19. Takdir?

283 32 7
                                    

Junho's POV

Aku tidak menyangka bahwa aku akan benar-benar menyatakan perasaanku pada Eunsang. Sungguh sangat memalukan, tapi juga melegakan.

Percaya atau tidak, kami seharian berada di ruangan klub tarik suara, hanya berdua saja dan tidak benar-benar melakukan sesuatu.

"Bukankah ini saatnya pulang? Sudah jam 3.34 sore.", kataku pada Eunsang yang sedari tadi tidak berhenti memainkan rambutku.

"Benarkah? Kenapa waktu cepat sekali berlalu?", keluh Eunsang.

"Tasku masih di kelas. Aku harus mengambilnya.", ujarku.

"Benar, tasku juga. Yasudah, ayo kalau begitu.", Eunsang lalu berdiri dan menarik tanganku keluar dari ruangan klub.

"Apa kita tidak perlu mengunci pintu ruangan klub?", tanyaku.

"Tidak perlu. Sampai hari Sabtu nanti yang akan mengunci semua pintu adalah security. Mereka harus memastikan agar acara berjalan lancar.", kata Eunsang. Kami berjalan menuruni tangga dan menuju ke gedung A.

"Memangnya apa yang perlu dipastikan?", tanyaku lagi pada Eunsang.

"Tahun lalu, ada yang sengaja merusak properti anak-anak teater sehingga mereka tidak jadi tampil saat hari-H. Jadi tahun ini, jam 16.00 sekolah sudah harus kosong. Tiap ruangan akan di cek oleh security dan akan dikunci oleh mereka.", jelas Eunsang.

"Apakah pelakunya tertangkap?", aku bertanya penasaran.

"Eo. Untunglah pelakunya tertangkap."

"Lalu, apa yang terjadi dengannya saat ini?", tanyaku lagi.

"Kau tiba-tiba banyak bicara ya Junho.", ujar Eunsang kemudian memandangku, membuat aku sedikit malu.

"A-aku hanya penasaran.", kataku pelan.

"Haha... iya aku tahu kau hanya penasaran Junho-ya.", Eunsang mengacak pelan rambutku. Tepat saat itu aku dan Eunsang sudah tiba di kelasnya yang sudah kosong.

"Jadi bagaimana?", aku masih penasaran. Setelah Eunsang mengambil tasnya, kami berjalan menuju kelasku.

"Pelakunya Kim Hasun, sekarang dia adalah teman sekelasku. Tahun lalu dia hanya diberi peringatan karena yang dilakukannya bukan suatu ancaman besar.", jelas Eunsang. Kami tiba di kelasku yang juga sudah kosong dan aku mengambil tasku.

"Lalu? Apa alasannya berbuat seperti itu?", aku kembali bertanya.

"Tahun lalu, ada senior kami yang sangat populer satu sekolahan. Ia adalah mantan Ketua Serikat Siswa, Kim Kookheon. Kebetulan dia memang anggota klub teater. Anak-anak klub teater meminta tolong padanya sebagai penampilan terakhirnya sebelum ia lulus, agar Kookheon hyung bisa menjadi pemeran utama dalam cerita yang akan mereka tampilkan.", aku menyimak cerita dari Eunsang. Saat ini kami sudah duduk di tangga masuk, tempat pertama kali kami bertemu.

"Kim Hasun, ia juga anggota klub teater saat itu. Alasannya bergabung kesana adalah karena menyukai Kookheon hyung. Pada saat pentas seni, ia tidak mendapatkan pemeran utama wanitanya, ia iri sehingga menghancurkan properti klub teater sehari sebelum penampilan mereka, agar Kookheon hyung tidak perlu tampil.", lanjut Eunsang.

"Wah, bukankah itu obsesi?", ujarku.

"Kau benar. Itu lebih seperti obsesi daripada rasa suka."

"Lalu sekarang? Ia tidak ikut kegiatan klub lagi?", tanyaku lagi.

"Tidak. Sekolah melarangnya mengikuti kegiatan klub agar hal seperti tahun kemarin tidak terjadi lagi.", jelas Eunsang.

"Ah, begitu ya...", aku hanya merespon singkat cerita Eunsang.

[✔] Beautiful Encounter [Lee Eunsang x Cha Junho] | Junsang AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang