***
Callia berjongkok dan memicing menatap bagian belakang mobil Noe. Kalau boleh dia bertepuk tangan, maka saat itulah dia ingin bertepuk tangan. Dua pria yang kemarin dipekerjakan Noe pastilah sangat menguasai pekerjaan mereka. Mobil itu terlihat sangat mulus seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
Callia berdiri dan bergegas berjalan menuju ke arah gerbang samping kediaman Luciano. Rasanya berjalan cepat atau sedikit berlari pagi bisa membuatnya sedikit tenang. Berada di kediaman Luciano untuk sehari semalam bukan sebuah keputusan yang bisa diterima oleh Callia. Karena...keluarga Luciano bahkan membungkam rapat mulut mereka ketika dia bertanya ada apa sebenarnya.
Kabut tipis turun perlahan. Menari dan melayang rendah terbawa angin di jalanan berbatu. Properti keluarga Luciano sangat luas hingga Callia tidak bisa menemukan tetangga terdekat mereka. Callia menyusuri jalan setapak berbatu dengan langkah sedikit cepat sembari mengatur napasnya. Setelah mencapai batas properti, Callia berjalan memutar di sebuah putaran jalan dan mulai berlari di sisi jalan yang lain. Callia melirik ke arah kirinya. Menemukan dua orang pria yang berjalan cepat sambil memberinya pengawalan yang samar. Pengawal keluarga Luciano mungkin tak terhitung, tapi itu tidak menjadi masalah bagi Callia untuk mengenali mereka. Mereka hampir pasti tidak pernah menanggalkan pin berbentuk bintang dengan bungan lili di baju mereka.
Callia berlari sedikit cepat dan memutuskan untuk kembali ke rumah. Dan benar saja. Dua pria yang mengikutinya adalah bagian dari orang-orang Luciano.
Callia menghela napas kesal. Haruskah seperti itu? Bahkan dia tidak pernah menggunakan satupun pekerja ayahnya untuk memberinya pengawalan bila tidak ada sesuatu yang penting. Keadaan seperti itu akan sangat membuatnya tidak nyaman. Dan dia perlu bicara dengan Noe.
Terkurung di dalam kamar dengan nuansa klasik Spanyol. Terlihat sangat nyaman bagi mereka yang hanya mempunyai kesenangan mengecat kuku atau menyisir rambut. Tapi tidak dengan Callia.
Callia menyibak tirai pelapis jendela. Pemandangan yang tidak berubah. Halaman dan rumah luas dengan banyak pria berkeliaran melakukan penjagaan. Dan dia belum menemukan Noe bahkan sejak semalam.
***
Sehari dua hari mungkin akan bisa dimengerti. Tapi sudah seminggu sejak hari itu. Hari ketika Callia dan Noe menapak tanah perkebunan anggur dan terjadi insiden tembakan yang tidak menemukan kejelasan apapun bagi Callia.
Callia menutup buku bacaannya. Dia membuka tirai jendela kamarnya dan menatap ke arah teras rumah. Kelebat Noe melangkah cepat memasuki rumah membuat Callia bergegas keluar dari kamarnya. Keluarga sedang melakukan ibadah minggu dan Callia dengan sebuah alasan memilih untuk tidak pergi bersama mereka.
"Bisa kita bicara, Noe?"
Noe yang menarik pintu ruang kerja di rumah itu, urung membukanya. Dia menoleh pada Callia yang sudah sampai di anak tangga terbawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER THE RAIN ( SUDAH TERBIT)
RomanceCalia Grace Leandro selalu mengalah untuk kembarannya, Calista Grace Leandro --yang sakit-sakitan--, dalam segala hal. Termasuk dalam urusan cinta. Calia memiliki segudang maklum bahkan ketika kedua orangtuanya memiliki perhatian lebih pada Calista...