- 16 - Manusia Aneh

63 10 0
                                    

Jean tidak tau harus marah atau membiarkan Evlin yang memasangkan raut wajahnya seperti sangat bersalah. Namun hati dan jantung sialan ini selalu kalah ketika menyangkut tentang Evlin.

Terlintas di otaknya, untuk menjahili Evlin yang sepertinya takut dimarahi Jean. Wajahnya terlihat lucu sekali ketika menengangkat kepalanya menatap Jean dan tertunduk kembali. Dibenaknya, Jean sedang tertawa renyah.

Keringat dingin terasa oleh Evlin, ketika Jean berjalan ke arahnya. Disela ketakutannya ia sangat kesal dengan Kevin yang malah hanya diam saja. Dan Kevin juga membuatnya semakin ketakutan, karena dia terus menghantui sosok asli Jean.

Derap langkahnya semakin dekat, tinggal beberapa langkah lagi. Apalagi langkah kakinya Jean itu sengaja dilebarkan. Semua tatapan tertuju pada Jean dan Evlin. Mereka saja yang melihat menegang, apalagi Evlin?

Mata Evlin terpejam dan kepalanya ditundukkan. Aduhhhh...! Gimana ini? Dia serem banget mukanya lagi. Batin Evlin.

Karena penasaran, Evlin membuka kelopak matanya dan mengangkat kembali wajahnya. Kini tubuh jangkung Jean hampir dekat. Tapi, sebelum mendekat,

"Ampun...ampun...ampun deh Jean. Gue gak bermaksud melempar kue itu ke muka lo yang mulus itu" Jean sudah ada didepan nya. Evlin terus saja meminta ampunan pada lelaki yang ada didepannya. Namun alis Jean saling bertautan.

"Lo kenapa? Gue mau ke kamar mandi, dimana?" pertanyaan Jean membuat mata Evlin membulat sempurna, dan pastinya mulutnya menganga.

"Di-di-di sana nan-nanti be-belok kiri" tangannya sambil menunjuk arah.

"Oh, thank you" kemudian pergi dengan wajah yang datar. Sebenarnya Jean ingin sekali tertawa ketika wajanya yang sangat panik.

"Hahahahahaha" tawa Kevin pecah dan yang lain pun sama. Evlin diam seribu bahasa. Bukan gugup, tapi malu. Pipinya memerah seperti tomat. Bukan hanya malu, ditambah kesal dan marah juga pada Jean yang telah mempermalukan dirinya, didepan semua anak MIPA. Bayangkan, banyak kan?

"Hahaha! Si Evlin ke geeran banget sih?" teriak Lisa yang disela-sela ketawanya. "Iya, huuuuu!" sorak Jessie.

"Eh, apaan lo ngikutin gue?!" tanya Lisa dengan nada yang tidak terima pada Jessie.

"Serah gue lah!"

"Ngajak masalah lo" Lisa melempar makanan lagi ke wajah nya Jessie. Dan Jessie juga tidak mau kalah. Dia mambalasnya. Kemudian semua juga mengikuti nya, sehingga aksi lempar melempar semakin riuh.

Kevin berusaha menenangkan Evlin yang marahnya sedang meronta-ronta. Kevin tidak bisa menyalahkan Jean. Karena Evlin sendiri yang tiba-tiba memohon ampunan.

"Gue mau ke kamar!" ucapnya ketus sambil menghentakkan kakinya di sepanjang tangga. Kevin tidak bisa berbuat apa-apa, kini yang harus lakukan adalah menemui teman-temannya yang masih asyik melempar ini-itu.

Sementara itu, di kamar mandi Jean membasuh wajahnya dengan air dan mengelap dengan tisu secara lembut. Di cermin senyumnya terlihat terbit.

"Oy! Ngapain senyam-senyum di kaca, curiga gue" pandangannya beralih pada seseorang sedang berdiri di ambang pintu sambil menyilangkan tangan dan kakinya.

"Apa? Curiga apa?"

"Nggak, kapok gue. Yang ada nanti lo marah, gak mau gue ditinju ama lo lagi"

"Makannya diem"

"Ini juga gue udah diem"

"Bryan, kek nya ada yang naksir lo deh" Bryan menghampiri Jean dengan tatapan yang serius. "Really?" tanya Bryan menyepitkan matanya.

Game OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang