- 11 - Bertengkar

84 22 1
                                    


Melihat langit tembok secara intens sedang dilakukan Evlin dikamarnya. Pikirannya terbayang pada sosok Jean. Cowok yang selalu mengelilingi otaknya dan juga hatinya. Baiklah, sekarang ia sedang memikirkan bagaimana caranya untuk tidak kontakan lagi dengan Jean. Pilihannya blokir atau dibisukan? Hah! Dia benar-benar bingung sekarang.

Tok tok

Ketukan pintu membuyarkan pandangannya. Sangaaaattt.... terkejut melihat seseorang yang baru saja mengetuk pintu.

"Lho, bunda pulang?" tanya evlin setelah menutup mulutnya yang menganga.

"Iya. Eh, ke mal bunda kuy!"

"Owalah, pake 'kuy' segala" evlin mempraktekan kata kuy dengan nada yang berbeda.

"What ever. Ayo cepet ganti baju. Kebiasaan deh pulang sekolah gak ganti baju. Bau asem tau" Bianca melihat miris anaknya dan menutup hidungnya yang mancung.

"Ih, lebay. Masih wangi gini"

"Udah jangan nge-bacot"

"Waahh, bunda tau dari siapa sih kata-kata jaman sekarang?"

"Dari.... Eh, malah ngobrol. Ayo cepet!"

"Kok tumben ajak aku?"

"Bunda pengen nemenin kamu" kalimat itu sangat cepat dan jelas, sehingga membuat mata evlin berkaca-kaca. Iya sih, evlin sudah lama tidak merasakan tangan bundanya yang menggenggam erat agar evlin tidak hilang.

"Tapi...kok ke mal bunda sih? Aku kan pengennya jalan-jalan ke mana gitu"

"Jangan nawar ya sayang...karena bunda juga mau sambil kerja disana" kedua tangan Bianca melengkup dipipi evlin. Namun evlin menggulungkan bibirnya kedalam.

Kadang evlin berpikir, Bianca dan Farhan itu lebih memilih pekerjaannya daripada anaknya sendiri. Tapi Evlin sudah besar, ia tidak boleh berpikiran negatif. Mereka bekerja untuk dirinya sendiri juga.

"Oh yaudah deh" pasrah, sebenarnya Evlin ingin jalan-jalan ke Bandung. Rumah nenek dan kakeknya. Tapi tidak apa-apa, seenggaknya bersama Bianca.

🎮

"Kamu ambil troleynya"

Evlin melangkahkan kakinya ke arah stand troley. Ia mulai mendorongnya dan setelah kembali ke tempat asal, Bianca sudah tidak ada. Evlin berdecak.

"Ck. Bunda mana sih" pandangannya menyapu seluruh deretan berbagai pakaian branded. Tidak ketemu. Malahan Evlin hanya bertemu karyawan-karyawan Bianca tersenyum ramah padanya. Ya, mereka tau Evlin. Anak dari pemilik mall Sulfer.

Ia merasa risih dengan deretan pakaian dalam. Ditambah Bianca ada di sana. Oh God, sungguh memalukan. Batinnya.

Evlin menghampiri Bianca sambil merapalkan do'a agar orang-orang tak melihatnya.

"Bunda, aku cariin ternyata disini" bianca menoleh dan tersenyum kecil ketika Evlin memajukan bibirnya. "Jangan disini Bun, malu" sambungnya.

"Gak papa. Ini lucukan? Mal bunda ini bahan-bahannya bagus sama lucu-lucu. Kamu mah malah milih mal yang lain. Mal lain kan belum tentu bagus" Evlin hanya menghela nafas panjang saat Bianca berbicara panjang lebar dan membanggakan mal nya itu. Tapi benar juga sih ucapan Bianca.

"Iya iya. Bunda, udah yuk. Ke tempat lain"

"Aduh, bunda masih mau milih-milih"

Game OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang