POV: Ahkam Al-karim
Aku melompat dari kursi belajar ku, saat mata ku tak sengaja melihat kalender, bulan sebelas.
Seseorang pernah mengatakan padaku, awal bulan sebelas dia akan masuk pondok pesantren, lewat chat LINE, dgn kalimat singkat dan padat. Dia mengatakan ingin merasakan jadi santri di pondok lain, Krn selama ini dia belajar dgn abahnya dirumahnya, yg juga mengasuh pondok.
Aku menepuk jidat sambil menggerutu tak jelas, bagaimana mungkin aku bisa lupa? Ini sdh tanggal 6, gimana kalau dia sdh pergi?
Aku berjalan sedikit tergesa di koridor pondok, rencananya aku akan izin mengambil HP ku, walaupun aku tau ini bkn jadwal ngambil hp, tapi tetap nekat pergi ke sana.
"Maadza?" (Ada apa?) tanya salah satu musrif (pengurus) yg ada di sana
"Saakhudzu haatify."(aku mau ngambil hp) jawabku santai.
Dia melotot kearah ku, "Ngelindur antum? Ini bkn jadwal ngambil hp!" Semprot nya.
"Seratus ribu?" Aku mencoba menawar sambil naik turunkan alis ku, dia tampak berpikir. "Dua ratus rebu, tapi hpnya ana pake agak lamaan." Dia masih tampak berpikir.
"Oke!" Jawabnya akhirnya, aku menampilkan senyum miring sambil menerima hp, gayanya sok tegas, di tawari uang langsung melempem. Huh! "Tapi jgn sampai ada yg tau!" Ucapku sebelum berlalu, bisa belibet urusannya kalau sampai ada yg tau, apalagi kalau beritanya sampai ke Mudhir pondok.
***
Aku mangacak rambut ku frustasi, pasalnya semua akun sosmed perempuan itu sdh tidak ada yg aktif. Kalau sdh begini, gimana mau ngehubungi dia? Mungkinkah aku harus menelepon Abah nya, ahhss!! Kayak udah bosen idup aja berurusan dgn ustadz itu prihal putri bungsu kesayangannya."Gue mau pulang," ucapku membuat 3 sahabat ku melotot tak percaya.
" Cuma karna cewe itu Lo rela pulang jauh-jauh?" tanya Siddik
"Ngapain juga Lo pulang padahal Lo tau dia udah pergi?!" Sembur Azzam sewot, kalau yg satu ini memang dari awal udah ga sor ngeliat aku suka sama cewe itu. "Bego kok di pelihara?!!" Sambungnya. Oke, untung Lo sahabat gua, kalau gak....
"Yah kan belum tau pasti dia udah pergi apa belum, yah di coba dulu mastikan kan gak ada salahnya, ntar klw dia udah mondok mana mungkin lagi bisa ketemu," jawabku, "lagian gue gak minta ongkos sama lu, kok sibuk?" Kali ini aku udh kebawa emosi.
"Kalau Lo kerumahnya, emang Lo yakin bisa ketemu dia, Lo gak lupakan siapa bokapnya?" Kali ini Fajar buka suara, satu-satunya sahabatku yg banyak diam dan terlalu minim ekspresi. Tapi kali ini dia kayak bener.
Aku menghela nafasku, keputusan tetap lah keputusan, aku tetap akan terbang ke Sumatra malam ini juga, masalah bisa atau tidak bertemu perempuan itu bisa diurus nanti."Gua tetep mau pulang!"
"Lo di tolak mentah-mentah udah, diusir langsung sama tuh cewek waktu datang jga udah, Lo kurang apa sih biar bisa ngelupain dia?" Azzam menatapku prihatin
" Lo itu selalu jijik kalau liat gaya pacaran anak-anak sekarang, yg suka ngupload foto pasangan nya dgn caption macem-macem, atau apalah, kata Lo mereka itu ngebucin, tapi Lo sadar gak sih kalau sekarang Lo itu sama aja kyk mereka, malah lebih parah kadar kebucinan Lo, sampe rela ribet-ribet pulang cuma demi cewe?" Ngedenger ucapan Siddik ini aku sedikit gak terima, masa aku di Katai bucin? Tapi... Aku juga gak bisa ngelak, ntahlah cewe cantik-cantik cabe rawit itu benar-benar buat aku makin gila makin hari.
"Pokoknya gua pulang, dan tugas Lo ber3, kalau semisal ortu gua nelpon nanyain gua, bilang aja lagi ada urusan, pergi ke rumah salah satu ustadz di sini," putus ku
"Lah? Emang Lo pulang gak kerumah?"
"Kalau gua pulang bakalan lebih ribet masalahnya, Lo kan tau orang tua gue," jawabku sambil bangkit.
"Lo pulang pake apa?"tanya Azzam
"Pesawat lah, ya kali gua naik bus berhari-hari." Aneh tu anak
"Ongkos Lo?" tanya nya lagi
"Astaga, bawel amat Lo, yg jelas ga minta sama Lo."
***
Aku mematut diriku di cermin, melihat pantulan ku, dgn tinggi dan berat badan yg proporsional, kulit sawo matang, dan bentuk wajah yg... Lumayan lah, bisa dibilang ganteng, bahkan banyak cewek-cewek yg nge-fans sama ku, tapi, ternyata gak cukup untuk narik minat cewe cabe rawit yg satu itu.Aku menghembuskan nafasku pelan, yah.. dia pantas aja gitu, secara banyak cowok-cowok oke di sekitarnya, dari mulai deretan anak-anak kiayi, ustadz-ustadz muda nan tampan, ataupun santri-santri unggulan Abahnya. Dia tinggal milih mau yg model apa.
Sementara aku? Hahh... Untuk dilirik keluarga nya aja rasanya gak pantas. Preman kelas kakap di kalangan santri, yg bahkan udah 2 kali pindah pondok diskor gegara buat onar. Gitu masih aja ngarep tinggi-tinggi. Huhhh.. dasar!
Aku tersadar dari lamunan ku saat fajar menepuk pelan punggung ku, "1 jam lagi jadwal penerbangan Lo, kita harus berangkat sekarang," ujarnya datar
Aku mengangguk kan kepala, lalu berbalik, dan berjalan beriringan dgn Fajar ke arah gerbang, setelah pamit terlebih dahulu pada mudhiroh pondok dgn alasan menjenguk keluarga yg sakit diluar kota, hehe... Padahal gua pergi ke luar pulau. Bohong dikit lah...
***
Aku mendarat di Medan sekitar jam sembilan malam, lalu naik taksi ke salah satu hotel terdekat dari bandara internasional Kuala-namo, rencananya, pagi besok aku baru berkunjung ke rumah perempuan itu.Begitu sampai hotel, aku langsung membersihkan diri, sholat isya, lalu membaringkan tubuhku di kasur, beberapa kali sempat menghubungi dia, namun hasilnya sama, nihil.
Membuatku hanya bisa tersenyum kecut.
Alhamdulillah part 2 selesai...
Insyaallah part berikutnya di-up secepatnya.
Jangan lupa vote and coment ya ...😊😉😘Jazaakumullahu yaa khoir
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, PUTRI KIYAI
Roman pour Adolescents"Tinggal menghitung Minggu, kita akan segera menemui hari itu, hari yg akan membuat kita terpisah sejauh jauhnya, dan mungkin tak dapat bertemu lagi selamanya, kuharap itu benar-benar terjadi, setelah kepergian mu nanti, kumohon, jangan sampai ada l...