12. Terrified [slice of life]

304 34 4
                                    

Hanya gara-gara sebuah dare bodoh, di sinilah Mila sekarang, terjebak di tengah hiruk-pikuknya taman bermain. Padahal ini seharusnya jadi hari Sabtu tenang yang hanya diisi dengan kegiatan rebahan seharian. Di sebelahnya, si biang kerok masih sibuk mengamati brosur lebar yang diterimanya di tempat pembelian tiket.

"Ke mana dulu?" Alfa akhirnya bertanya. Pria tinggi itu mengalihkan pandangan dari brosur dan menatap Mila, meminta pendapat. "Terlalu banyak wahana. Aku bingung."

"Ya, terserah." Mila mengeluarkan jawaban andalan yang memang diciptakan untuk saat-saat seperti ini. Dia angkat bahu, sama sekali tidak mencoba untuk menyembunyikan ekspresi kesalnya. "Seharusnya kamu memikirkannya sebelum melemparkan dare itu padaku!"

Sekali lagi Mila bertanya-tanya. Kenapa ujung botol itu harus mengarah padanya? Dare untuk pergi ke taman bermain bareng Alfa memang menyebalkan. Betapa sialnya Mila yang tidak punya opsi untuk menolak.

"Aku nggak kepikiran sampai sana." Alfa kembali mengamati denah taman bermain di brosur. Dia terdiam selama beberapa saat. "Ah, begini saja!"

Pria itu menarik Mila ke bangku taman terdekat dan membentangkan brosur itu lebar-lebar.

"Sekarang tutup mata dan tunjuk satu titik secara acak."

Mila kembali misuh-misuh, tapi toh dia tetap melaksanakan apa yang diminta. Biar cepat, pikirnya. Dia memejamkan mata dan menunjuk asal-asalan. Bayangkan betapa kagetnya Mila begitu melihat titik tempat telunjuknya berlabuh.

Rumah hantu.

***

"Kenapa nggak bilang kalau kamu juga penakut?"

Mila menepuk punggung Alfa cukup keras. Dia protes, tentu saja. Seandainya dari awal Alfa mengaku terus terang, mereka kan jadi tidak perlu nekad masuk ke rumah hantu ini. Awalnya Mila merasa dia akan baik-baik saja. Tinggal tutup mata, pegang ujung jaketnya Alfa dan melangkah kemana pun pria itu pergi. Eh, ternyata Alfa juga sama hebohnya.

"Aku bukannya takut, La. Cuma gampang kaget- HUWAAA!"

Dan teriakan nge-bass itu kembali membahana untuk yang kesekian kalinya. Mila refleks ikut-ikutan berteriak, padahal dia belum tahu apa yang baru saja mengagetkan Alfa.

"Astaga, Mbak!" Alfa membentak sosok berwajah pucat, berambut panjang dan bergaun putih yang tiba-tiba muncul dari jeruji besi di depan mereka. "Munculnya jangan dadakan dong!"

"That's the point, Bodoh!" Kali ini tangan Mila melayang ke kepala Alfa. "Untuk membuat pengunjung ketakutan."

"Oh, di dalam sana ada tempat stempel!"

Mila panik saat Alfa tiba-tiba berbelok memasuki ruangan gelap. Dia buru-buru ikut masuk dan memperhatikan Alfa membubuhkan sebuah stempel pada kertas yang diberikan di pintu masuk. Itu adalah misi yang harus mereka laksanakan di dalam rumah hantu. Akan ada hadiah menarik bagi pengunjung yang berhasil mengumpulkan 10 stempel. Mila sama sekali tidak peduli dengan itu, tapi Alfa yang ambisius-meskipun penakut-bertekad untuk mengumpulkan semua stempel.

"Next!" Alfa kembali memimpin jalan, sementara Mila kembali berjalan di balik punggungnya.

Kali ini, untuk pertama kalinya Mila mensyukuri tubuhnya yang jauh lebih pendek dari Alfa. Cukup dengan tetap berdiri di belakangnya, Mila tidak akan bisa menyaksikan apa pun yang ada di depan mereka. Biar saja Alfa yang ketakutan sendiri atas apa yang dilihatnya.

Namun, Mila salah besar karena mengira teror hanya datang dari arah depan. Dia tidak ingat bahwa di sini, "hantu" punya sejuta trik untuk menakut-nakuti pengunjung. Di saat dia lengah, di bawah sana seseorang meraih pergelangan kakinya. Dan Mila langsung berteriak sejadi-jadinya.

***

Betapa bersyukurnya Mila ketika bertemu cahaya matahari lagi.

Dia sudah lemas. Padahal itu baru wahana pertama yang mereka kunjungi. Ditambah lagi, tenggorokannya terasa kering akibat terus-terusan berteriak.

Dan sesosok tiang bernama Alfa malah menertawainya habis-habisan.

"Iya, aku ini penakut! Puas?" Mila sungguh sewot. Padahal pria itu juga sama penakutnya. Gampang kaget, katanya? Pasti itu cuma alasan.

"Tapi kan jari telunjukmu yang membawa kita ke sana."

Mila menghela napas berat. Sepertinya minggu ini memang jadwalnya untuk mendapat kesialan bertubi-tubi. Kemarin kena dare, sekarang malah terpaksa masuk ke rumah hantu.

"Padahal tinggal satu stempel." Alfa memandangi kertas di tangannya. "Kamu sih, tiba-tiba lari ke pintu keluar."

"Sorry ya, Al." Mila menjawab sarkastis. "Kewarasanku jauh lebih penting dibanding hadiahnya."

"Tapi tanggung! Ayo masuk lagi!"

Mila memberi pria itu tatapan tajam. Dia tidak tahu Alfa beneran serius atau cuma ingin mengerjainya, tapi dia tidak ingin melalui neraka itu lagi.

"Enggak! Dari pada kamu memboroskan uang untuk tiket, lebih baik belikan aku minum!"

Hari masih panjang, tapi Mila merasa tenaganya sudat tersedot sebagian. Ketakutan memang menyerap banyak energi.

***

TEMA 12:
Buka Kbbi.web.id. Lihat kata pertama yang muncul di pencarian populer hari ini (baris pertama paling kiri). Buat tulisan dengan menggunakan kata itu sebagai tema.

 Buat tulisan dengan menggunakan kata itu sebagai tema

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Buat temanya, aku memilih pakai definisi "cabar" yang kedua, tapi yang kata "lengah" sama "boros" juga sempat muncul di sini.

/makin hari aku makin bingung sama temanya T.T/

Dan berkat cerita ini, dua OC-ku kembali berkesempatan untuk melihat dunia (meskipun sesaat)
/sabar ya, nak-anak. tunggu giliran :')/

Love,
Tia

12 November 2019
20.54 WIB

[End] YestodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang