Pada saat membacanya, aku banyak menghabiskan waktu untuk menoleh lebih jauh apa sih, yang Dia pikirkan?
Apa sih yang di rasakan oleh Dia saat itu?
Kukira semua itu bukanlah omong kosong belaka, buat aku pribadi, sangat menarik, termasuk aku jadi tahu bagaimana dulu Dia memandang diriku melalui apa yang di ungkapkannya.
Meskipun, sebagian besar yang dikatakan oleh Dia pernah dikatakan sendiri secara langsung ke aku, tapi di cerita sebelumnya itu, Dia seperti sedang bercerita dengan tanpa penghalang. Rasanya, gimana ya? Bebas merdeka tanpa tedengaling-aling.
Di dalam cerita itu, aku sendiri cukup menikmati momen-momen berharga yang diceritakan oleh Dia. Sesuatu yang perlu dipertimbangkan kalau aku ingin kembali mengenang.
Di sana, Dia ngasih tahu bagaimana dia merasakan kembali hal-hal yang sudah lama berlalu. Sampai-sampai, aku mengira, dengan cerita itu Dia sedang berusaha menggali perasaanku untuk merasakan hal yang sama dengan apa yang dia rasakan saat itu.
Aku tahu tidak ada yang bisa aku lakukan selain menghargai apa yang menjadi pendapatnya. Aku memiliki rasa hormat setinggi-tingginya untuk mengatakan kepadanya bahwa itu adalah sepenuhnya hak Dia untuk bebas bicara, dan kemudian tetap saja semuanya adalah sejarah.
