Kini Yoora berada dalam dekapan abang ketiganya, Hoseok. Dia menangis sejadi-jadinya, bukan karena takut, tapi karena sangat merindukan pelukan Hoseok. Hoseok berusaha menenangkan Yoora yang masih terisak.
"Ada abang di sini, adek baik-baik aja sekarang," ucap Hoseok sambil mengelus punggung adiknya lembut.
"Adek gak mimpi, kan? Bang Hoseok nolongin adek?" tanya Yoora, air matanya terus mengalir. Hoseok terkekeh, mengusap pipi Yoora lembut, lalu menarik Yoora kembali ke dalam pelukannya.
"Enggak, adek gak mimpi. Ini abang. Maafin abang sayang. Abang minta maaf," kata Hoseok, Yoora terus menangis.
"Yoora senang abang peluk lagi," ucap Yoora.
"Abang akan terus peluk adek kapan pun adek mau," ucap Hoseok, air matanya kini mengalir deras. Ia merasa bersalah pada Yoora, seharusnya ia tidak bersikap seperti itu pada adiknya. Terlebih, mengingat jika ia tidak menolong adiknya, entah apa yang akan terjadi pada satu-satunya adik perempuan.
Yoora melepaskan pelukan Hoseok secara kasar dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa? Kenapa abang gak ada waktu dulu saat adek butuh pelukan? Kenapa kalian jahat sama Yoora? Salah Yoora apa?" tanya Yoora, sambil menangis meluapkan segala emosinya. Ia kembali mengingat perlakuan abang-abangnya terhadap dirinya. Melihat itu, Hoseok kembali memeluk adiknya, mencoba menenangkannya.
"Maafin abang sayang, abang tahu seharusnya abang gak bersikap begitu ke adek. Abang minta maaf," ucap Hoseok. Yoora menggeleng, merasa sudah terlalu banyak kesalahan yang dilakukan abang-abangnya. Terlebih, ia mengingat Hoseok yang pernah memukulnya dengan kejam, bahkan menguncinya seharian tanpa memberinya makan. Semua itu meninggalkan trauma tersendiri untuk Yoora.
"Kenapa abang peduli sama Yoora? Kenapa baru sekarang setelah 6 tahun berlalu? Abang tahu? Yoora sudah gak kenal abang. Abang yang selama ini jadi penyemangat Yoora malah hancurin Yoora," ucap Yoora.
"Maafin abang sayang, abang benar-benar minta maaf. Adek mau hukum abang apa aja, abang terima asalkan adek maafin abang," ucap Hoseok terisak. Yoora menggeleng, lalu pergi meninggalkan Hoseok.
Sesampainya di rumah, Yoora segera masuk dan ingin langsung menuju kamarnya untuk beristirahat. Tubuhnya lelah, namun matanya tertuju pada sekumpulan pria yang tidak ia kenal.
"Kalian siapa?" tanya Yoora. Mereka menatap Yoora dan tersenyum miring.
"Akhirnya datang juga. Kamu Yoora?" salah satu pria itu bertanya.
"Dari mana kalian tahu nama saya?" tanya Yoora.
Salah satu pria itu tersenyum dan mendekati Yoora. "Mendapatkan informasi tentang seseorang itu pekerjaan yang mudah bagi kami, apalagi kamu adalah adik dari musuh kami."
"Musuh? Ada urusan apa kalian dengan abang-abang saya?" tanya Yoora dingin.
"Gak usah basa-basi. Saya sudah memberi peringatan kepada abang kamu berkali-kali, tapi sepertinya dia tidak terlalu peduli dengan peringatan saya," ujarnya.
"Saya tidak mengerti maksud kalian," kata Yoora, memang benar ia tidak mengerti perkataan pria-pria di depannya.
"Asal kamu tahu, abang-abangmu sudah membunuh saudara saya. Saya sudah berkali-kali memberi peringatan bahwa saya akan membalas dendam atas kematian Chen. Tapi mereka sepertinya tidak peduli dengan peringatan saya. Sekarang, kamu harus membayar semua kesalahan abang-abangmu! Bukankah nyawa harus dibayar dengan nyawa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why My Brother Hurt Me? [REVISI]
FanficMenceritakan seorang gadis yang hidupnya berubah setelah kepergian kedua orang tuanya. Ia memiliki tujuh Abang yang sangat membencinya karena menurut mereka, gadis ini lah yang menjadi penyebab meninggalnya kedua orang tua mereka "Apa salah aku?" "...