Di suatu desa terdapat seorang yang sangat kaya raya bernama Hasyim Aamir. Ia tinggal bersama istri dan anak tunggalnya Aamira. Tuan Aamir merrupakan sapaannya. Seorang yang kaya dan baik hati. Senantiasa menolong siapa saja yang membutuhkannya. Apapun yang dibutuhkan warga desa dia selalu menyediakannya. Ternaknya yang sangat banyak dan sawah serta ladangnya yang sangat luas.
Aamira, nama sang putri yang manis dan berkulit hitam.Tuan Aamir sangat memanjakan putri tunggalnya. Apapun yang diinginkan oleh sang putri selalu dikabulkan. Dia juga sangat melindungi putrinya. dan tidak mengizinkan sang putri bermain dengan dunia luar. Untuk masalah belajar Tuan Aamir menyediakan seorang guru untuk mengajari sang putri. Adakalanya sang putri merasa bosan, tetapi Tuan Aamir selalu mempunyai cara untuk membuat sang putri melupakan kebosanannya sejenak. Sebenarnya Nyonya Aamir memiliki ketakutan akan seperti apa nantinya sang putri dewasa nanti, ia takut putrinya tidak mengenal dunia luar dan akan tumbuh dengan sangat manja sehingga selalu membutuhkan bantuan orang lain. Namun, nyonya Aamir tidak pernah mengatakan hal itu kepada suaminya karna dia berfikir bahwa suaminya pasti akan menolak hal itu.
Suatu hari Aamira benar-benar merasa bosan dengan kehidupannya sang selalu dikelilingi kemewahan , hingga dia memberanikan dirinya untuk mengatakan hal itu kepada sang Ibunda. Ibu Aamira akhirnya mau membantu Aamira untuk mengatakan hal itu pada Ayahnya Aamira dan Aamira senang akan hal itu.
Keesokan harinya saat minum teh Tuan dan nyonya Aamir sedang duduk bersama. Nyonya Aamir mencoba berbicara masalah Aamira kepada suaminya itu. “ suamiku kemarin Aamira mengatakan suatu hal padaku, ia ingin bersekolah seperti anak lainnya” ujar nyonya Aamir. “ istriku, kau tahu kan bahkan aku tidak akan sanggup berpisah dengan Aamira walau hanya 1 jam” jawab tuan Aamir. “ aku tahu suamiku, tapi jika kamu terus dekat dengannya dan selalu memanjakannya dan tidak membiarkan dia mengenal dunia luar, bagaimana nanti saat dia dewasa? Bagaimana saat dia harus berpisah dengan mu jika suatu hal terjadi padamu?” jawab sang istri. “kau memang benar, baiklah aku akan menyekolahkan dia, lagipula ini juga permintaannya” jawab Tuan Aamir. Sang istri berkata kembali “Suamiku tapi alangkah baiknya jika kita menyekolahkan Aamira di pesantren di Pulau seberang?”. “apa kau sadar apa yang sudah kau katakan, bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku bahkan tidak bisa berpisah dengannya walau hanya 1 jam?”, jawab tuan Aamir dengan bernada terkejut. “ aku sadar apa yang sudah aku katakan, jika kau hanya menyekolahkannya disekitar sini kau hanya akan menyelesaikan satu masalahnya saja yaitu sekolah, tapi bagaimana dengan hal lainnya seperti mengurangimu dalam hal memanjakan dia, dia harus bisa hidup mandiri” jawab sang istri pada tuan Aamir. “tapi bagaimana nanti aku bisa melalui hal itu dan mengapa harus pesantren?” ujar tuan Aamir. “suamiku, kita harus mengirim Aamira ke pesantren supaya dia juga sekalian belajar ilmu akhirat, lebih baik kita menangis berpisah sementara dengan Aamira untuk menuntut ilmu agama juga, daripada saat kita sudah tua kita akan menangis karna Aamira lalai terhadap urusan Akhirat” jawab sang istri. Mendengar perkataan sang istri akhirnya tuan Aamir mempersilahkan Aamira untuk belajar di pesantren.
Keesokan harinya tuan dan nyonya Aamir mulai mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan Aamira untuk di pesantren. Tapi ada satu hal yang membuat Aamira bingung, karna mengapa untuk sekolah saja butuh persiapan yang sangat banyak hingga ia bertanya pada ibunya, “Ibu, bukankah aku hanya akan sekolah, tapi mengapa persiapannya begitu banyak?”. “kamu akan pergi ke pesantren, pesantren itu tempat dimana kamu belajar ilmu agama dan ilmu umum lainnya, dipesantren kamu harus tinggal jauh dari ayah ibu, mengurus segala perlengkapan kamu sendiri tanpa bantuan orang lain, kamu mau kan belajar di pesantren?” ujar sang ibu Sang Ibu. Karena keinginan besarnya keinginan Aamira untuk bersekolah maka ia menerima hal itu.
Hari yang ditunggu tiba, dimana Aamira harus berpisah dengan sang ayah untuk menuntuk ilmu. Aamira berangkat bersama ibunya untuk ke pesantren, tuan Aamir tidak ikut karna dikhawatirkan akan lebih berat lagi nantinya untuk berpisah dengan Aamira. Perjalanan untuk ke pesantren dangat jauh mulai dari desa ke kota untuk menuju bandara dibutuhkan waktu hamper 7 jam. Dan perjalanan di pesawat menuju pulau seberang dibutuhkan waktu 5 jam. Ditambah lagi perjalanan dari bandara menuju pesantren tersebut dibutuhkan waktu 5 jam. Hingga akhirnya mereka sampai di pesantren itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aamira Dan Nasihat Ibu
SpiritualSeorang anak perempuan yang memiliki tekad kuat untuk menuntut ilmu Berbekal dengan nasihat sang Ibu