3. Panas Dingin

27 6 1
                                    

Saat ini Wulan berbaring di tempat tidurnya. Pikirannya berkeliaran pada siang hari tadi kala mengingat obrolan mereka yang membuatnya panas dingin.

"Kalo paru-paru sih lengkap. Gimana? Mau dibayarin gak? Sekalian aku kasi hatinya."

"Ih Abang kasi hatinya kalau udah siap aja." Wulan mengabaikan godaan teman-temannya.Yang dia pikirkan adalah harus membalas godaannya. Memangnya dia pikir aku tidak bisa? Jangan salah ferguso.

"Kalo aku siap udah lama. Tinggal kamunya udah siap apa belum?"

"Boleh nih. Apa sekalian perlu serah terima?" Dibalas dengan kekehan

Radit menaikkan kedua alisnya yang tambah terlihat keren dimata Wulan, "Awas siap-siap aja."

Dia tidak tahu harus senang atau sedih. Dia senang bisa sedekat itu dengannya dan bercanda tanpa ada kecanggungan oleh dirinya sendiri, tapi dia juga sedih karena dia tahu kalau baginya tidak mungkin untuk lebih dari itu.

Tiba-tiba Wulan mengingat kembali saat dimana perasaan yang aneh dan asing itu yang sangat mengganggu dirinya, perasaan yang untuk pertama kalinya dia rasakan.

-2 years ago-

Hiruk pikuk suasana kelas siswa baru di hari kedua masa orientasi. Masing-masing siswa sangat sibuk berpendapat mengenai opini pro dan kontra. Dibagi menjadi beberapa kelompok dan membahas masalah-masalah seperti kenaikan bahan bakar, PHK dan lain-lain.

Teman sebangku Wulan menyenggol bahunya, "Lan, menurut kamu gimana?"

Wulan yang dari awal hanya menggambar asal-asal dibukunya untuk menghilangkan kantuk menoleh, "Hmm?"

Aulia, teman sebangku di masa orientasi dan kebetulan satu sekolah di sekolah menengah pertama dan kebetulan banyak yang mengatakan wajah mereka mirip ini memutar matanya, "Anak-anak yang lain milih kalo naiknya SPBU itu pro."

"Kenapa bisa pro?"

"Ya dengan kenaikan harga bisa membuat negara semakin maju."

"Ah?" Wulan menggerutkan alis. Kenaikan harga bisa membuat negara maju? Berarti kalo harga sembako naik bisa membuat negara maju? Kekurangan gizi di Indonesia udah banyak, gak usah ditambah-tambahin.

Wulan ingin tidak bereaksi berlebihan mengenai masalah ini. Karena, toh ini diskusi bukannya rapat urusan negara. Tapi ya gak gini juga

Melihat wajah Wulan yang kurang setuju, Aulia bertanya, "Pendapat kamu gimana?"

Wulan berfikir bagaimana cara menyampaikan opininya tanpa terkesan sok tahu.

"Hmm.. Gini, setiap keputusan pasti ada dampak negatif dan positifnya dong. Tapi menurut aku, dengan kenaikan harga SPBU akan sangat berpengaruh pada harga sembako, yang pastinya juga akan sangat berdampak pada masyarakat kurang mampu, apalagi jumlah pengangguran di Indonesia kan tinggi. Yang ekonominya buruk akan tambah buruk. Emang bisa dikatakan negara maju kalau masyarakatnya banyak yang menderita?"

Semua orang terlihat serius mendengar pendapatnya, hingga membuat Wulan canggung dan tidak melanjutkan apa yang ada di kepalanya. "Jadi ya gitu..."

"Iya juga sih, gak bisa dibilang negara maju kalo masyarakatnya pada sengsara." Dan diskusi pun dilanjutkan. Tapi yang tidak disadari Wulan adalah semua perkataannya didengar oleh Arief Triawan, Wakil Ketua OSIS.

Dan karena kesotoyannya itulah yang menyebabkan banyak hal tak terduga.

Sedangkan Wulan tidak lagi tertarik degan diskusi dan kehilangan minat untuk melanjutkan menggambar asal-asalanya memutuskan untuk memperhatikan wajah teman-teman kelas orientasinya.

SAYA PAK?Where stories live. Discover now