Di hari jam menit bahkan detik yang sama, ada seorang gadis tengah tidur terlentang di atas kasur ternyaman nya ini. Di sisi kiri nya ada sekotak rokok dan korek. Ia mengambil satu batang rokok dan di hidupkannya. Seketika kamar nya penuh dengan asap tersebut. Bahkan putung rokok nya, ia buang sembarangan di bawah tempat tidur nya.
"Aruna buka pintu nya. Kamu dengar Papa ga?" Tanya dari luar kamar Aruna. Dengan gedoran yang kuat.
DOR DOR DOR....
"Aruna" gedoran pintu itu semakin kuat. Aruna yakin, pintu kamar nya akan di ginti dengan pintu baru. Bara. Ayah nya sudah kehabisan kesabarannya. Menghadapi satu anak gadis saja rasanya mengurusi ribuan anak laki laki. "Arunaaaaaa..... bukan pintunya" ujar Bara lagi. Gederon pintu itu semakin gencar dan sangat keras. Siapa saja yang mendegar nya, tau bahwa Bara sedang marah. Bukan marah saja tapi SANGAT MARAH.
"BLA.... ARUNA GA DENGER PA" ujar Aruna lebih keras dari papa nya. Bahkan ia sengaja mengehembuskan asap rokok itu di udara. Ia sudah menghabiskan dua batang rokok sekarang.
"Buka pintu nya Aruna. Ini Bunda!" Suara dan perintah dari luar membuat tubuh Aruna bergertar. Namun ada rasa bahagia dan rindu yang memuncak. Aruna berdiri. Ia menyembunyikan rokok dan korek nya di bawah bantal. Sebenarnya, tidak perlu Aruna menyembunyikan karana pembantu di rumah nya akan tau saat merapihkan kamar nya.
Ia berjalan mendekati pintu itu. Dengan rasa hati bahagia dan bercampur amarah, Aruna membuka pintu tersebut. Terlihat lah Bara bersama Dara. Aruna tersenyum dengan senyuman terbaik nya untuk sang Bunda. Namun Aruna memberikan muka kesalnya kepada sang Ayah.
"Ini surat apa Aruna. Papa dapat dari bi Sumi" ucap papa nya menunjukan surat berwarna putih. Yang jelas jelas itu adalah surat panggilan orang Tua. Sedangkan bi Sumi adalah salah satu pembantu rumah tangga di sini.
"Papa pikir aja sendiri" ucap Aruna. Ia pun mencium pipi kanan Dara dan mengambil konci mobil nya yang ada di atas meja. Aruna berlari menuruni anak tangga rumah Papa nya yang melingkar ini.
Bara dan Dara hanya bisa geleng geleng kepala. Ia sudah menyerah dengan sikap manja dan nakal putri semata wayang nya ini. "ARUNA" ucap Bara marah. Bara berlari mengejar anak gadis nya ini. Namun Aruna sudah berada di dalam mobil. Sedangkan Dara ikut berlari untuk keluar rumah.
"Aruna!" "Aruna!" Bara mengedor gedor kaca mobil anak nya. Namun Aruna dengan cepat menacap gas mobil nya untuk meninggalkan Bara dan Dara.
Dara geleng geleng kepala. Sedangkan Bara malah menyalahkan Dara "liat itu kelakuan anak kamu" ucap Bara yang langsung masuk kedalam rumah. Sedangkan Dara diam mematung.
A/N:.....?
Vote komen follow dan share jika kalian suka:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Arkan
Teen Fiction"Anak cowo nakal wajar. Yang ga wajar itu, anak cewe secantik lo nakal" ucap pria dengan dahi yang di ikat oleh dasi, baju berantakan dengan segerombolan nya. "Yang nakal gue ko situ yang sirik" ucap gadis itu dengan rambut bercat hijau botol lalu m...