TITIK HUJAN KACA BIS

6 1 0
                                    

Nong menyodorkan telpon selulernya. Aku menerimanya, ringan. Mataku langsung menuju beberapa gambar yang ia maksudkan. Bak profesional aku berkomentar dalam. Tak satupun bagian yang aku lewatkan dan sepertinya aku berhasil membuatnya terkesan. Nong nampak tersima.

Nong diam antusias. Matanya tertuju pada bagian-bagian yang aku tunjuk. Matanya tajam mengamati setiap detil yang aku gambarkan. Sesekali ia menyela lalu menjelaskan kapan gambar-gambar di telpon itu ia ambil. Ia tersenyum manja saat aku sebutkan bagian-bagian yang aku puji tinggi-tinggi. Nong bilang bahwa ia tak menyadari mengambilnya. Semua dilakukannya sangat spontan. Apa yang menurutnya indah, ia ambil dan menyimpannya.

Aku memotong bahwa dia tak mengambilnya dalam sekali jepretan. Sepertinya ada beberapa. Nong menyiyakan sambil tersenyum bahagia. Dia jelaskan bahwa yang sudah ia hapus jauh lebih banyak. Yang tersisa adalah yang terbaik, menurutnya. Aku diam, memberikan ekspresi setuju. Tak lupa aku paparkan bagian-bagian yang harus diperhatikan saat mengambil gambar.

Sebenarnya aku hanya mengulang kalimat-kalimat tajwm yqng sering disampaikan para fotografer profesiaonal dalam seminar-seminar mereka. "Kita semua melakukan hal yang sama dalam berbagai hal, melakukan berkali-kali, mengambil yang terbaik dan membuang yang tidak kita butuhkan."

Nong berhenti. Bola matanya lincah, lalu memandang ke arahku. Aku mengangkat bahu. "Ya, segala sesuatu memang demikian."

Gambar terbaik akan kita dapatkan saat tiga unsur terpadu dengan baik dan kita dapatkan momentum yang tepat. Ada skill yang menggiring sensitifitas kita untuk mengambil angle terbaik. Ada alat yang tepat, kamera. Dan ada waktu yang ideal.

Nong mengangguk. Aku menangkap sesuatu yang lain dari wajahnya. Nong menoleh ke luar jendela bis yang basah. Tetes hujan itu membentuk garis-garis tak beraturan. Namun, saat ditaburi kilatan cahaya lampu malam, kami menangkap bentuk-bentuk mozaik yang sangat indah.

"Kamu ngantuk? Istirahatlah. Perjalanan masih jauh." Aku menyodorkan telpon padanya. Ia melirik lembut. Ada senyum tipis seolah igin menyembunyikan kepedihan. "Sorry, aku terlalu banyak bicara dari tadi." Mataku tajam menatapnya.

"It's ok. I just like the way you talk."

"What about?"

"Anything. Keep talking."

OMG, dia member sinyal kuat.

Bis melaju kencang. Waktu menunjukan pukul 00.30, dini hari. Ini perjalanan yang tidak biasa. Seorang perempuan yang baru aku kenal tiga minggu ini telah menvuri banyak waktu dan perhatianku.

Dia menyandarkan badannya ke kursi. Menarik selimut yang sedari tadi disediakan pihak travel bis. Aku menawarkan selimut bagianku. Ia mengambilnya dan mengucapkan terimakasih. "It is no problem."

"Kamu tidak ngantuk?" Sapanya pelan.

"Belum. Tapi, sepertinya aku akan tetap terjaga." Aku tak akan membiarkan waktu ini berlalu begitu saja.

Aku sadar bahwa ini akan menjadi saat terakhir bersamanya. Ada harapan untuk bisa kembali bertemu, atau mungkin sebaliknya. Sangat kecil sekali kemungkinan bisa terjadi.

Aku melihat jam tangan. "Masih empat jam lagi."

"Ya." Nong merespon sambil bagkit. Ia melihat jam tangan yang melilit di pergelangan tangan kirinya.

"Bukannya ngantuk?"

"Tadi. Sekarang tidak."

Aku bertanya lagi seputar fotografi, kapan ia mulai menggemari hobi itu, apakah ia punya rekan profesional dan menjadikannya guru, atau masuk grup para pecinta fotografi lalu saling bertukar ilmu dan pengalaman.

Nampak kembali segar, Nong bersemangat menjawab. Kali ini aku yang terdiam, terkesima menyi,ak setiap detil yang ceritakan. Bagaimana ia masuk klub mahasiswa pecinta fotografi di Southampton, Inggris beberapa tahun lalu. Dan sepertinya tanpa ia sadar bahwa dia menceritakan kisah-kisah yang menurutku cukup personal. Ia bercerita bahwa dirinya sempat dekat dengan seseorang di kampusnya, di Inggris.

Aku menyimak antusias. Ada beberapa nama, tempat dan kegiatan yang kemudian menarik aku untuk bertanya lebih jauh. Kembali Nong mengeluarkan telpon selulernya. Membuka foto-foto lain. Aku semakin terkesima dengan pesona cerita yang ia gambarkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NONG DILAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang