Flashback |26|

785 100 95
                                    

Setelah kejadian kemaren sore, gue mendadak jadi mager mau ngelakuin apapun. Bahkan kesekolah aja rasanya nih kaki berat banget buat ngelangkah.

Selain masalah gue yang keciduk sama Renjun kemaren sore, gue juga masih bingung sama kejadian di lapangan basket itu.

Masih kepo gak sama yang di lapangan basket?

Walaupun kalian gak kepo tapi gue bakal tetap kasih tau. Gue kan baik (:

Orang nya yaitu...
.
.
.
.
.

~Flashback on~

Seseorang nyentuh pundak gue,"Hei," gue otomatis ngangkat kepala dan langsung kaget pas liat siapa yang ada di hadapan gue.

"lo?"

"Wirda?"








"Mark?"

Itu bukan suara gue. Itu suara Haechan.

"Haechan?" Mark bersuara dengan nada bingung.

Haechan langsung narik gue kebelakang badannya. Gue berasa kayak cewek baru puber yang ketauan pacaran di depan gang sama ayah nya.

Gue bisa ngerasain kalo suasana saat ini gak santuy. Bahkan Haechan yang wajahnya lawak gitu aja bisa se–serius ini.

Setelah saling diam cukup lama, Mark buka suara,"long time no see." pandangan Mark ngarah ke gue yang berada di belakang Haechan setelah itu dia natap Haechan dengan tatapan yang sulit diartikan.

Dan untuk pertama kalinya gue ngeliat rahang Haechan mengeras gini.

Haechan mengembuskan napas beratnya dan senyum ke Mark yang gue yakini kalo itu senyum terpaksa,"sorry I don't have much time to talk to you,"

Haechan bisa ngomong bahasa Inggris?!

Haechan langsung narik gue buat pergi, tapi baru beberapa langkah, tangan gue yang satunya lagi di tahan Mark.

Kita otomatis berhenti dan ngeliat ke arah Mark,"I wish we could meet again," pandangan Mark ngarah ke kita berdua pas ngucapin itu.

Cuma gue yang ngangguk. Haechan langsung lanjut lagi jalan.

Gue langsung melambaikan tangan seolah berkata "daaadaaa..." Dan di balas sama Mark.

Saat itu gue ngerasa kalo sorotan mata Mark mengandung, kesedihan(?)

Dan soal Haechan dia jadi puasa ngomong bahkan sampai di rumah dia gak ada buka suara.

~Flashback off~

Gue nurunin tangga dengan gak semangat dan ngeliat bunda yang lagi nyiapin sarapan,"adek kenapa lemas banget gitu? Masih pagi loh," Bunda langsung nempelin telapak tangannya di dahi gue ketika gue sampai di meja makan,"gak panas kok,"

Bunda nge–geret kursi,"duduk dan cepat makannya, Haechan bentar lagi jemput,"

"Adek gausah sarapan deh bun," yang langsung dihadiahi tatapan tajam bunda.

"Bun–"

"Makan lo Wir, gue gak mau ya gara-gara lo sakit dan gak mau di bawa ke UKS akhirnya gue disuruh nganter lo pulang," ucap Haechan yang ntah kapan datangnya.

"Banyak bacot lo. Yang ada lo seneng kan kalo gue sakit jadi ada alasan lo buat gak ngikutin pelajaran,"

"Astaghfirullah ughtea kamu shuudzan aja sama aku," balas Haechan dengan wajah sedih minta di tabok.

Story of Daren » Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang