New begin

75 10 0
                                    

"ayah, kenapa mereka semua menatap kita seperti itu?"

"jangan hiraukan, anggap mereka tidak ada"

Anak kecil mana yang mengerti situasi gemerlap seperti malam ini. Mungkin dari sekitar seribu orang di tempat bising ini, hanya dia satu satu nya anak kecil.

Ini bukan tempat yang tepat untuk nya.

=_=_=

"hey ayah, apa ini pistol yang dipakai power ranger untuk melawan monster?"

Yang di panggil ayah kemudian menghampiri anak tunggal kebanggaan nya sembari bertanya balik, "apa power ranger memakai pistol?"

"aku tidak yakin.."

"kau tau? benda ini lebih hebat dari sekedar melawan moster"

"iya?!" matanya berbinar.

Dia berseru, "aku ingin coba memakai nya!"

"nanti saat kau sudah dewasa, kau boleh memakai nya"

Sejahat apapun orang tua, dia tau jikalau pistol itu bukan mainan untuk anak anak.

=_=_=_=

"ayah.. Aku ingin bersekolah seperti anak itu.." nada suara nya lemah, seperti ingin mengadu.

"kenapa? apa guru privat mu begitu menyebalkan?"

"tidak juga.. Hanya saja, aku ingin memiliki teman" semakin rendah, bahkan seperti mencicit. Namun pria tua itu tetap tajam pendengaran nya.

"ayah bisa jadi teman mu! ayo belajar bersamaku!" dia berseru seketika itu, dia merasa lebih muda sekarang.

Setelah dihibur, dia melupakan tujuan awal nya. Tidak peduli dengan teman, ayah nya pun menyenangkan.

"manusia itu jahat.. Lebih jahat dari iblis terjahat kau tau?"

Anak nya hanya mengangguk, sungguh dia tidak mengerti apa yang dibicarakan ayah nya waktu itu.

=_=_=

"ayah! aku ingin coba mengendarai mobil!"

Yang diserukan pun terkejut hingga menumpahkan kopi pagi nya. Sungguh kejutan yang tak terduga.

"kau yakin?"

Anak yang sedang beranjak dewasa itu mengangguk semangat, masa itu adalah masa yang sangat labil untuk sesusianya.

"tapi kau kan belum punya surat izin" pengakuan lemah dari seseorang yang kuat.

"siapa yang perlu surat izin?!"

Mendengar semangat muda berkobar di depan nya, dia mulai memikirkan beberapa perubahan.

"baiklah.. Ambil kunci mobil ini"

"apa stark resmi menjadi milikku?" tanya nya dengan jantung berdegup kencang.

*stark; dalam bahasa jerman berati kuat. Aku tidak yakin kenapa dia memberi nama mobil nya dengan nama itu.

"mungkin, tapi belum resmi"

_=_=_=

"ayah begitu sibuk akhir akhir ini, apa yang ayah kerjakan?"

Dia tidak mau dibilang anak kecil lagi, dia ingin menjadi seperti ayah nya yang kuat. Tapi selama ini dia tidak tau apa yang ayah nya lakukan, yang dia tau ayah nya sangat sibuk di ruang kerja nya akhir akhir ini.

"ini yang orang dewasa lakukan, kau tau?"

Sesibuk inikah menjadi dewasa? dia ingin menjadi dewasa.

"aku ingin menjadi seperti ayah!" Dia berseru seolah semangat nya tidak akan padam, meski di malam natal yang dingin sekalipun.

"sungguh?" dia bertanya, tapi tetap khidmat dengan hidangan yang disiapkan para pelayan.

"ya!"

Sang ayah menyerahkan amplop coklat formal -yang mungkin telah disiapkan nya sedari awal- dari pelayan pribadi nya ke tangan anak nya.

Dia yang menerima nya hanya bingung harus apa.

Tapi rasa bingung nya langsung terjawab, tanpa dia harus bertanya, "besok, datang lah ke kantor ayah untuk interview, disana aku adalah bos mu"

Dingin begitu dingin. Mungkin yang bisa memadamkan semangat anak itu bukan lah salju natal, melainkan sifat dingin ayah nya.

Entah lah, mungkin ini pertama kalinya.

=_=_=

Jari jemari lentik nya saling beradu bertanda dia sedang gugup, mungkin sangat gugup. Sedingin inikah situasi dewasa? kenapa dia harus takut bertemu ayah nya untuk saat ini?

Haruskah ia menyerah?

Tidak! tekad nya untuk menjadi seperti ayah nya sudah bulat  sesulit apapun. Tapi sebenarnya dia tidak tau apa yang dilakukan ayah nya selama ini, ayah nya hanya pergi di pagi buta berkabut dingin dan pulang sebelum langit sore berubah menjadi warna jingga.

Sedari dia melewati pintu masuk, banyak pasang mata yang mengekori langkah kakinya pergi. Kecuali wanita resepsionis yang berada di depan itu, dia sangat ramah ketika ditanyai ruang ayahnya di kantor ini.

Pikiran nya terus bercabang memikirkan bagaimana nanti keadaan di dalam ruangan. Itu membuat keringat dingin terus mengalir deras di pelipis nya.

"Choi chanhee"

Mungkin orang itu sudah memanggil nama nya beberapa kali, tapi telinga nya terlalu gugup sehingga menjadi tuli saat itu. Dia tersadar, dan langsung masuk ke dalam ruangan.

Rasanya seperti rumah sakit -atau klinik mungkin- jika dipanggil seperti itu. Tapi chanhee harus menunggu beberapa saat untuk urusan rapat ayah.. Ah mungkin calon bos nya. Dia datang di waktu yang kurang tepat rupanya.

Sekertaris yang memanggil nya tadi tersenyum simpul menatap pupil mata chanhee, agak risih dan membuat nya menjadi lebih gugup lagi sebenarnya.

Kenapa tubuh nya berkontraksi sedemikian ini?

Lelaki yang semakin tua bersama waktu itu berdeham, chanhee baru menyadari rambut putih sudah sedikit menyebar di rambut hitam klimis nya.

"kenapa berdiri? cepat lah duduk" perintah tegas yang jelas bukan datang dari ayah nya. Walau dilanda gugup hebat, chanhee masih bisa duduk dengan gaya elegan.

"apa tujuan mu?" pria di depan nya berbicara seolah sedang memainkan peran, dia sangat hebat pada dialog nya. Masalah nya chanhee tidak tau skenario apa yang harus dia mainkan, Dia hanya diam membeku di tempat.

Sekali lagi pria itu berdeham memberi kode kepada chanhee untuk segera berbicara. Situasi di ruangan itu sangat tengang.

"ah.. Itu.. Aku.."

"berbicaralah seperti lelaki, choi chanhee!" teriakan kuat mengagetkan chanhee, dia sangat takut untuk sekarang.

Chanhee menarik napas panjang dan menelan ludah nya untuk memperkuat diri. "aku.. Tujuanku untuk melamar kerja!" pengakuan nya lantang sembari memejamkan mata.

Walau sekilas, jelas terlihat setelah itu pria yang berada di depan chanhee menarik sudut kanan bibir nya, dia terlihat sangat bangga.

"kau diterima" tanpa melihat informasi tentang chanhee, jelas pria ini sudah pasti akan menerima anak tunggal kebangaan nya.

Mata chanhee berbinar.

"kau tau akan bekerja dimana kan?"

Seketika itu pundak nya lemas. Tidak ada yang salah dengan kata pria di depan nya barusan, tapi entah kenapa perasaan chanhee tidak enak.

"kau akan bekerja di tempat pembuat masalah"

antagonist -NEW-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang