"Sudah berapa kali Papa sama Mama bilang ke kamu Arkan. Jangan cari ulah kesana kemari. Ikut tauran kesana kemari. Ke club malam. Tidur di jam pelajaran. Papa sama Mama cape di panggil sama guru BK kamu. Kamu udah gede Arkan. Apa kamu tidak malu?!"
Pemuda dengan seragam abu abu dan sedikit terkena noda darah itu hanya duduk diam di atas sofa sambil sedikit merunduk. Ia malas jika harus berdebat dengan kedua orang tua nya sekarang. Terlebih lagi Papa nya.
Ia memegangi rahang nya yang terasa sakit. Keadaan nya saat ini babak belur. Tapi ia tidak peduli. Yang ia pedulikan adalah kemenangan nya. Setidak nya harga diri nya tidak di injak injak oleh lawan.
Tora. Papa nya hanya bisa menghela napas dengan kasar. Sedangkan Tina. Mama nya juga sama. Ia hanya terdiam sambil melihat kemarahan suami nya.
"Sudah kelas dua belas. Tidak punya malu. Kelakuan masih seperti anak TK. Bahkan masih bagusan kelakuan adik kamu. Raka." Ucap Papa nya. Membuat Arkan menatap nya. Papa nya sedang memojokan diri nya. Pria paruh baya ini masih dengan pakaian kantor nya. Dengan kedua tangan yang berkacak pinggang. "Kamu juga Tina. Gara gara kamu sering manjain dia, dia jadi kaya gini. Susah di atur" ucap Toro menyalahkan Tina yang berdiri tidak jauh dari nya.
"Aku? Kamu juga Tora. Selalu sibuk dengan dunia kerja mu" kini Tina menyalahkan Tora.
Arkan sudah muak dengan ini semua. Mereka selalu menyalahkan satu sama lain nya. "Udah debat nya? Arkan mau tidur. Cape!" Kaki Arkan sudah berada di tengah tengah anak tangga rumah nya.
"Liat sekarang. Dia sama sekali tidak punya sopan santun" ujar Tora. Ia berjalan mendekat ke arah anak sulung nya itu.
"Dompet kamu!" Pinta Tora membuat Arkan berdecak.
"Buat apa Pah?"
"Dompet kamu bawa sini" pinta Tors tegas.
"Ponsel kamu, konci mobil sama kartu ATM kamu"
"Jangan ponsel Arkan pah"
"Baik. Konci motor kamu bawa sini"
Arkan berdecak kesal. Ia memberika semua yang Papa nya minta. Kecuali konci motor nya.
"Silahkan tidur" ucap Tora. Membuat Arkan berdecak. Ia berlari menuju kamar nya dengan perasaan yang sangat kesal.
Arkan membanting pintu kamar nya. Kali ini ia tidak di hajar oleh Papa nya. Tidak seperti dulu lagi. Namun, fasilitasnya lah yang di ambil oleh Papa nya. Arkan membanting tubuh nya di atas kasur dengan kasar. Dan menelungkupkan wajah nya. Benar benar hari yang menyebalkan.
AN/
Baru perkenalan. Voment. Kalo kalian suka share ketemen kalian. Bantu ramaikan ya gaes. Up setiap hari ko. Tenang aja;)
Semoga awal tahun yang baikkk:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Arkan
Teen Fiction"Anak cowo nakal wajar. Yang ga wajar itu, anak cewe secantik lo nakal" ucap pria dengan dahi yang di ikat oleh dasi, baju berantakan dengan segerombolan nya. "Yang nakal gue ko situ yang sirik" ucap gadis itu dengan rambut bercat hijau botol lalu m...