Riset dalam Novel

244 11 0
                                    

Hari/Tanggal : Kamis, 14 Nopember 2019

Materi        : Riset dalam Novel
Tutor          : WidiSyah
Moderator  : Tary
Notulen      : LC

***-----------**----------***

Perkenalkan, saya Widi. Kalau di sini ada yang sempat ikut OM Jurusan Romance, pasti tahu. Wkwkwk.

Saya member theWWG melalui opmem Suju VII seangkatan sama Kak Tary. Sekarang bermukim di Gen 2 dan sedang berproses menambah pengetahuan literasi (menjadi lebih baik lagi tentunya) di Jurusan Romance.

Saya masih dalam proses belajar dan saya tahu di sini banyak sekali Admin dan Suju yang mungkin memiliki lebih banyak pengalaman.

Jadi saya harapkan kalian untuk aktif. Jika dalam materi yang saya sampaikan nanti ada yang ingin ditambahkan, silakan. Kita saling share aja.

Malam ini kita akan membahas materi tentang Riset. Di kamus, riset berarti penyelidikan suatu masalah secara bersistem dan ilmiah untuk mendapatkan fakta baru demi melakukan penafsiran yang lebih baik.

Nah, riset yang akan kita bahas di sini adalah riset untuk novel/fiksi yang akan kita tulis.

Fiksi adalah cerita rekaan, benar. Ketika menulis fiksi, kita mengarang, mengarang-ngarang. Tapi bukan berarti di dalam fiksi kita hanya halu saja dan tidak terdapat fakta.

Karya fiksi yang kuat adalah karya fiksi yang didukung dengan riset mendalam. Novel genre apapun butuh dukungan riset untuk membuatnya tampil meyakinkan.

Misal, pop romance tentang tokoh yang pekerjaannya ahli Botani.

Bagaimana caranya saya menulis tokoh ahli Botani secara meyakinkan jika pertama, saya bukan ahli Botani, dan kedua, saya tak melakukan riset tentang kehidupan seorang Ahli Botani.

Banyak orang berpendapat bahwa dengan menulis cerita fiksi/ novel artinya penulis boleh mengarang bebas tentang segala sesuatu yang ada dalam cerita tersebut.

Well, hal itu tidak sepenuhnya benar. Meskipun cerita yang diangkat adalah fiksi, cerita tersebut harus tetap nyata dan masuk akal bagi pembaca.

Pembaca tidak perlu percaya cerita itu memang benar terjadi, tapi pembaca perlu percaya bahwa cerita itu bisa terjadi.

Karena itulah, sebelum mulai menulis, sebaiknya kamu melakukan proses riset dulu untuk mengetahui lebih detail hal-hal yang berkaitan dengan cerita agar lebih masuk akal dan sejalan dengan kehidupan nyata. Bila kamu sudah familiar dengan cerita yang akan kamu bangun, mungkin riset yang kamu lakukan tidak akan terlalu rumit. Tapi kalau kamu belum familiar, tentunya kamu harus melakukan riset yang cukup mendalam.

Saat ini riset sudah lebih mudah dilakukan. Ada Google, Wikipedia, Internet. Tapi merambah di dunia maya saja kadang-kadang tidak cukup. Kita tetap butuh membaca buku (cetak) tentang topik yang kita tulis, menonton atau melakukan wawancara, pengamatan/observasi. Apapun yang dibutuhkan oleh cerita.

Dengan riset, penulis mengenali apa yang ia tulis, dan pembaca dapat menikmati cerita yang lebih dari sekadar bualan kosong.

Sebetulnya apa saja sih yang perlu diriset?

1. Karakter
Karakter yang kamu bangun harus benar-benar masuk akal. Karena itu kamu harus memastikan antara umur dan pekerjaan sesuai. Antara pekerjaan dan gaya hidup sesuai.

Selain itu, kamu juga bisa meriset bagaimana topik pembicaraan, tempat hang out, atau bahkan cara berpakaian mereka.

Contoh kasus:

Teman saya pernah berhenti membaca sebuah novel saat menemukan karakter yang diceritakan didefinisikan sebagai dokter jantung sukses dan terkenal se-ibukota dan usianya 28 tahun.

Ringkasan Kelas Menulis The WWG Jilid IVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang