"Beberapa artis RME akan konser di Disneyland. Staff juga akan ikut karena acaranya besar. Sambil merayakan ulang tahun si kembar, bagaimana jika kita berlibur sejenak?" Tanya Namjoon kepada Seokjin.
"Kapan?"
"Kita berangkat tanggal 18 dan bisa pulang tanggal 22."
Seokjin terlihat berpikir. Ia sebenarnya tidak akan menolak, hanya saja ia juga harus membicarakan hal ini dengan anak-anaknya.
"Aku tanyakan kepada anak-anak besok. Yoongi juga tidak menjamin bisa ikut."
"Kenapa?"
Seokjin mengangkat bahu sambil terkekeh, "Anak itu sudah dewasa, Joon. Dia sudah punya kehidupannya sendiri."
"Adora juga ada baiknya ikut. Biarkan mereka melakukan apapun atau pergi kemanapun, asalkan setidaknya mereka ikut. Bagaimana?"
"Ide bagus. Besok aku telepon atau kau yang bilang sendiri?"
"Sepertinya aku akan bilang sendiri kepadanya."
Seokjin memiringkan badannya menghadap Namjoon. Cukup lama menatap suaminya itu. Ingat dua puluh delapan tahun lalu, ketika mereka masih canggung terhadap satu sama lain. Kim Namjoon yang diidolakan seluruh penjuru sekolah dan ia yang hanya bisa mengagumi dari jauh.
Banyak orang yang mengatakan, mereka memang dipertemukan semesta untuk bersama. Kim Namjoon yang sangat populer dikalangan siswa dan guru-guru karena otak jeniusnya dan dirinya yang tak kalah populer karena kebaikan hatinya. Kedua sejoli ini tampak cocok satu sama lain, meskipun hubungan mereka tidak semulus itu.
Namjoon saat itu sangat terkenal karena kecerdasannya. Kemampuan berbicara di depan umum pun menarik perhatian siapapun. Tak lupa, ia pejabat saat di sekolah dulu. Meskipun aktif di organisasi dan memiliki banyak relasi eksternal, lelaki itu masih bisa menyeimbangkan prestasi akademisnya. Tak pernah sekalipun ia jatuh ke peringkat kedua selama enam semester. Semua orang takjub, tak terkecuali Kim Seokjin.
Kenapa bisa Seokjin? Mungkin itu pertanyaan yang biasa dilemparkan oleh orang-orang yang tidak menyukai kebersamaan mereka.
Kim Seokjin saat memasuki sekolah menengah atas paling elit di negeri ginseng itu sudah terkenal karena kekayaan orang tuanya. Jelas itu membuat Seokjin risih. Kekayaannya seolah-olah menutupi kebaikan dan ketulusan hatinya. Banyak orang yang mau berteman dengannya tapi memiliki tujuan lain, bukan tulus berteman. Kim Seokjin pun populer di sekolah, terutama di kalangan perempuan. Hanya saja, Seokjin telah jatuh hati kepada sang ketua club debat itu.
Banyak menghabiskan waktu di perpustakaan dengan Louise, sahabat perempuannya, membuat Namjoon tidak kesulitan menemukan keberadaan Kim Seokjin. Sekali dua kali, Louise masih memperhatikan gerak-gerik Kim Namjoon ini. Setelah beberapa kali dan merasa Namjoon tidak akan membuat sahabatnya terluka, Louise memutuskan untuk membiarkan Seokjin menghadapi lelaki itu tanpa harus ia temani.
Perpustakaan bukan tempat yang asing bagi si jenius, tidak juga bagi si dermawan. Mereka justru semakin dekat karena pertemuannya di perpustakaan hampir setiap hari. Berawal dari berkenalan dan basa-basi, hingga antar-jemput oleh Namjoon.
Namjoon membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk mengutarakan perasaannya kepada Seokjin. Setelah memasuki semester baru, mereka semakin terkenal sebagai sepasang kekasih.
Berita tersebut menyebar, bahkan sampai kepada orang tua Seokjin. Mereka bahagia? Tentu tidak. Mereka merasa jijik dan hina telah memiliki seorang anak seperti Seokjin. Mereka menyesal memiliki anak pembawa sial. Mereka selalu menyumpah serapahi Seokjin hampir selama ia berada di sekolah menengah atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I C A R U S ✔
FanfictionSudah biasa dengan kamera, media, dan gelimang harta. Pasangan pemilik salah satu agensi terbesar di California- Kim Namjoon, dengan supermodel papan atas- Kim Seokjin, selalu menghiasi layar kaca dan dunia maya. Bukan hal mudah membesarkan 5 anak a...