Pesta kini bersemarak di keluarga Lathfierg. Pernikahan putri satu-satunya di keluarga Guarda.
Bulan kini telah mengambil bagian di singgasananya, rumah berangsur sepi dan menyisakan wajah-wajah yang lelah. The~D kini telah beristirahat di apartemen yang Oxy sewa.
Sepasang pengantin baru itu kini telah melepas lelah dengan keramaian dan gerahnya pakaian yang sebelumnya mereka kenakan.
Lidya kini bersandar lemah di bahu suaminya, Louizhiro Zachary Groye. Sesekali ia menutup mulutnya menahan kantuk dan mengerjapkan matanya.
Kini mereka duduk di lantai hanya beralaskan permadani. Gio duduk di sebelah Lidya, sedangkan Oxy dan Aluna berhadapan dengannya.
"Apa yang akan kalian lakukan setelah ini?" sebuah pertanyaan melesat keluar dari mulut Oxy. Pertanyaan itu mengejutkan Gio, Lidya dan Zhiro.
"Pertanyaan bodoh dari orang yang bodoh! Untuk apa kau menanyakan hal itu?" sindir Gio terdengar tidak terima.
"Apa salahku?" tukas Oxy dengan wajah yang terlihat teramat polos.
"Kau salah teramat besar! Berani kau mempertanyakan hal itu kepada mereka? Aku rasa itu adalah hal yang teramat privasi!" cetus Aluna tidak terima.
Oxy menatap langit-langit rumah, untuk sejenak ia berpikir lalu ia terkekeh dan menampilkan rentetan gigi putihnya. "Kalian keliru, aku tidak bertanya tentang hal itu. Tetapi, aku bertanya rencana kalian setelah hidup berdua seperti ini."
"Mungkin setelah ini aku akan berusaha untuk mencari seorang wanita yang akan aku jodohkan kepadamu," gumam Lidya sembari menutup matanya lalu tersenyum, ia berhasil menggoda kakaknya.
"Kau sangat pintar, aku sangat beruntung memiliki adik sepertimu," ungkap Gio dengan senang hati, ia tersenyum sinis menatap Oxy. Kemenangan berada di genggamannya.
"Berarti aku yang kini sangat sial!" teriak Aluna dengan sangat frustasi. Mereka berempat langsung menatap Aluna tanpa ekspresi.
"Lihat saja aku sekarang, jangan sampai nasibku sama seperti Oxy, ya tuhan. Ia tidak mengenal cinta dan tidak punya hati, dasar batu!" jelas Aluna sembari melirik Oxy dengan sudut matanya dan memutar bola matanya.
"Penyebab utamanya adalah aku terlahir di dalam aliran dua keluarga ini. Kau mau tau kak Zhiro? Masuk ke keluarga ini sama saja masuk ke hutan rimba. Tentangku? Aku sangat tempramental dan sifatku berubah kian waktu. Dan lelaki di sampingku kini..."
"Aku mengenalnya dari semenjak ia kecil dan sampai sekarang ia adalah rekan bisnisku," potong Zhiro langsung membuat Aluna menghela nafas pasrah.
"Aku bercerita dengan orang yang salah, harusnya aku mengadukan hal ini kepada Kak Lulu agar setiap kali ia ingin ke sini, ia akan mengurungkan niatnya mendengar perkataanku," gumam Aluna dengan wajah yang terlihat sangat serius.
"Ide yang bagus, aku akan mengurung wanita kesayanganku dalam rumahku," setuju Gio dengan tersenyum sumringah.
"Kak Zhir, kau tidak takut menikah dengan kakakku? Ia sangat menyeramkan. Kau bayangkan saja kedua lelaki ini adalah bodyguardnya, ia mampu menggetarkan hati para penjahat dan satu lagi monster besar dan beberapa pengikutnya kini berada di sekitarnya," gumam Aluna mengadukan hal buruk lagi.
Lalu Aluna langsung menatap Gio dan menaikkan senyumnya. "Dan sang panglima itu, entah berapa orang yang telah ia bunuh. Kau harus tau betapa menyeramkan tinggal di keluarga ini."
"Ditambah lagi Kak Lidya pernah hampir membunuhku," jelas Aluna kian menyambung, berusaha memanaskan suasana.
Zhiro terkekeh mendengar pernyataan Aluna, ia menatap Lidya dan mengecup mesra di pipinya. Lidya mengerjapkan matanya dan terbangun. "Ada apa sih? Sangat mengganggu."
Lidya duduk dengan normal lalu pindah ke bahu Gio. Ia mengerjapkan matanya berusaha untuk kian terlelap lagi, Zhiro hanya melirik perpindahan istrinya ke bahu orang lain. Tidak ada alasan untuk curiga, bagaimanapun Lidya sangat menyayangi Gio dan merasa sangat nyaman di dekat kakak lelakinya itu.
"Dan lihat! Dengan mudahnya ia meninggalkanmu ketika bertemu dengan Si Panglima itu, sebaiknya kau harus memusnahkan lelaki itu dari muka bumi," ujar Aluna menyambar. Zhiro hanya menanggapi dengan senyuman. Dan Lidya langsung terbangun dan duduk menatap Aluna dengan sengit.
"Sekali lagi kau mengatakan hal itu, aku akan memusnahkanmu dari muka bumi," ancam Lidya, wajah Aluna kian memucat. Namun, Lidya hanya terkekeh dan mentertawainya.
"Mengenai pertanyaan Oxy tadi. Sepertinya kami akan tinggal di kota ini," tukas Zhiro mengingat pertanyaan Oxy sebelumnya.
"Bisakah kita tidur? Aku sangat mengantuk," potong Lidya sebelum Oxy dan Zhiro mulai membawa rencana bisnis mereka. Dengan lekas Zhiro langsung menggendong Lidya menaiki tangga, menuju kamar Lidya yang berada di lantai II.
Aluna, Gio, dan Oxy menatap mereka sembari tersenyum.
"Akhirnya sekarang dia terlihat sangat bahagia, aku tau betapa menyusahkannya dia telah mengatur semuanya. Dan terima kasih untukmu," ujar Oxy sembari melirik ke arah Gio.
"Untuk apa? Dia adikku dan akan selalu menjadi adikku, mustahil jika aku tidak melakukan hal untuk membuatnya bahagia."
"Berarti, kisah Lidya berakhir di sini?" tanya Aluna menatap kedua kakak tirinya.
"Tidak, kebahagiaan seperti persinggahan. Bagian hidup sebenarnya adalah ujian. Di bayanganku, kesulitan akan jauh lebih banyak menunggu di kemudian hari," gumam Gio menatap pintu yang baru saja tertutup.
"Lagipula kisah keluarga kita tidak akan selesai untuk diceritakan. Sekarang bukan hanya Lathfierg Guarda tetapi antara Lathfierg, Guarda, dan Groye. Aku yakin semua akan tergetar hatinya ketika mendengar nama ini," sambung Oxy menyela.
"Seperti kata Lidya, masa depan hanyalah abu-abu. Kita tidak bisa menebak dengan pasti. Dan kisah indah tidak selalu berakhir dengan indah."
-Selesai-
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Do Anything For You [Lathfierg Series]✔
TeenfikceBook 2 of Lathfierg series Wajib baca 'Just Cause You, Just For You' terlebih dahulu! "Ini bukanlah akhir dari segalanya." Kalimat yang sering Lidya rapalkan ketika ia terpuruk jatuh, hingga ia mencoba untuk bangkit lagi dan berdiri tegap dengan men...