Bagian satu doang:v

60 43 0
                                    

   Kini, ayam berkokok dengan lantang tanpa ragu menandakan bahwa pagi telah tiba, burung-burung kembali berkicau seakan bahagia menyambut pagi, dan matahari pun kembali muncul untuk menemani segala aktivitas manusia.
   Sinar matahari telah masuk menembus jendela kamar milik seorang gadis cantik. Ya, gadis itu bernama Shareefa Queensha Argan, yang biasa dipanggil Refa.
  
   Refa merupakan salah satu murid kelas XII-IPS 1 di SMA Negeri 89 Jakarta. Refa adalah anak yatim sekaligus anak semata wayang dari pasangan Radhika Argan dan Adara Queensha. Refa berasal dari keluarga yang berkecukupan, mereka termasuk sebagai keluarga yang harmonis, tetapi itu semua dulu, tidak dengan sekarang.

   Semenjak ayahnya meninggal karena kecelakaan, Refa tinggal berdua bersama bundanya. Keluarganya yang dulu damai dan harmonis, kini telah berubah menjadi keluarga yang berantakan. Bukan hanya keadaan keluarganya saja yang telah berubah, sikap Refa kepada bundanya pun telah berubah. Ini semua karena ulah bundanya sendiri yang ingin meninggalkan ayahnya saat tahu bahwa perusahaan mereka bangkrut. Sebab itu lah yang membuat Radhika stress dan mengalami kecelakaan ketika mobilnya menabrak sebuah truk di persimpangan jalan. Refa menyaksikan langsung pertengkaran yang menewaskan ayahnya, dari mulai situ lah Refa mulai membenci bundanya.

~~

"Refa sayang, ayo bangun nak! Cepat mandi nanti kamu telat sekolah!", kata Adara sambil mengetuk pintu kamar putrinya.

Di dalam kamar, sebenarnya Refa sudah bangun dan mendengar teriakan bundanya, tetapi ia terlalu malas untuk menanggapi bundanya. Jadi, ia lebih memilih untuk diam saja dan kemudian segera bergegas menuju kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. Setelah selesai bersiap-siap, Refa memutuskan untuk langsung pergi ke sekolah. Tetapi, saat menuruni tangga, langkahnya terhenti ketika mendengar suara seorang wanita yang memanggilnya.

Refa menoleh dan mendapati sosok bundanya yang sedang duduk di meja makan, bundanya sedang menunggu Refa untuk sarapan pagi bersama.

"Ya, ada apa ya?", tanya Refa dengan datar saat bundanya memanggil namanya.

"Berhentilah mengacuhkan bunda, Refa!" jawab Adara ketika mendengar putrinya bersikap acuh kepada dirinya.

"Refa gak peduli, bun". Kata Refa menjawab bundanya.

"Refa please, bunda lagi gak mau berantem sama kamu sayang. Udah terlalu sering kita berantem, biarin kali ini aja kita akur ya. Sini sarapan bareng bunda! bunda udah masakin makanan kesukaan kamu". Bujuk Adara kepada putrinya.

"Maaf bun, Refa gak minat. Besok-besok aja ya kalau Refa udah minat". Jawab Refa menolak ajakan bundanya dan langsung pergi menuju sekolah.

   Adara diam menatap punggung putrinya yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya. Terdapat rasa kecewa dan sesak pada dadanya atas perlakuan putrinya. Adara memang sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh putrinya sendiri, dan Adara juga sudah sangat sabar menghadapi putrinya, tetapi jika terus seperti ini, ia pasti tidak akan kuat. Entah sampai kapan putrinya akan seperti itu, yang jelas Adara rindu kepada Refa yang dulu sangat peduli dan menyayanginya.

   Ini semua memang karena kesalahan yang dulu telah diperbuat oleh dirinya. Jujur, Adara menyesal jika mengingat kejadian tersebut, tetapi semua penyesalan tidak ada guna nya, karena semua telah berlalu. Kalau saja waktu bisa diulang kembali, ia pastikan bahwa kejadian itu tidak akan pernah terjadi, tapi itu semua mustahil, sekarang hanya penyesalan yang bisa ia rasakan.

---

   Sesampainya di sekolah, Refa menjadi seorang gadis yang ceria, berbeda saat ia berada di rumah. Semua keceriaan itu palsu, ia hanya menutupi kesedihannya saja. Bahkan, ia menutup rapat rasa kekacauan dan kesedihan dalam hatinya, seakan-akan tidak ada seorang pun yang boleh mengintip dan mengetahui hal tersebut.

Saat pelajaran agama berlangsung, Refa menyimak guru agama yang sedang menerangkan materi tentang 'patuh kepada orangtua'. Sampai pada akhirnya, guru itu berkata:

"Sungguh, kalian harus patuh dan hormat kepada kedua orangtua kalian. Walaupun sebagaimana buruknya sikap mereka, sebagaimana jahatnya mereka, mereka tetap orangtua kalian. Karena gak ada orangtua yang gak sayang sama anaknya sendiri. Bersyukurlah buat kalian yang masih memiliki orangtua lengkap. Oleh karena itu, kita harus memuliakan mereka, karena ridha allah tergantung ridha orangtua, dan murka allah adalah murka orangtua. Barangsiapa yang patuh kepada orangtua, maka allah akan mempermudah segala urusannya dalam hal apapun termasuk dalam  hal menuntut ilmu". Kata guru itu panjang lebar menerangkan materi.

   Setelah mendengar perkataan guru tersebut, Refa kini sadar bahwa yang ia lakukan terhadap bundanya itu salah. Ia memutuskan untuk segera meminta maaf kepada bundanya setelah pulang sekolah nanti. Dan Refa berjanji akan menjadi anak yang lebih baik serta patuh kepada bundanya.

                                                                                              ~end~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shareefa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang