya ke atas meja.
"Magerin amat, emang dia nggak bisa kesini?" Ucapnya membuat Putri harus duduk di sampingnya, kemudian melihat tubuh Alaska yang melihat ke arah yang berbeda.
"Iya juga sih." Ucap Putri, dibalas helaan nafas dongkol Alaska. "Ester tadi drama banget ga sih kok gue kesel ya ngeliat dia begitu, pingsan di tengah lapangan. Cih."
Alaska tak merespon ucapan temannya ini, dia lebih memilih untuk tidak mengingat kejadian tadi itu tetapi... dia ingin.
Baiklah, awalnya tadi adalah jam pelajaran olahraga yang begitu menyenangkan di mata Alaska, banyak suara tawa dan juga candaan kebun binatang yang terucap ketika kelasnya mendapatkan kabar bahwa guru olahraga mereka sedang pergi, jadi hari ini adalah olahraga bebas.
Namun semuanya sirna, saat Ester mencoba memaksakan dirinya untuk ikut bermain bola volly.
Ester yang sudah di peringati pun tetap memaksa, tau? Siapa yang memperingatinya?
Nata.
Alaska yang duduk di pinggir lapangan, bersama dengan Malidya, Adyla, dan juga Putri pun hanya bisa menatap mereka dari kejauhan dengan pandangan menyebalkan.
"Caper najis!" Putri.
"Lo nggak mau samperin dia gitu Las?" Tanya Malidya sambil memberikan sekaleng larutan ke arah gadis ini.
"Ngapain sih, buang-buang tenaga males. Lagian gue juga ada jadwal buat kerja nanti." Ucap Alaska, sambil fokus ke arah tangannya yang sudah kapalan dan kasar.
"Gue ngilu kalo ngeliat tangan lo." Alaska tersenyum kecil lalu...
Ester pingsan.
Alaska merasa panas ketika Nata dengan sigap mengangkat tubuh Ester dengan... lantas Alaska berdiri kemudian mengikuti Nata dari belakang dengan langkah kaki dongkol.
Alaska menarik baju olahraga Nata membuat pria itu berbalik, kemudian melihat Ester yang memejamkan mata di pelukannya membuat hati Alaska merasakan sakit bukan main.
"Segitu pedulinya dia di mata kamu?" Nata mengambil nafas panjang.
"Maaf."
"Aku nggak butuh minta maaf! Aku butuh kamu SADAR!" Bentakkan itu nyatanya tak mampu membuat Nata takut, pria itu lebih memilih untuk segera pergi dan membawa Ester ke ruang UKS.
"Nata!" Panggilnya.
"Yang pacar kamu itu sebenarnya aku atau Ester sih?!"
"Putus aja kalo gitu!" Kaki Nata terhenti, membuat Alaska terkejut bukan main lalu tetesan air mata jatuh membasahi pipinya, hatinya sesak... rupanya pria itu hanya berbalik sambil menggelengkan kepala dan menghilang dari balik tembok, saat pria itu membawa Ester masuk ke dalam ruang UKS.
"AAAAAH!"
Alaska tersenyum pedih, lalu merasakan ponselnya yang bergetar.
Papa
|latihan biola jam tiga sore
|jangan lupa dateng
|jangan bolos
|lupain tentang gitar kamu
|harus fokus sama lomba orchestra kamu
|papa mau kamu buat keluarga kita bangga
|💟Alaska memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu melihat kembali tangannya yang kapalan dan juga lecet sana sini, karena harus bergesekan dengan senar biola yang tajam.
Lehernya yang memar karena menahan tumpuan alat musik itu, tangannya yang lelah, membuat dirinya merasa bahwa Alaska di siksa karena ini.
Kini, gadis itu kembali meletakkan kepalanya ke atas meja, sambil melihat ke arah luar yang menampilkan langit biru nan bersih itu.
***
"Yang bener les nya, kalo udah selesai bilang ke aku." Ucap Nata sambil menerima helm yang di pakai Alaska tadi.
"Iya." Ucap Alaska sambil menenteng alat musik biolanya, kemudian berjalan masuk ke dalam tempat les kursus biola yang di rekomendasikan Papanya.
Alaska bisa saja berlatih dengan temannya di orchestra, tapi Papanya tak memperbolehkannya katanya dirinya harus lebih jago dari mereka.
Alaska sendiri tidak menyukai alat musik ini, ia lebih memilih gitar karena satu Alaska mahir dalam hal itu biarkan tangannya kapalan ataupun lecet karena beradu dengan senar gitar, dari pada terluka dan lebam karena biola.
Tapi jika Alaska bisa menimang lagi... semua alat musik sama saja di matanya.
Jadi... Alaska harus suka mau tak mau.
Les hari ini Alaska menghabiskan waktu hingga 3 jam lamanya, membuat tangannya kembali berdarah dan lecet, perih yang ia rasakan.
"Pasti pas kamu main tegang ya?" Alaska mendongak saat mendengar suara yang ia kenali, Ester.
"Lo ngapain disini?" Tanya Alaska acuh.
"Aku juga les biola, coba aku liat tangan kamu."
"Gausah! Makasih!" Alaska bangkit, kemudian membereskan biolanya, di masukkan benda itu ke dalam tas beserta alat untuk menggesekkan senar biola itu.
Alaska bangkit, lalu berjalan ke arah luar dan menemukan Nata berada disana sambil menikmati musik lewat earphone nya.
Alaska berdecak kagum pada laki-laki itu.
"Udah?" Alaska mengangguk.
Kemudian Ester muncul, lalu tersenyum manis ke arahnya begitu juga dengan Nata.
"Udah?" Ini bukan pertanyaan untuknya, tetapi untuk gadis itu yang berdiri di samping Alaska sambil mengangguk.
"Aku anterin dia dulu." Perih, Alaska ingin menangis namun urung.
"Aku bisa make ojek online."
"Naik."
"Tapi Nata, A--" Helm itu terulur pada Ester, kemudian Nata memaksanya untuk naik namun...
"Oh gitu, yaudah anterin aja aku bisa pulang jalan kaki! Tau gitu aku nggak usah bareng kamu dari awal!" Alaska pergi meninggalkan Nata yang terhenyak, sekaligus merasakan perasaan bersalah yang luar biasa.
"Las." Panggilnya namun Alaska masih tetap pada tujuannya, pulang...
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Denata | Jaehyun (SELESAI)
Novela JuvenilAlaska yang mencoba sabar? Ester yang mencoba menjelaskan? Atau Nata yang tak berperasaan? Semuanya memiliki tanda tanya masing-masing, berjuta-juta kali pria itu meminta maaf tetapi berulang kali dia mengulanginya, hingga sampai dimana Alaska lelah...