💫 Bagian 16

696 75 1
                                    

Awan hitam memenuhi hati yang semakin kelabu, hancur harapan menciptakan luka yang menganga. Perasaan yang sudah lama terpendam hancur begitu saja oleh satu badai.
•••

Suasana di dalam mobil hening, tidak ada yang membuka suara satu pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di dalam mobil hening, tidak ada yang membuka suara satu pun. Antariksa tetap tenang mengendarai mobilnya, di sampingnya Fajar memejamkan matanya. Di bagian tengah dan belakang tidak ada yang membuka suara.

Senja menatap apa saja yang dilewati mobil tersebut dari kaca jendela, entah kenapa hatinya masih terasa sesak saat Fajar membentaknya.

Dirinya tidak suka dibentak, apalagi oleh laki-laki. Dari kecil dirinya tidak pernah dibentak, Ayah dan Kakak laki-lakinya pun tidak pernah membentaknya. Untuk pertama kalinya, ia dibentak oleh laki-laki yang tidak ada hubungan apa-apa padanya.

Ia kesal, marah, dan sedih saat Fajar membentaknya. Ego menyuruhnya untuk membisu, tetapi hatinya memberontak. Sesekali Senja melirik ke arah Fajar yang memejamkan matanya. Entah pemuda itu tidur atau hanya berpura-pura tidur saja.

"Ja, alamat rumah lo di mana?"

Senja tersentak kaget, suara Antariksa memecahkan keheningan yang berada di dalam mobil, "jalan Anggrek 15."

Antariksa menganggukan kepalanya, ia melajukan mobilnya menuju alamat yang disebutkan oleh Senja. Ia melirik ke arah Fajar yang masih memejamkan matanya seraya menyandarkan tubuhnya pada kaca mobil.

Mobil yang dikendarai oleh Antariksa melaju dengan pelan, Antariksa menoleh ke belakang. Menatap Senja yang terlihat melamun, "Senja."

Senja kembali tersentak kaget, ia menatap Antariksa bingung.

"Udah di jalan Anggrek 15, abis itu ke mana."

Senja menatap sekitarnya, benar kata Antariksa. Ini sudah sampai di daerah rumahnya, "gue turun di sini aja."

"Eh." Antariksa mengerutkan dahinya bingung. "Gue anterin aja pakai mobil."

Senja menggelengkan kepalanya, "rumah gue masuk gang."

"Di mana?" tanya Langit yang sedari tadi diam, selama tiga tahun mengenal Senja. Dirinya tidak pernah berkunjung ke rumah perempuan tersebut, Senja selalu memiliki banyak alasan jika dirinya dan Pelangi ingin datang ke rumah Senja.

"Di anterin aja ya, udah malem soalnya."

Langit menganggukan kepalanya menyetujui ucapan Pelangi.

Senja menggelengkan kepalanya, "gak usah." Ia membuka pintu mobil dan langsung keluar. Menatap temannya satu persatu. "Thanks ya." Matanya melirik ke arah Fajar yang memejamkan matanya.

Senja menghela napas, melihat Fajar yang tertidur seperti itu membuatnya tidak tega. Pasti kepala pemuda tersebut sakit, pikirnya. Tetapi ego Senja membisiki jika ia harus marah pada Fajar. Pemuda tersebut sudah membentaknya di depan umum.

Cinta Dua WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang