( Lanjutan dari Sepasang Naga Lembah Iblis )
Karya : Asmaraman S Kho Ping hoo
Converter & Editor By Muk San
Ebook by Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://ebook-dewikz.com/
http://cerita-silat.co.cc/ http://kang-zusi.info/
Jilid 1
Pulau Naga adalah sebuah pulau di Lautan Timur , sebuah
pulau kecil yang memanjang sehingga di lihat dari jauh
bentuknya seperti seekor Naga , yaitu bentuk bukit-bukit kecil
dan lembahnya . Sejak puluhan tahun yang lalu , pulau itu
menjadi semacam pulau keramat yang di takuti orang . Para
Nelayan tidak ada yang berani mendekat ke pulau ini karena
pulau itu terkenal sebagai tempat tinggal seorang datuk besar
bernama Poa Yok Su yang berjuluk Hek Liong Ong ( Raja
Naga Hitam ) .
Hek Liong Ong Poa Yok Su ini mempunyai sebuah rumah
besar dipulau itu dan mempunyai sedikitnya tigapuluh orang
anak buah yang juga tinggal dipulau itu .
Akan tetapi pada pagi hari itu , pulau itu berkabung .
Sebuah peti mati besar berada di ruangan depan bangunan
besar itu dan tiga puluh orang anak buah itu berkabung dan
nampak lesu berduka. Hek Liong Ong Poa Yok Su yang sudah
berusia lanjut , kurang lebih sembilan puluh tahun itu telah
meninggal dunia .
Di ruangan berkabung itu nampak menyeramkan , seperti
biasa terdapat di ruangan dimana terdapat peti mati dan
sembahyangan . Asap dupa dan hio memenuhi ruangan ,
baunya menyengat hidung . Para anak buah siap untuk
menerima tamu yang datang melayat . Mereka telah
menyebarkan berita di daratan akan kematian majikan
mereka. Akan tertapi sejak pagi tidak ada seorangpun datang
melayati. Siapa yang akan datang melayat seorang datuk yang
terkenal sebagai tokoh sesat itu .? .
Murid tunggal Hek Liong Ong yang bernama Cia Bi Kiok ,
yang kini tentu sudah berusia limapuluhan tahun . Sejak
tigapuluh tahun lebih yang lalu , telah meninggalkan gurunya
karena Hek Liong Ong hendak memaksa murid yang cantik itu
menjadi istrinya , pengganti istrinya yang meninggal dunia .
Sejak itu Cia Bi Kiok itu melarikan diri dari Pulau Naga ,
kemudian membentuk anak buah sendiri dan tinggal di pulau
Hiu sebagai bajak laut . Sekarang ia tidak lagi tinggal di pulau
hiu dan orang tidak tahu lagi kemana perginya .
Setelah ditinggal pergi murid tunggalnya , Hek Liong Ong
hidup tanpa sanak keluarga . Istrinya meninggal tanpa
meninggalkan anak dan dia hanya hidup bersama anak
buahnya yang hidupnya juga dari hasil pembajakan di laut .
Setelah matahari naik tinggi , mendadak muncul seorang
pria tinggi besar yang bermuka hitam dan pria yang usianya
lebih lima puluh tahun ini membawa sebatang golok besar
yang berkilauan saking tajamnya .
Si tinggi besar muka hitam ini memandang dengan
sepasang matanya yang lebar dan membaca tulisan dimeja
sembahyang depan peti mati .
“ Hek Liong Ong Poa Yok Su , engkau telah benar-benar
mampus ? Hidup atau pun mati , aku harus memenggal
batang lehermu ! Ini sudah menjadi sumpah Toat Beng Kwi
To ( Golok Setan Pencabut Nyawa ) dan aku harus memenuhi
sumpahku ini ! “
Setelah berkata demikian , dengan goloknya dia
menghampiri peti mati dan siap mencokel tutup peti mati .
Akan tetapi , sepuluh anak buah Hek Liong Ong segera
berlompatan maju dengan pedang ditangan menghalangi
orang bermuka hitam itu .
“ Siapa-pun tidak boleh mengganggu peti jenazah majikan
kami ! “ bentak seorang di antara mereka dan sepuluh orang
itu sudah siap melawan dengan pedang mereka .
Si Muka hitam itu tertegun , lalu berdongak dan tertawa
bergelak “ Ha -ha-ha-ha , Hek Liong Ong , agaknya anak buah
mu ini setia juga kepadamu dan biarlah merekan mengikutimu
ke neraka jahanam ! “
Setelah berkata demikian goloknya berkelebat . Cepat dan
kuat bukan main golok besar itu menyambar-nyambar .
Sepuluh orang anak buah Hek Liong Ong bukanlah orangorang
lemah . Mereka adalah para bajak laut yang biasa
berkelahi dan menggunakan kekerasan . Mereka menggerakan
perang melawan , akan tetapi sia-sia saja. Biarpun mereka
sudah menangkis , tetap saja mereka itu roboh satu demi satu
dengan bermandikan darah sendiri , tewas seketika terbabat
golok ditangan simuka hitam yang mengaku berjuluk Toat
Beng Kwi To itu ! .
Dua puluh lebih anak buah Hek Liong Ong yang lain ,
melihat betapa sepuluh orang rekan mereka roboh dengan
leher hampir putus dan tewas seketika , menjadi gentar dan
mereka mundur menjauh dari peti mati . Mereka tidak berani
menghalangi lagi ketika Toat Beng Kwi To maju dan hendak
mencokel tutup peti mati agar terbuka karena dia ingin
memenggal leher jenazah Hek Liong Ong ! .
Akan tetapi pada saat itu , tiba-tiba saja terdengar suara
keras dan tutup peti itu terbuka .
“ Braaak .. ! “ dan dari dalam peti mati itu berkelebat sosok
bayangan ke atas ! Ternyata itu adalah “mayat” Hek Liong
Ong yang setelah tiba diatas , berjungkir balik dan dengan
gerengan mengerikan menukik dan kedua tangannya
membentuk cakar mencengkram ke arah kepala Toat beng kwi
to .
Toat Beng kwi to adalah seorang datuk yang lihai dan
berani . Akan tetapi saat itu mukanya berubah pucat sekali
karena dia tidak mengira akan terjadi hal seperti itu .
Benerkan Hek Liong Ong yang sudah mati hidup kembali dan
kini mayat hidup itu menyerangnya ? . Dengan hati
berguncang dia menggerakkan goloknya memapaki sosok
tubuh mengerikan itu . Dia membacok ke atas sambil
memandang dengan mata terbelalak ngeri .
Karena terkejut dan ngeri , maka Toat Beng kwi to
kehilangan kewaspadaan nya . Bacokan goloknya ditangkis
begitu saja oleh tangan kiri “ mayat hidup” itu dan tangan
kanannya masih terus mencengkram ke arah kepala .
Toat Beng kwi to menangkis dengan tangan kirinya , akan
tetapi tangkisannya kalah kuat , tangan kirinya terpental dan
tahu-tahu jari-jari tangan itu telah menancap dan
mencengkram kepalanya . Toat Beng kwi to mengeluarkan
teriakan mengerikan dan darah keluar dari kepalanya yang
ditembusi jari-jari tangah mayat hidup itu . Dia masih
berusaha untuk meronta , akan tetapi kedua kakinya seperti
kehilangan tenaga dan terkulai roboh dengan kepala
berlubang-lubang dan berdarah . Hanya sejenak dia
berkelonjotan lalu tewas ! .
Kini “ Mayat hidup “ itu duduk diatas sebuah kursi .
Ternyata dia bukanlah mayat , melainkan Hek Liong Ong Poa
Yok su dengan pakaian lengkap . Dia memandang kepada
sepuluh orang anak buahnya yang tewas , lalu memandang
kepada mayak Toat Beng kwi to , lalu meludah kearah mayat
itu .
“Heran benar , sampai sesudah matipun orang masih
mencariku untuk membalas dendam “ . Dia lalu menggapai
duapuluh lebih anak buahnya yang tadiketakutan dan mundur
.
Mereka datang menghadap dan Hek Liong Ong Poa Yok Su
berkata kepada mereka “ Siasatku berpura-pura mati untuk
menghindari balas dendam pada usiaku yang sudah tua ini
harus dilanjutkan , Akan tetapi aku tidak lagi bersembunyi
didalam peti mati . Terlalu berbahaya ! Aku akan mengganti
tubuhku dalam peti dengan bata . Kemudian , sediakan
sebelas peti mati untuk para anak buahku dan untuk Golok
Setan ini , bariskan semua peti mati berjajar dengan peti
matiku . Kalian jaga baik-baik dan setelah semua peti mati
dikubur , kalian boleh meninggalkan pulau ini dan membagi
semua barang yang berada disini di antara kalian . Aku mau
pergi sekarang juga . Awas , jangan ada yang melanggar
pesanku ini ! “ .
Hek Liong Ong Poa Yok Su yang dalam usia nya yang sudah
lanjut itu masih nampak gagah dan tinggi besar itu lalu pergi
dengan langkah lebar . Dua puluh tiga orang anak buah Hek
Liong Ong lalu sibuk melaksanakan pesan majikan mereka .
Mereka lalu mengeluarkan peti-peti mati yang memang
banyak tersedia dipulau itu , memasukan semua jenazah lalu
mengatur pet-peti mati itu sejajr dengan peti mati majikan
mereka yang mereka isi dengan bata dan mereka tutup
kembali . Di Depan setiap peti mati si Golok Setan mereka
juga menuliskan nama julukan itu .
Kemudian mereka membakar lagi dupa dan sudah bersiapsiap
untuk mengubur semua peti mati . Mereka cepat
menggali dua belas lubang kuburan dan kini beramai-ramai
mengangkuti peti-peti mati itu ke kuburan yang berada di
tenga-tengah pulau . Baru saja mereka menurunkan peti-peti
mati itu dari pikulan dan meletakkan diatas tanah dekat
lubang-lubang yang mereka gali , tiba-tiba terdengar seruan
halus , “ haiiii , berhenti dulu , jangan di kubur ! “
Semua orang memandang ke sekeliling akan tetapi tidak
nampak ada orang di situ . Dan mereka melihat seseorang
tubuh datang berlari-lari dari pantai . Sungguh mengherankan
kalau orang itu yang bicara tadi . Orangnya masih begitu jauh
akan tetapi suaranya seperti dia berada di dekat mereka ! Dan
larinya demikian cepat seperti terbang saja dan tak lama
kemudian , seorang berpakaian tosu telah berdiri di situ .
Tosu ini berusia kurang lebih enampuluh tahun , tinggi kurus
dan mukanya demikian kurus sehingga tinggal tulang
terbungkus kulit seperti tengkorak hidup . Matanya yang sipit
kecil itu mencorong bagaikan dua titik bunga api . Tangan
kirinya memegang sebuah hud tim , semacam kebutan yang
biasa dipegang para pendeta dan tangan kanannya
memegang sebatang tongkat putih .
“ Peti-peti jenazah siapa saja ini ? “ dia bertanya kepada
mereka yang memandang kepadanya penuh kecurigaan .
Seorang yang menjadi pimpinan anak buah Pulau Naga itu lalu
menjawab “ Yang ini adalah peti jenazah majikan kami Hek
Liong Ong Poa Yok Su , yang itu adalah peti jenazah Toat
Beng kwi to dang yang sepuluh ini peti jenazah rekan-rekan
kami . “
“ Hek Liong Ong mati ? Mana mungkin ? Dan Toat Beng kwi
to mati pula di sini ? Aneh sekali , apa yang telah terjadi ? “ .
Anak buah Pulau Naga yang mewakili teman-temannya itu
menceritakan dengan singkat , “ Toat Beng kwi to datang
membikin kacau , sepuluh orang anak buah pulau naga
dibunuhnya . Majikan kami yang sudah tua dan sakit terpaksa
maju melawannya . Dan keduanya tewas oleh perkelahian itu
“ . Cerita yang masuk di akal, akan tetapi tosu tinggi kurus itu
menggunakan gagang kebutannya untuk menggaruk-garuk
belakang kepalanya dengan penuh kebimbangan.
“ Toat Beng kwi to dapat membuhuh sepuluh orang anak
buah pulau naga , hal itu tidak aneh. Akan tetapi dia dapat
menandingi Hek Liong Ong sampai mati bareng ? Ah , mana
mungkin ini? Ingin aku memberi hormat kepada sahabatku
Hek Liong Ong ! “ . Dia menghampiri peti jenazah Hek Liong
Ong dan para anak buah pulau naga tidak curiga karena tosu
itu menyebut majikan mereka sebagai sahabat .
Dan tosu itupun menepuk-nepuk peti jenazah itu dari ujung
ke ujung dengan perlahan sambil berkata , suaranya lirih akan
tetapi terdengar mengerikan .
“ Hek liong ong , kenapa engkau mati menginggalkan pinto
? Ini tidak adil , dan tidak jujur ! Hemm , benarkah engkau
yang berada didalam peti mati ini ?” . Dan sekali tangan nya
bergerak terdengar suara keras dan peti mati itu bergoyang ,
tutupnya terbuka .
Semua anak buah pulau naga menjadi terkejut sekali ,
apalagi melihat betapa semua tumpukan bata didalam peti
mati telah remuk ! Tentu ketika menepuk-nepuk peti mati itu
tosu tadi mengerahkan tenaga saktinya , menyerang ke arah “
mayat” di dalam peti sehingga bata itu remuk semua . Kini
mereka dengan pedang di tangan sudah mengepung dan
menyerang tosu itu karena kebohongan mereka sudah
diketahui . Lebih baik mendahului turun tangan membunuh
tosu itu daripada membiarkan mereka diserang .
Akan tetapi , ternyata kepandaian tosu itu jauh lebih tinggi
dibandingkan tingkat kepandaian Toat Beng kwi to yang
dahsyat tadi . Tongkat dan kebutan itu menyambar-nyambar
dan duapuluh tiga orang itupun roboh satu demi satu dan
tewas seketika . Tidak ada yang sempat melarikan diri sama
sekali saking cepatnya gerakan tosu itu yang seperti
melayang-layang diantara mereka . Setelah semua orang
roboh dan tewas , tosu itu menghampiri peti jenazah yang
terisi bata itu dan menggeleng-geleng kepalanya lalu
menghela napas panjang .
“ tsk -tsk-tsk ... Hek Liong Ong , engkau sungguh cerdik
dan licik ! “ Mata yang kecil itu memandang acuh kepada
kepada duabelas buah peti mati dan duapuluh tiga buah
mayat yang berserakan itu , lalu menghela napas lage , lalu
berlari seperti terbang menuju ke rumah besar bekas tempat
tinggal Hek Liong Ong . Setelah memeriksa dan tidak
menemukan seorangpun di sana , tosu itu lalu membakar
rumah itu .
“ Hem , Hek Liong Ong “, gumannya sambil memandang
api yang berkobar melalap bangunan itu . “ biarpun pinto
belum berhasil membunuhmu , setidaknya pinto telah
membasmi sarangmu dan semua anak buahmu ! ' . Setelah
berkata demikian , diapun cepat lari ke pantai , melepas tali
perahunya dan tak lama kemudian diapun sudah melayarkan
perahunya menuju daratan .
****
Hek Liong Ong Poa Yok Su telah berhasil meninggalkan
pulau naga tanpa ada yang mengetahui kemana dia pergi .
Begitu tiba di daratan dia langsung memotong rambutnya
sampai gundul dan dengan pakaian compang camping
seperti seorang pengemis dia melanjutkan perjalanan .
Mengapa seseorang yang sedemikian lihainya seperti Hek
Liong Ong Poa Yok Su , majikan pulau naga yang mempunyai
banyak anak buah menjadi ketakutan dan berpura-pura mati
untuk menyembunyikan dirinya ? Siapa yang di takutinya ?
Sebetulnya , dia tidak takut kepada siapa pun . Tidak ada
orang didunia ini yang ditakutinya . Dia adalah datuk besar di
timur yang terkenal dan sukar dicari tandingannya . Akan
tetapi setelah usianya semakin tua , setelah dia menyadari
benar-benar bahwa kematian pasti akan tiba , dia menjadi
ketakutan ! Hek Liong Ong Poa Yok Su takut akan kematian !
Dia merasa tidak berdaya menghadapi maut , tidak kuasa
melawan maut ! Oleh karena itu dia membayangkan bahwa
musuh-musuhnya tentu akan datang membalas dendam dan
akhirnya dia akan mati . Dia takut , dia ngeri menghadapi
kematiannya sendiri , walaupun sudah tidak terhitung
banyaknya die menghadapi kematian kematian orang lain
melalui tangan atau senjatanya . Kalau dia menbayangkan apa
yang akan terjadi dengan dirinya setelah mati , bagaimana
dengan tubuhnya yang akan membusuk dan hancur , apa
yang akan dijadapinya . Lebih-lebih teringat akan cerita bahwa
dosa-dosa yang bertumpuk banyak nya tentu akan mengalami
hukuman sesudah mati , dia merasa takut bukan main !
Perjalanannya membawa dia ke dekat kota raja . Tadinya
dia bermaksud hendak ke kota raja menghadap Kaisar Yang
Chien yang pernah dibantunya ketika kaisar itu masih muda
dan masih berjuang menumbangkan kekuasaan Raja Toba
sehingga akhirnya berhasil menggulingkan pemerintah asing
dan mendirikan Kerajaan Sui ( baca kisah Sepasang Naga
Lembah Iblis ) . Akan tetapi setelah tiba di luar kota raja dia
meragu . Dia tahu bahwa di kota raja terdapat banyak
pendekar yang kini menduduki jabatan penting dan die
mempunyai permusuhan dengan banyak pendekar . Di kota
raja juga terdapat banyak musuhnya . Lebih mengerikan lagi
karena para pendekar itu tentu tidak akan melupakan dia
sebagai musuh dan diantara pendekar itu terdapat banyak
orang sakti . Hal ini membuat dia takut memasuki kota raja
dan membalikkan tubuhnya lagi untuk meninggalkannya .
Tiba-tiba dia melihat sebuah bangunan kuil dibukit , tak
jauh diluar kota raja . Kuil ! Hidup dikuil sebagai seorang
hwesio itulah jalan terbaik . Selain dia dapat bersembunyi dari
musuhn-musuhnya , diapun dapat menebus dosa-dosanya
dengan tekun beribadat . Untuk dapat mengusir perasaan
takutnya . Dengan langkah lebar dan hati mantap dia menuju
ke kuil itu , mendaki bukit .
Kuil itu merupakan sebuah kuil besar di huni oleh duapuluh
orang hwesio . Kepala kuil itu bernama Tiong Gi Hwesio ,
seorang tokoh dari kuil siauw lim si . Karena itu , kuil itupun
merupakan cabang siauw lim si dan di situ terdapat pula
belasan orang pemuda remaja yang belajar ilmu silat dari
Tiong Gi Hwesio .
Ketika Hek Liong Ong tiba di kuil itu , dia diterima oleh
seorang hwesio yang bertugas jaga .
“ Paman tua , apakah keperluanmu datang berkunjung ke
kuil ini kalau tidak ingin bersembahyang ? “ , tanya hwesio
penjaga .
“ Tolong , pertemukan saya dengan ketua kuil , saya
mempunyai permohonan kepadanya ,” kata hek liong ong
merendah .
Kebetulan sekali Tiong Gi Hwesio keluar dari kuil itu dan
melihat seorang kakek ingin bertemu dengannya , diapun
segera menghampiri ,” Sobat , pinceng adalah Tiong Gi
Hwesio , kepala kuil ini . Ada keperluan apakah , engjau
hendak bertemu dengan pinceng ? “ , tanya nya dengan nada
ramah sekali .
Kakek itu memandang kepada Tiong Gi Hwesio dan dia
segera menjatuhkan diri berlutut di depan kaki hwesio itu .
“ Losuhu , tolonglah saya , saya ingin menebus dosa
dengan masuk menjadi hwesio dan mempelajari Kitab-Kitab
agama , hidup beribadat . Tolonglah saya , saya mau bekerja
sebagai apa saja di dalam kuil ini “ , dalam suara Hek Liong
Ong terkandung kesungguhan hatinya dan suaranya seperti
orang yang ketakutan dan hampir menangis .
“Omitohud ... ! Biarpun engkau sudah tua , engkau masih
belum terlambat untuk bertaubat dan mengubah jalan hidup
mu . Sang Budha akan memberkati-mu !” Tiong Gi Hwesio
merasa iba kepada Hek Liong Ong “ Siapakah namau , sobat
?” .
“ Saya bermarga Liong , nama saya Beng “ , kata Hek Liong
ong berbohong .
Karena kalau dia berterus terang siapa dirinya , tentu
hwesio itu tidak akan mau menerimanya. Nama Hek liong ong
Poa Yok Su sudah terlalu tersohor dan pasti akan membikin
takut para hwesio ini .
“ Baiklah , pinceng suka menerima-mu menjadi murid di kuil
ini dan tentang pekerjaan nanti saja kita lihat apa yang dapat
kau bantu untuk kami “.
Hek liong ong merasa gembira sekali . Dia mencium ujung
kaki Tiong Gi Hwesio dan mengeluarkan sepuluh potong emas
yang selama ini dia simpan dikantungnya . “ banyak terima
kasih atas kemurahan hati lo suhu , dan ini seluruh milik yang
ada pada saya , saya serahkan untuk keperluan kuil “ .
Tiong Gi Hwesio terbelalak , sepuluh potong emas itu besar
sekali harganya , akan tetapi karena orang tua itu
menyerahkannya dengan rela , maka harta itu diterimanya
untuk kepentingan kuil .
Mulai hari itu jadilah jek liong ong seorang hwesio dan dia
diberi julukan Ho Beng Hwesio . Setelah beberapa hari berada
di kuil itu dan tiong gi hwesio mendapat kenyataan bahwa
hwesio itu pandai memasak , maka ho beng hwesio diberi
tugas sebagai tukang masak .
Hek liong ong yang sudah menjadi ho beng hwesio merasa
senang sekali tinggal di kuil itu . Dia mendapatkan dua
keuntungan . Pertama , setelah menjadi hwesio tidak akan ada
lagi musuhnya yang dapat mengenalnya sehingga dia dapat
bersembunyi dikuil itu dengan hati tenang dan tentram dan
kedua , dia dapat menentramkan hatinya dengan mempelajari
agama sehingga dia dapat mengusir rasa takutnya
menghadapi kematian .
Diapun dapat menyembunyikan kepandaiannya . Biarpun
disitu terdapat banyak murid yang mempelajari ilmu silat ,
namun dia tidak pernah memperdulikan dan acuh saja seolah
dia seorang tua yang lemah dan sama sekali tidak mengerti
tentang ilmu silat .
Sudah lajim bagi kita untuk beranggapan bahwa memupuk
kebajikan dan penebusan dosa hanya dilakukan orang – orang
tua yang menghadapi kematiannya . Anggapan seperti ini
sebenarnya sama sekali salah . Kematian bukan hanya datang
kepada orang-orang yang telah lanjut usianya , akan tetapi
dapat menghampiri siapa saja , baik yang tua maupun yang
muda. Oleh karena itu , hidup bersih dari dosa dan usaha
penebusan dosa dengan amal yang baik merupakan kewajiban
setiap orang manusia , tua maupun muda mendekatkan diri
setiap saat Kepada Tuhan Yang Maha Pencipta , sehingga kita
selalu siap menghadapi maut yang datang menjemput .
Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Pengasih akan
membuat kita selalu waspada dan sadar sehingga nafsu daya
rendah tidak akan mudah menguasai hati akal pikiran kita
dan menyeret kita kedalam perbuatan yang rendah dan jahat
. Sayang bagi Hek liong ong , dia masuk menjadi hwesio
bukan terdorong oleh rasa bersalah , bukan karena
penyesalan bahwa dia selama ini hidup bergelimang dosa ,
melainkan terdorong oleh rasa takutnya akan kematian dan
dia masuk menjadi hwesio untuk menghindarkan diri dari rasa
takut itu .
Bagaimana pun juga , setelah lewat beberapa bulan , hek
liong ong merasakan kedamian dalam hatinya dan dia sudah
merasa benar-benar aman dari ancaman musuh-musuhnya .
****
Cerita ini dimulai pada tahun 594 , baru tiga belas tahun
kerajaan Sui berdiri . Setelah perjuangan selama belasan
tahun dengan gigih , Pendekar Yang Chien , akhirnya dalam
tahun 581 dapat mengalahkan pemerintah penjajah Toba dan
mendirikan Kerajaan Sui . Dalam Kisah Sepasang naga lembah
iblis diceritakan tentang perjuangan Yang Chien . Kaisar Yang
Chien berhasil mempersatukan kembali semua daerah
sehingga Kerajaan Sui menjadi besar dan Jaya . Kaisar Yang
Chien pandai memerintah dan Kerajaan Sui menjadi terkenal ,
keamanan dapat dikembalikan dan keadaan dalam negeri
diperkuat .
Pemerintah diselenggarakan dengan bijaksana , pajak-pajak
diperingan , hukum-hukum negara ditegakkan dan
dilaksanakan dengan baik . Bahkan untuk kepentingan
pertanian dan perdagangan , Kaisar Yang Chien
memerintahkan penggalian terusan-terusan yang
menghubungkan kedua Sungai Huang Ho dan Yang Ce . Untuk
melaksanakan pekerjaan besar ini dibutuhkan tenaga ratusan
ribu orang dan Kaisar Yang Chien tidak mau mempergunakan
kekerasan system kerja paksa seperti kaisar-kaisar yang
terdahulu , akan tetapi dia mengharuskan para petugas untuk
memberi upah kepada para pekerja sehingga pekerjaan dapat
berjalan lancar tanpa protes dari pihak rakyat jelata .
Sikapnya untuk urusan keluar daerah juga tegas . Daerahdaerah
yang tidak mau tunduk di serbu dan ditaklukan
kembali . Daerah Tong Kin dan Annam ditundukkan dan
dimasukkan ke dalam wilayah Kerajaan Sui .
Kaisar yang bijaksana dan adil selalu mendapat dukungan
rakyat jelata dan menarik hati para cendikiawan untuk
berdatangan dan membantu . Dan Kaisar Yang Chien
menerima para cerdik pandai dengan tangan terbuka , setelah
menguji mereka memberi kedudukan yang sepadan dengan
kepandaian mereka sehingga roda pemerintahan dapat
berputar sedemikian lancar . Para pejabat tinggi yang dekat
dengan kaisar memperlihatkan kesetiaan mereka . Kalau
pohonnya sehat maka cabang-cabang , ranting-ranting dan
daun-daunnya pun sehat dan pohon yang sehat ini tentu
menghasilkan buah yang baik . Demikian pula kalau kaisar
sebagai orang tertinggi kedudukannya bijaksana dan adil ,
maka para pembantu atau bawahannya tentu juga bijaksana
dan atasan yang adil bijaksana dapat menegur bawahan yang
tidak benar sehingga kebijaksanaan ini dapat terus mengalir
sampai kepada pejabat yang tingkatnya paling rendah .
Kebijaksanan harus dimulai dari tingkat paling atas sebagai
tauladan pertama . Bagaimana mungkin mencegah anak buah
bertindak jahat kalau pemimpin mereka sendiri juga jahat ? .
Diantara para pejabat tinggi yang paling dekat dengan
kaisar Yang Chien adalah seorang Panglima besar bernama
Cian Kauw Cu . Sejak mudanya Cian Kauw Cu menjadi sahabat
, bahkan seperti saudara sendiri dari Kaisar Yang Chien .
Mereka berdua berjuang bersama , bahkan mereka berdualah
yang di kenal sebagai Sepasang Naga Lembah Iblis . Mereka
berdua menemukan sepasang pedang yang kemudian menjadi
milik mereka berdua , , yang putih disebut Pek Liong Kiam (
Pedang Naga Putih ) menjadi milik Kaisar Yang Chien dan
yang hitam di sebut Hek Liong Kiam ( Pedang Naga Hitam )
menjadi milik Cian Kauw Cu .
Selain mendapatkan sepasang pedang itu , mereka berdua
juga menemukan kitab pelajaran ilmu silat Bu Tek Cin Keng di
dalam sebuah gua . Hanya bedanya , kalau Yang Chien
mempelajari ilmu dari kitab itu yang kemudian membuat dia
menjadi seorang pendekar yang memiliki ilmu kepandaian
tinggi , maka Cian Kauw Cu hanya mempelajarinya dari
gambar-gambar di dinding sehingga mutu ilmu yang dikuasai
Cian Kauw Cu masih kalah dibandingkan yang dikuasai Yang
Chien . Hal ini disebabkan cian kauw cu memiliki latar
belakang pendidikan yang rendah sekali . Sejak kecilnya dia
hidup liar seperti binatang dan dipelihara oleh seekor kera
betina ! Semua itu diceritakan dengan lengkap dalam kisah
sepasang naga lembah iblis .
Sekarang Cian Kauw Cu atau Cian Ciangkun telah berusia
lima puluh tahun .Selama belasan tahun dia ikut pula berjuang
di samping Yang Chien . Setelah mereka berhasil , Yang Chien
menjadi kaisar dan Cian Kauw Cu di angkat menjadi panglima
besar . Dia menikah dengan seorang wanita pilihannya yang
bernama Ji Goat , puteri mendiang perdana menteri Kerajaan
Toba . Ji Goat juga bukan wanita biasa . Wanita yang sudah
berusia empatpuluh tujuh tahun ini adalah seorang pendekar
wanita yang memiliki ilmu kepandaian tinggi pula . Mereka
memiliki seorang anak tunggal , seorang putera berusia
sepuluh tahun yang diberi nama Cian Han Sin .
Demikian lah sedikit riwayat sepasang pendekar yang
dikenal sebagai sepasang naga lembah iblis dan yang kini
telah menjadi kaisar dan panglima besarnya .
Pada hari itu , Kaisar Yang Chien sengaja memanggil
Panglima Cian untuk menghadap dan kedua orang sahabat
yang kini telah menjadi orang-orang besar dengan usia yang
mulai tua itu , duduk berhadapan disebuah ruangan dalam
istana . Mereka tidak kelihatan seperti seorang kaisar dengan
panglimanya , nampak seperti dua orang sahabat saja .
Demikianlah kalau kaisar sedang bercakap-cakap berdua saja
dengan Cian-Ciangkun . Keakraban yang dahulu masih
nampak dalam sikap mereka walau pun Cian–Ciangkun lebih
bersikap hormat .
“ Cian-Ciangkun , “ kata Kaisar setelah dia mempersilahkan
Panglimanya minum arak dari cawan yang disuguhkan . “
Bagaimana pendapatmu tentang gerakan bangsa-bangsa
biadab di Utara itu ? Bangsa Toba tiada hentinya berusaha
untuk menegakkan kembali kekuasaan mereka dan mereka
selalu menggangu daerah perbatasan utara yang demikian
luasnya . Dan agaknya mereka itu hendak mengajak Bangsa
Turki dan Mongol untuk bersekutu , Kalau mereka sampai
bersekutu , mereka akan merupakan kekuatan yang tidak
boleh dipandang ringan “ .
“ Apa yang paduka katakan itu benar sekali , Yang Mulia ,”
Kata Cian Ciangkun yang walaupun mereka namapak duduk
berhadapan dengan akrabnya , tetap saja menunjukkan sikap
seorang bawahan kepada atasannya . “ dan satu-satunya jalan
untuk menghilangkan ancaman dari Utara itu hanyalah dengan
mengirim pasukan dan menundukkan mereka . Setelah kini
kekacauan di selatan sudah dapat ditundukkan dan semua
balatentara berada dalam keadaan menganggur , maka sudah
tiba saatnya untuk mengerahkan pasukan ke utara . “
“ Tepat , kamipun berpendapat demikian , Cian Ciangkun ,
akan tetapi karena usaha pembersihan di utara ini merupakan
pekerjaan besar yang penting sekali , sama sekali tidak boleh
gagal , maka kami bermaksud untuk memimpin sendiri
pasukan besar menyerbu ke utara . Bagaimana pendapatmu ,
Cian Ciangkun ? “ .
“ Yang Mulia , hamba kira hal itu tidak perlu dilakukan .
Untuk membunuh anjing tidak perlu mempergunakan pedang
pusaka I untuk menundukkan para perusuh di utara itu hamba
kira tidak perlu sampai paduka sendiri turun tangan .
Keberadaan paduka di istana masih sangat diperlukan untuk
memperlancar jalannya pemerintahan yang berwibawa , Kalau
paduka pergi sendiri sampai waktu yang lama , hamba
khawatir , akan terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan di
kota raja “ .
“ Hemm , habis bagaimana Ciangkun ? Pekerjaan ini amat
berat dan penting , juga berbahaya. Kami tidak ingin melihat
operasi pembersihan ini gagal . “ .
“ Yang Mulia , apa gunanya hamba berada disini kalau
untuk urusan begitu saja paduka harus turun tangan sendiri ?
Yang mulia , biarlah hamba yang akan mewakili paduka ,
memimpin pasukan dan menundukkan bangsa – bangsa yang
mengancam di perbatasan utara itu “ .
Kaisar Yang Chien memandang sahabatnya itu dan
mengangguk-angguk senang . Diapun percaya , kalau Cian
Kauw Cu yang mewakilinya dan memimpin pasukan , tentu
operasi pembersihan itu akan berhasil baik .
“ Bagus , kalau engkau sendiri yang memimpin pasukan itu
, kami yakin pembersihan itu akan berhasil baik . Pergilah
umumkan keputusan ku . Cian Ciangkun . Persiapkan pasukan
sebanyak yang kau kehendaki dan berangkatlah dalam minggu
ini juga . “
“ Baik , hamba siap melaksanakan perintah Yang Mulia , “
Kata Cian Ciangkun yang segera memberi hormat dan
mengundurkan diri .
Cian ciangkun lalu mengumumkan kepada semua menteri
dan pejabat tinggi tentang perintah kaisar dan dia sendiri lalu
menghubungi para panglima mempersiapkan pasukan yang
akan dibawanya ke utara untuk menundukkan Bangsa Nomad
di uatara itu . Karena perjalanan ke utara melalui daerah
pegunungan dan gurun yang serba keras dan sukar , maka
Cian Ciangkun memberi waktu sekitar satu minggu kepada
pasukan untuk mempersiapkan perbengkalan .
Dirumah grdungnya , Cian Kauw Cu bercerita kepada
istrinya tentang tugasnya mewakili Kaisar untuk melakukan
pembersihan ke utara . Istrinya maklum akan tugas suaminya
sebagai panglima besar . Bukan baru kali ini suaminya pergi
meninggalkannya untuk memim