Wishing star.
Katanya bintang jatuh itu punya suatu kekuatan magis yang menakjubkan. Jadi banyak orang percaya bila mengucapkan permintaan saat secara langsung melihat bintang jatuh, maka permohonannya akan dikabulkan.
Pria itu pun sama. Dia memejamkan mata, menangkup kedua tangan di dada, dan mulai memohon, 'Pertemukanlah aku dengannya lagi.' Lalu mengangkat tangkupan tangannya menyentuh bibirnya sendiri.
Pria itu meninggalkan bukit tempatnya menyendiri kemudian berjalan turun cukup lama sebelum kembali ke tempat mobilnya diparkirkan. Dia masuk lalu melaju dengan kecepatan sedang sambil memutar lagu favoritnya. Lagu yang tak pernah berubah sejak tahun tahun itu. Tahun dimana dia masih bisa melihatnya. Tahun terakhirnya di sekolah menengah atas.
Saat itu dia berharap orang itu tidak pernah melihat senyum palsunya. Sebuah senyum untuk menutupi apa yang sebenarnya dia inginkan. Harapan tentang bagaimana hubungan mereka seharusnya.
Dia berani bertaruh bahwa orang yang disukai orang itu pastilah seseorang yang begitu cantik.
Salah satu malam di tahun itu, dia dan teman-temannya melakukan permainan truth or dare.
"Apa ada di antara kami, orang yang kamu sukai?"
Ketika botol itu menunjuk ke arahnya, dia diberi pertanyaan.
Lalu dia melihat semua orang yang duduk melingkari meja, dan tentu saja orang itu ada di sana. Dia tidak berbohong dan menjawab, "Ya." Tapi tetap saja dia tidak bisa menyebut satu nama. Dia lebih memilih untuk meminum gelas berisi alkohol di hadapannya.Ketika pertanyaan yang sama ditujukan kepada orang itu, dia juga menjawab hal yang sama.
"Orang yang kusukai sangat cantik, ramah, dan tentu saja istimewa."
Jantungnya tidak bisa lebih remuk lagi mendengar deskripsi itu. Tapi dia tidak bisa mengobati rasa penasaran karena orang itu juga memilih untuk minum daripada menyebutkan satu nama.
Cantik, ramah, dan istimewa. Dia tidak pernah merasa dirinya hidup dengan ketiga kriteria itu. Apalagi untuk kriteria yang pertama, tentu saja tidak. Sepertinya memang benar-benar jauh dari jangkauannya. Saat itu juga dia begitu ingin mengubur sedalam-dalamnya perasaan yang dia miliki.
Tapi bagaimana bisa?
Dia bahkan tidak bisa sedetikpun mengalihkan matanya saat duduk berdua bersama orang itu. Seperti semua dunianya hanya berpusat pada satu orang itu. Dia sudah tak mampu melihat yang lainnya lagi.
"Saat permainan itu, apakah benar kamu sudah memiliki seseorang di hatimu?"
"Ya tentu saja."
Masih bisakah dia berharap itu adalah dirinya?
"Aku sangat mencintainya. Dia begitu cantik."
Bisakah dia tidak mengatakan hal yang bisa meremukkan sesuatu dalam tubunya?
Di setiap malam-malam di tahun itu yang dilaluinya, tidak pernah sekalipun dia tidak menyenandungkan lagu yang diiringi dengan petikkan gitarnya. Lagu yang menjadikan alasan air mata yang menetes mengenai senarnya.
Apakah orang itu tahu wajah siapa yang selalu berada di pikirannya di setiap malam?
Orang itu adalah alasan untuk setiap tetesan air mata yang jatuh mengenai gitarnya.
Satu-satunya alasan bahkan sampai saat ini dia masih berharap pada bintang jatuh.Setelah empat tahun berlalu, mengingat masa-masa itu tidak juga membuat semuanya menjadi lebih baik.
Dia masih ingat bagaimana sempurnanya ketika orang itu berjalan di sampingnya. Membuat semua mata di sekitarnya tidak mampu mengalihkan pandangan. Kesempurnaan yang dia harap dia juga bisa memilikinya.
Dia bahkan hampir tidak bisa bernapas saat menghirup udara yang sama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teardrops on My Guitar
FanfictionSelama ini dia selalu menjadi satu-satunya alasan. Alasan dari setiap tetes air mata yang mengenai senar gitarnya. Alasan dari lagu yang selalu berkumandang di dalam mobilnya. Tapi benarkah seperti itu?