Chapter 1

104 12 7
                                    

 Hari ini nampaknya akan menjadi hari yang melelahkan bagi seorang Humairah Ailsha Azzaleya atau biasa di panggil Ailsha. Bagaimana tidak, ada setumpuk berkas yang menggunung di meja kantornya dan itu semua harus di selesaikan malam ini juga. Fakta tersebut tentu akan menyita sebagian waktu istirahatnya untuk mematung di depan computer hingga larut malam. Ia pun merutuki dirinya sendiri.

Jarum jam baru saja menunjukkan pukul 20:30 dan masih tersisa 3 berkas yang perlu dikoreksi malam ini. Hawa dingin yang menelusup melalui serat korden berhasil membuat rasa kantuk menghinggapinya. Sepertinya tak masalah bila ku istirahatkan tubuhku sebentar,Pikir Ailsha. Ailsha pun mulai melemaskan otot-otot nya yang mulai menegang, diraih nya HP yang tergeletak di samping computer lalu mulai menyalakan murottal surah Al- Mulk . Sunyi, tenang, dan akhirnya mata Ailsha pun terpejam

" tolonggg... tolong saya, siapa pun disana tolong saya." Suara rintihan seorang lelaki terdengar jelas di telinga Ailsha. Secepat mungkin Ailsha mencari sumber suara, dan ia pun terhenyak ketika mendapati seorang Faruq Zafran Az-Ziyad tengah terkapar di lantai sembari memegangi lehernya. Astaghfirullah, pak Zafran. batin Ailsha entah apa yang telah terjadi pada seorang Zafran, ia terlihat begitu butuh bantuan.

" Ya Allah, pak. Bapak kenapa.?"

" Tolong ambilkan minum cepat. Tenggorokan saya panas. Cepat!!!."

Suara parau Zafran membuat Ailsah panik. Wajah Zafran tampak pucat, nafasnya tak beraturan, keringat dingin perlahan mengucur membasahi keningnya. Segera Ailsha beranjak mengambil air putih yang ada di mejanya kemudian berlari menghampiri Zafran yang kini telah tak bertenaga. Tak ada suara pun yang teredengar kecuali nafasnya yang semrawut. Langkah berikutnya terdengar gila. Tapi mau bagaimana lagi, ini darurat. Ya Allah maafkan hamba, engkau yang lebih mengetahui dari pada angin yang berlalu.

Ailsha metekkan kepala zafran di pangkuannya. Lalu menuangkan sedikit demi sedikit air ke mulut Zafran. Perlahan nafas Zafran terdengar membaik. Ailsa meletakkan kembali kepala Zafran ke lantai. Do'a memohon kesembuhan Ailsha panjatkan kepada Sang Pencipta. Dan dalam hitungan detik pun Zafan terbangun.

uhukkk...uhukkk...

Ailsha pun akhirnya menghela nafas lega. Alhamdulillah, Ya Allah akhirnya. terimakasih atas segala pertolongan-MU, Ya Allah.

" pak zafran, bagaimana keadaan bapak.? Apa sudah membaik. Saya panggilkan pak Nanang ya biar bapak segera di antar pulang."

" tidak perlu, saya bisa pulang sendiri." Tolak Zafran sembari berusaha bangkit dari lantai.

"ta.. tapi pak. " belum selesai Ailsha bicara, Zafran segera menarik tangan Ailsha lalu mendekap erat tubuhnya hingga ia pun dapat mencium aroma tubuh Zafran.

" terimakasih, aku mencintaimu Ailsha." bisik Zafran lirih.

  Ailsha sempat terperangah beberapa saat, sekujur tubuhnya mendadak mendidih, Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, nafasnya pun mula naik turun. Sebisa mungkin ia tampak normal. Tersadar atas perlakuan Zafran, Ailsha segera mendorong sekuat tenaga tubuh Zafran hingga menjauh darinya. Zafran terpental dan menabrak meja kantor. Arrghhh.... Rintih Zafran

Sungguh, kejadian barusan diluar ekspektasi Ailsha. Logikanya tak dapat mencerna apa yang telah dilakukan Zafran barusan. Ailsha sungguh kecewa. Sangat kecewa.

" beginikah caramu berterima kasih, hahh!!!." Mata Ailsha mulai memanas, air bening tampak menggenang di pelupuk matanya.

" memangnya kenapa? Salahkah aku memelukmu, karna sebenarnya aku mengagumi mu Ailsha. Sunguh, cinta ku tulus, sha." Kata- kata itu pun melesat dengan mudahnya dari bibir Zafran. Ailsha yang sedari tadi berusaha menahan luapan emosinya, akhirnya tak dapat lagi menahannya. Dan sejurus kemudian...

Plakkk...

   Tamparan amarah mendarat tepat di pipi kanan Zafran. Kini Ailsha sudah kehilangan kesabaran, amarahnya kian membuncah mendengar jawaban Zafran.

" tak begitu caranya mencintai. Mencintai itu menjaga bukan menuntut apa yang diinginkan. Yang kamu la kukan itu bukan cinta,itu namanya nafsu. Paham!!!" bentak Ailsha. Tangisnya kini semakin pecah. Ia segera beranjak menyambar tasnya kemudian pergi meninggalkan Zafran sendirian. Suasana berubah menjadi hening, Zafran masih terpaku di tempatnya memikirkan perkataan Ailsha. Maafkan aku Ailsha.

Udara di luaran terasa begitu dingin. Ailsha pulang dengan naik taksi. Ia tak berani minta di jemput oleh Bang Ayman karna mungkin nanti Abangnya itu akan menginterogasinya. sudah cukup rasa perihnya saat ini, ia tak mau menambahnya lagi.

Khimar AilshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang