ANEH

43 3 0
                                    

POV: Hilya

"Ukhty Hilya, ntar ada rapat di ruang mudhiroh(kepala sekolah)." Khoulah berucap sambil menepuk pelan punggungku

"Ohya? Jam berapa ukh?" tanyaku sambil tetap membereskan rak buku.

" Ba'da majlis malam, jam sembilan lewat," ucapnya, lalu berlalu.

***
Sekarang aku dan ke-5 teman-temanku, orang penting di pondok ini telah duduk manis di ruang khusus mudhiroh, ruang ini tdk terlalu luas, mungkin hanya berukuran 3kali5 tak lebih, tapi, bisa masuk keruangan ini termasuk kebanggaan untuk murid-murid umumnya. Kecuali kami ber-6; aku, khoulah, Aisyah, Kezia, hasanah, dan Zainab. Karena bulan lalu kami telah resmi diangkat menjadi Syurthiyyah yg bertugas mengawasi anak-anak pondok, memberikan 'iqob(hukuman) untuk yg melanggar peraturan, dan sebagainya. Intinya kami sebagai tangan kanan mudhiroh.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya mudhiroh masuk ke ruangan, lalu duduk diantara kami.

"Kaifahaalukunna ya akhwatiy?" tanyanya menyapa dgn senyuman ramah dan berwibawa

"Alhamdulillah, nahnu bikhoir," jawab kami serempak.

"Akhwat, ada berita bagus nih," ucap nya kemudian.

"Ada apa ustadzah?" tanya ku.

"Minggu depan insyaallah kita mengadakan dauroh ilmiyyah, dgn mengundang Syaikh dari Madinah." Kami menganggukkan kepala "jadi, ustadzah mau minta tolong sama kalian untuk membentuk beberapa tim kebersihan, kalian 5 orang, nanti masing-masing kalian milih beberapa murid untuk di jadikan anggota tim."

"Ustadzah, kami kan 6 orang?" tanya Zainab.

"Iya, untuk ukhty Hilya tugasnya beda, dia yg akan jadi ketua panitia, jadi dia hanya mengontrol hasil kerja kalian, atau klw ada masalah yg berkenaan dengan pekerjaan ini segera lapor ke dia. Dia bertanggung jawab sepenuhnya atas tugas ini," jeda sejenak, "ukhty Hilya bersedia?" Tanya ustadzah kemudian, membuat ku gelagapan, tanggung jawab itu susah, tapi... Insyaallah bisa, dengan mengucapkan bismillah aku menjawab,

"Akan ana coba ustadzah."

***
Aku langsung membaringkan tubuhku saat sampai di kamar asrama, lelah, itulah yg kurasakan, setelah hampir 3 jam menengahi perdebatan- perdebatan kecil saat menentukan anggota tim, karena ada beberapa murid yg susah diatur.

"Ukhty Hilya, ada telpon dari kakak ukhty!" Seru seorang teman dari pintu kamar, aku berdecak sebal, beberapa menit lagi aku mau memasuki alam mimpi, ehh... Malah di bangunin. Tapi aku tetap berjalan kearah ruang pengurus yg menjaga hp.

Kakakku menelpon, menanyakan kabar dan lainnya, setelah sepuluh menit ngobrol, dia bilang: " 2minggu lalu Ahkam datang kesini, dia nanyain kamu."

Aku menganga tak percaya, bagaimana mungkin dia datang, diakan mondok di Jawa? Terus ini juga belum tanggal liburan kan?

"Dia pulang ke Medan cuma mau tau kabarmu, karena semua sosmed mu gak ada yg bisa dihubungi," lanjut kakakku, membuatku melongo parah, tuh anak sehat gak sih, rela nyebrang pulau cuma mau tau kabarku?

Setelah 20 menit kakak memutus sambungan telepon, aku kembali ke kamarku dgn sejuta pikiran tentang keanehannya. Ini aneh, tapi gak bisa dibilang gak mungkin, karana dari dulu dia juga selalu bertingkah aneh-aneh. Hal paling nekat sekalipun pernah ditempuh nya kalau mau bertemu aku, ntahlah, semakin di jauhi dia semakin gencar melakukan pendekatan dengan ku.

Ahkam, nama itu terus melintas di kepalaku sejak dengar yg disampaikan kakakku itu, membuatku jadi susah pokus menjalankan tugas, aku menggelengkan kepalaku, berharap kegilaan ini segera pergi, tapi hasilnya nihil. Aku tetap memikirkannya.

LOVE YOU, PUTRI KIYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang