Hari itu, di saat banyak orang berada di luar rumah, beberapa kerumunan manusia berjalan di sisi trotoar dengan mantel-mantel tebal dan baru, mereka menyambut salju pertama yang akan turun dalam beberapa jam jika kata ramalan cuaca pagi ini.
Tapi tentu saja tidak semua, ada yang memilih untuk tetap berada di dalam rumah atau dilindungi tembok besar gedung-gedung kantor karena mereka belum mendapat jatah libur.
Salah satunya Junho, seorang laki-laki yang berada di balik meja perpustakaan dengan beberapa tumpuk buku dan buku catatan di sekelilingnya.
Tidak, ia sedang tidak bekerja. Ia hanya tidak terlalu menyukai berada di tengah keramaian dan lebih memilih membiarkan dirinya tenggelam dalam beberapa buku sejarah dan buku-buku lainnya.
"Kenapa kau tidak keluar saja." Junho menoleh mendapati laki-laki manis tengah memeluk dua buku di tanganya mengikut ke arah pandangnya yang sejak tadi ia lamunkan tanpa sadar.
"Oh maaf jika aku mengganggu, kau terus menatap keluar mungkin karena hari ini cuacanya cukup cerah dan akan ada parade di pusat kota nanti malam, tapi kau terjebak di ."
"Kau sendiri kenapa ada di sini?" Anak itu mengedikkan bahunya lalu menunjukkan buku-buku yang sejak tadi ia genggam pada Junho.
"Aku harus mengerjakan tugas musim dinginku." Junho melirik buku-buku itu. Sejarah dan sosiologi.
"Mau ku bantu?"
"Ne?"
"Aku bisa membantumu menyelesaikan tugas itu agar kau bisa datang ke parade nanti malam." Junho tersenyum tipis, sesuatu yang cukup sulit ia lakukan saat bertemu orang asing. Tapi anak berambut merah yang terus mengerjap lucu di depannya seperti tidaklah buruk untuk jadi teman barunya.
"Benarkah!?" Anak itu langsung menutup mulutnya dan menunduk saat menyadari ia merspon dengan suara yang terlau keras, "Benarkan kau ingin membantuku?"
Junho mengangguk sebagai jawaban.
"Oh iya, namaku Eunsang. Kalau begitu bagaimana nanti kita pergi ke parade bersama?"
"Aku tidak bisa."
"Ayolah, aku yang traktir sebagai ucapan terima kasih sudah mau membantuku." Eunsang mmengatakannya setengah merengek.
Ini bukanlah sesuatu yang sering terjadi, ia bukanlah orang yang mudah berbicara dengan orang baru bahkan entah dari mana asalnya anak ini. Junho selalu bersikap sebagai penerima yang tak banyak menuntut bukan sebagai pemberi.
Tapi tindakan implusifnya kali ini mungkin akan mengubah seuatu, entahlah kemungkinan itu muncul begitu saja.
"Ya, kau mau yah?" Kerjapan itu lagi. Sepertinya anak ini sering melakukanya untuk mendapatkan perhatian yang ia inginkan, dan itu berhasil.
Junho mengangguk, senyumnya terkembang menawan saat Eunsang mengepalkan tangannya ke udara.
"Jadi, bagian mana tugasmu itu?"
"Oh iya......." Eunsang menarik kursi mendekati Junho dan mulai membuka buku-buku yang ia dapatkan dan buku catatannya.
....................
"Aaaaah akhirnya selesai." Eunsang meregangkan kedua tangannya saat akhirnya ia selesai menulis semua tugas untuk musim dinginnya.
Junho masih setia membaca bukunnya yang sepertinya tidak ia balik halamannya sejak beberapa jam lalu karena terus menjelaskan ini dan itu pada Eunsang.
"Sekarang giliranku untuk mentraktirmu, ayo." Eunsang menairk tangan Junho keluar dari perpustakaan kota saat mereka selesai membereskan buku-buku itu.
"Aku sungguh tidak apa Eunsang."
"Mentraktirmmu adalah salah satu tugasku saat ini." Pria berambut merah mencolok itu mengangguk yakin seakan ia tengah melakukan misi negara atau semacamnya.
Saat sampai di pusat kota yang sudah sangat ramai malam ini, dengan banyaknya pedagang cemilan dan penjual mainan sepanjang jalan.
Mereka berhenti, hanya untuk memastikan apa yang mau mereka makan malam ini.
Junho melepaskan pegangan tangan Eunsang padanya dan beralih menggenggamnya, meremasnya saat tangan itu mulai sedikit basah.
"Kau baik-baik saja?" Eunsang menoleh, wajah teman barunya itu pias, pupil matanya bergetar saat mengedarkan pandangannya ke sekeliling pusat kota.
Eunsang tersenyum menaruh tangannya yang lain untuk menangkup tangan berkeringat Junho dan mengusapnya.
"Tak apa, aku tidak akan pergi sampai tugasku yang ini berhasil, hehe. Ayo."
Eunsang menuntun pelan langkah mereka ke dalam keramaian, ibu jarinya terus mengusap punggung tangan Junho agar ia tenang dan sepertinya cukup berhasil.
"Kau mau yang mana?" Mereka berhenti di sebuah stan takoyaki Junho ikut mendongak saat Eunsang menunjuk beberapa varian yang mungkin Junho suka.
Setelah mereka mendapatkan cemilan bulat itu mereka berjalan lebih jauh menuju pusat parade. Lalu duduk di sebuah kursi panjang di dekat sana.
"Junho."
"Ya?"
"Maaf jika aku lancang, apakah kau...........punya trauma atau semacamnnya."
Junho mematung ia bahkan berhenti mengunyah makanannya dan menatap kosong keramaian di hadapan mereka.
"Jika kau tidak ingin mengatakannya tak apa, Aku-" Eunsang mulai panik karena Junho tidak mengatakan apapun dalam waktu yang cukup lama.
"Aku pernah di tinggalkan." Bibir tipis itu bergetar, entah karena kedinginan atau alasan lain. "Di tengah keramaian...............di hari pertama musim dingin.............dan mereka tidak pernah kembali." Junho menggerakkan tenggorokkan karena merasa tercekik.
Tanpa mengatakan apapun Eunsang melakukan hal yang sama seperti ketika sebelum mereka masuk dalam kerumunan.
"Maafkan aku."
"Eunsang?"
"Ya?"
"Apa aku boleh memelukmu?" Eunsang mengangguk dan merantangkan tanganya. Mengusap punggung yang langsung bergetar saat wajah Junho mulai tenggelam di bahunya.
Mereka baru saja bertemu beberapa jam lalu, perkenalan pertama yang seharusnya tidak berjalan secepat ini, tapi siapa peduli. Eunsang senang bertemu dengan Junho yang baik hati.
Setelah cukup lama, tangisan Junho akhirnya berhenti. Ia menegakkan tubuhnya dengan mata sembab, masih berair juga puncak hidungan memerah karena dingin bercampur tangis.
"Sudah merasa baikan? Kita bisa pulang jika kau mau, aku minta maaf mengingatkanmu tentang-"
"Maukah kau jadi temanku?"
"Tentu."
"Jugaa..........Maukah kau berjanji untuk tidak meninggallkanku dan menepatinya?" Tanpa berpikir panjang Eunsang mengangguk, mengusap sisa lelehan air mata Junho dengan ibu jarinya dan tersenyum hingga orang di hadapannya ikut tersenyum.
Mungkin inilah hal magis yang sering neneknya katakan saat ia masih kecil tentang hari pertama musim dingin. Akan ada kesempatan yang akan di dapatkan setiap orang di hari ini. Entah itu untuk dirinya atau untuk orang di sekitarnya.
Dan kali ini, Ensang memberikan kesempatan itu.
Kesempatan untuk Junho-orang yang baru ia temui beberapa jam lalu-untuk bahagia. Dan Eunsang akan dengan senang hati memberikan kesempatan itu, sebaik yang ia bisa
FIN
KAMU SEDANG MEMBACA
Prompt X Produce
FanficKumpulan oneshoot Kapal Produce x 101 Other coming soon BXB Baku kasar Don't like just leave