Hal tersulit ialah meninggalkan sesuatu yang sudah terasa nyaman
Semenjak 1 bulan terakhir ini,kehidupan Yara serasa tidak beraturan.Sering pulang larut malam,jarang mengerjakan tugas sekolah dan yang terburuk adalah dia menjadi seseorang yang hobi pergi ke clubing.
Pukul 22.03,Yara masih bersama teman-teman karibnya di clubing.Bersenang-senang dengan dentuman musik yang tak enak didengar.
Meski hobi bermalam di sebuah clubing,tapi Yara sama sekali tidak pernah menyentuh minum-minuman alkohol.Yara hanya berjoged mengikuti dentuman musik yang diputar seorang DJ.
2 bulan ini,Yara memang sedang mengalami fase yang begitu menyakitkan.Berbeda dengan kehidupan yang dulu.Akhir-akhir ini dia tinggal dirumah sendirian.Hubungan kedua orang tuanya sedang kacau,dan memilih menenangkan diri mereka masing-masing.
Suasana dirumah yang dulunya begitu hangat dengan suasana keluarga kini berubah sepi layaknya kuburan.Hal ini yang membuat Yara bosan dan sama sekali tidak betah tinggal dirumah.Hanya ada rasa sakit yang tertinggal didalamnya.
"Baju gue jadi bau alkohol,asw." umpat Yara pada Deva yang barusan tidak sengaja menumpahkan alkohol di baju Yara.
"Maaf Ra,gak sengaja."ucap Deva pada Yara.
"Ah tai lo."kesal Yara pada Deva.
"Lo pulang aja ya gue anterin." tawar Deva dengan sedikit berteriak.Suaranya sedikit di keraskan karena musik yang terputar begitu berisik.
"Iya gue mau pulang,Elisa mana?" tanya Yara mencari sahabatnya yang bernama Elisa.
"Lo keluar duluan,gue cari Elisa." ujar Deva.
Yara melangkahkan kakinya keluar.Berjalan menuju parkiran.Telinganya terasa begitu tenang.Yara menghela napasnya saat membuka pintu mobil milik Deva.
"Deva lama." ujarnya pelan sambil memainkan ponsel.
Tak lama kemudian seseorang membuka pintu mobil tersebut.Orang itu adalah Deva,yang sejak tadi di tunggu Yara.
"Lama banget lo."kesal Yara kepada temanya itu.
"Gue cari Elisa." jawab Deva
"Terus Elisa nya mana?" Tanya Yara.
"Kata dia nanti pulangnya,sama Rian.Kita disuruh duluan aja." Ucap Deva sambil menyalakan mobilnya.
Yara hanya membalas dengan anggukan.
"Lo mabuk Dev,yakin nyetir?" tanya Yara yang merasa ragu ketika Deva menyetir.
"Yakin aja,gue mabuknya sedikit tadi."
"Yaudah."
Diperjalanan hanya ada keheningan,Yara tidak berbicara sama sekali karena takut mengganggu konsentrasi Deva yang sedang menyetir.
Yara memalingkan wajahnya kearah samping,jendela.Dia menatap gedung-gedung yang menjulang tinggi disana.Suasana yang cukup indah dan enak di pandang.Berbeda dengan kehidupan di siang harinya.Hanya ada debu-debu dan asap yang mengganggu.
"Yara." panggil Deva memecahkan keheningan diantara mereka.
"Iya."Jawab Yara Singkat.
"Lo nyaman sama kehidupan lo sekarang?" tanya Deva yang entah apa maksudnya.
"Maksud lo?" Yara malah balik bertanya,karena dia belum benar-benar mengerti maksud pertanyaan dari Deva.
"Mmm gini,gue ngerasa kalo lo lagi ada di dunia baru.Dulu lo gak mau sama sekali kalo di ajak Elisa ke Clubing.Sedangkan sekarang?Ke clubing malah jadi hobi lo."Jelas Deva panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
commitment
Teen Fiction"Kita putus! Aku mau kita berkomitmen aja." "Gimana?" "Sekarang kita bebas mau pacaran sama siapapun.Tapi,nanti tetep kalo nikah aku maunya kamu." Kenapa harus putus? Kenapa gak di jalanin bersama aja? Kenapa gak di lanjut aja? Apa udah bosen? Terus...