Puk puk puk "Bangun, tidur di kamar jangan di sofa gini."
Itu mas wooyoung, dia baru pulang kerja. Dan bener aja gue ketiduran nunggu dia pulang. Gue merhatiin langkah dia, dia langsung ke kamar buat mandi dan pastinya langsung akan tidur. Gue menoleh ke dapur, rasanya gue mau nangis ngeliat makan malam yang udah gue masak terbuang (lagi). Segitu nya kah dia ga suka sama gue?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gue melangkahkan kaki ke dapur. Membereskan semua masakan yg tadinya gue buat dengan sepenuh hati. Apa makanan gue ga menarik? Rasanya ga enak? Ah, gimana dia bisa tau kalau nyentuh makanan gue aja ga pernah. Ini baru 5 bulan, kalau gue gugat cerai gimana reaksi keluarga ya?
Tin tong... ting tong...
Gue berjalan ke arah ruang tamu, namun gue terhenti karena mas wooyoung tiba-tiba ada di depan gue.
"Masuk kamar, biar aku yg buka." Terdengar jelas itu kalimat perintah. Gue nurut, ga mau di kata durhaka.
"Tolong siapin baju aku buat seminggu, pakai koper yg itu." Tangan gue terhenti untuk mencari baju kerja dia. Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah dia ucapin ke gue. Tapi, apa? Seminggu? Kemana dia? "Mas mau kemana?" Tanya gue sambil menatapnya. "Ada urusan bisnis di Bengkulu." Katanya, tanpa menatap gue. Ingat, tanpa menatap gue. Sebenarnya banyak yang pengen gue tanyain, tapi yaudahlah ya.
"Mas, mau aku anterin sampe bandara? Biar aku bawa pulang mobilnya." Gue menawarkan diri, yah walaupun dia nyebelin tapi gue pasti bakal kangen kan sama dia?
"Ga usah, tuh supir aku udah jemput." Katanya sambil menatap ke arah mobil yang datang ke depan rumah kami. Gue berjalan di belakangnya, niat hati ingin salim tangannya tapi ternyata dia udah langsung masuk ke mobil. Oh oke.
♤♤♤
Hembusan angin malam yang menusuk hingga tulang kerasa banget sama gue, walaupun gue udah pakai jaket tebel. Ini udah malam ke-4 gue ditinggal mas wooyoung. Gue bosen. Gue butuh penghangat.
"Loh, aiko? Masih ikutan nih? Ga di marahin suami?"
