Hujan masih mengguyur kota Jakarta sejak pagi buta dan sepertinya tetesan-tetesan besar air itu masih enggan untuk berhenti menetes dari langit. Hari yang sempurna untuk tetap tertidur di kamar yang nyaman, ranjang yang empuk dan selimut yang nyaman. Sayangnya hal itu tidak berlaku bagi Alana. Gadis itu justru tengah mengumpat kesal karena ia harus tetap berangkat ke kantor meski dalam kondisi hujan deras. Mereka tentu tidak mau tahu bagaimana atau dengan cara apa masing-masing karyawan menerobos hujan untuk tetap sampai di kantor. Mereka hanya tahu bahwa pada karyawan harus tiba di kantor sebelum jam kerja di mulai.
Entah karena faktor keberuntungan atau apapun itu, Alana berhasil tiba di kantornya meski dalam kondisi basah disana-sini. Ia tidak terpikirkan untuk membawa pakaian ganti lantaran isi kepalanya hanya dipenuhi dengan berbagai macam cara yang harus ia lakukan untuk tetap sampai di kantor meski dalam cuaca hujan. Gadis itu mengambil beberapa lembar tisu dari dalam tasnya dan menyeka tetesan air di rambut dan pakaiannya. Meskipun tidak banyak membantu, namun setidaknya pakaiannya tidak nampak terlalu basah seperti sebelumnya.
Pagi ini, lobby kantor terlihat lumayan sepi, berbeda dengan hari biasanya yang cenderung ramai dan penuh dengan kebisingan. Sepertinya hujan berhasil menyurutkan semangat kerja sebagian dari mereka hingga para pegawai yang datang jumlahnya bisa dikatakan menurun drastis. Beberapa dari mereka mungkin terjebak macet, tidak sedikit yang datang dengan pakaian kotor karena mengalami kecelakaan kecil, terpeleset atau sekedar terciprat genangan air yang disebabkan oleh mobil yang lewat. Alana beruntung karena tidak mengalami satupun hal buruk yang biasa terjadi pada saat hujan. Tapi sepertinya keberuntungan itu tidak memihak Rafka. Pria itu datang sepuluh menit setelah Alana tiba. Langkah pria itu tertatih-tatih, celananya sobek, terdapat luka memar dan bercak darah di bagian lutut, sikut dan juga dagunya. Pria itu terlihat sesekali meringis ketika melangkah dengan kondisi yang terlihat cukup memprihatinkan.
"Aku sudah memperingatkanmu dan kau masih saja keras kepala!" terdengar suara pria yang sebenarnya tidak ingin Alana dengar di pagi hari dengan cuaca buruk seperti ini, suara Azarya. "Bagaimana jika Aira bertanya padaku? Dia pasti sangat cemas jika melihatmu terluka seperti ini!" Azarya terus saja mengomel tanpa memperhatikan tatapan beberapa orang yang tertuju padanya.
"Bukankah masih terlalu pagi untuk membuat kegaduhan?" ucap Rafka tenang sekaligus bermaksud mengingatkan.
"Harusnya kau mendengarku. Setidaknya, mobil beroda empat dan tidak membahayakan dirimu saat tergelincir di jalanan yang licin. Kau bisa mengendarainya perlahan dalam keadaan hujan seperti ini. Selain meminimalisir kemungkinan dari kecelakaan, kita juga tidak akan basah kuyup seperti ini."
"Sudahlah, ini semua sudah terjadi." Rafka nampak lelah dengan ocehan Azarya. pria itu jelas-jelas lebih membutuhkan kapas, dan antiseptik ketimbang mendengar keluhan pria aneh itu.
"Terserah kau sajalah!" ucap Azarya kesal lalu berlalu meninggalkan Rafka yang memilih untuk duduk di salah satu kursi yang berada di lobby. Meski cuaca di luar masih mendung dan hujan masih terus mengguyur jalanan, tapi pria bernama Azarya itu sepertinya tidak peduli. Ia masih konsisten menggunakan kaca mata hitamnya seperti pria buta. Namun entah mengapa hal itu tetap saja terlihat cocok. Pria itu, meski kebiasannya mengenakan kaca mata hitam sedikit aneh dan berlebihan di cuaca seperti ini, tapi entah mengapa Alana justru menyukainya. Kulit pria itu pucat dan terlihat semakin pucat dan basah karena tetesan air hujan di wajahnya. Tapi kaca mata hitam yang dikenakannya seolah menciptakan sesuatu hal yang berbeda, sesuatu yang disebut dengan pesona dan sebuah daya tarik. Entah mengapa, secara tidak sadar Alana berpikir bahwa pria itu terlihat jauh lebih tampan dan menggiurkan dari biasanya. Apa semua pria yang basah karena tersiram air hujan itu bisa seseksi ini? Gadis itu menggeleng pelan dan cepat-cepat menepis pikiran kotornya lalu mencoba menghampiri Rafka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Look Into My Eyes
Romansa"Alana, bisakah kau berjanji satu hal padaku?" "Apa?" "Berjanjilah, jangan pernah sekalipun menatap mataku. Jangan pernah! Kecuali aku yang memintamu untuk melakukannya." "Tapi kenapa?" "Katakan 'iya', aku mohon..." Sejak pertemuan pertamanya denga...