Hati Chandra berbunga-bunga. Keinginan menjadi pacar Prita, gadis remaja yang pernah ditemuinya itu akhirnya terwujud. Namun, terbersit tanya dalam hati Chandra. Kenapa gadis itu mau menjadi kekasihnya?
Alis Chandra mengernyit. Dahinya tampak berkeriput. Bibir merahnya mengerucut. Otaknya berputar menjawab tanya hatinya.
Prita ... dia memeluk Brave. Tapi setelah itu mengiyakan tawaran menjadi kekasihku?
Chandra menggigit sudut bibir bagian kiri. Ujung pulpen yang dipegangnya, berulang kali diketuk-ketukan dengan irama yang teratur.
"Chan!" Panggilan itu tak diindahkan Chandra. Karena memang dia tidak mendengarnya. Isi dalam cangkang kepalanya masih dipenuhi rasa penasaran tentang perasaan Prita. "CHANDRA!!!" Honey kini sedikit melengkingkan suaranya.
Chandra tersentak. Mendongakkan kepala ke arah wajah Honey yang menyembul dari papan batas meja kerjanya. "Hon, aku belum budeg tau!"
Honey berdecak kesal. "Heh, Chandra! Makan gaji buta banget sih kamu. Kerja ... kerja! Mana laporan hasil kegiatan dinas luarmu kemarin?" Yang ditanya hanya meringis dan memberikan pandangan mengiba seperti Puss in Boots di film animasi Sherks.
"Arrghhh!" erang Honey paham dengan jawaban tak berbahasa itu. "Kapan mau kamu kumpulkan? Kamu tidak mau dapat uang perjalanan dinas?"
"Maulah. Dapat duit kok ditolak," ujar Chandra.
"Makanya bikin laporan hasilmu! SPJ perjalanan dinas paling lama 3 hari dikumpulkan kan? Kalau lebih dari itu ... hangus! Mengerti?" Honey memberikan pelototan tajam kepada Chandra.
"Iya. Ini lagi bikin," kilah Chandra. Jawaban Chandra berhasil menenangkan Honey.
Chandra kemudian menguasai dirinya. Berusaha melupakan segala ganjalan di hatinya.
Ayooo Chandra!!! Kerja ... kerja ... kerja!! Jadilah ASN yang profesional! Chandra menyemangati dirinya. Lelaki itu tak ingin lagi ritme kerjanya terpengaruh perasaan aneh yang tak penting.
Pukul dua belas, pada jam istirahat makan siang, Chandra mengumpulkan laporan hasilnya ke Honey. Gadis itu, seperti biasa, mengajak Chandra keluar makan siang.
"Nih, laporannya." Chandra mengulurkan selembar kertas dari mejanya melalui papan pembatas kubikel kerja mereka.
"Thank you." Honey menerimanya, menyatukan lembaran kertas itu dengan lembaran SPPD yang lainnya. "Eh Chan, makan yuk."
"Ehm, aku ga bisa Hon," tolak Chandra. Honey mendongak, tak percaya ajakan makan siangnya ditolak lelaki itu. "Aku ada janji sama pacarku?"
"APA??" Honey sontak meninggikan suara.
"Reaksimu berlebihan, Hon. Biasa aja kali!" protes Chandra yang kini memakai jaket kulit warna coklat yang sedari tadi disampirkan di sandaran kursi.
"Si ... a ... pa?" Suara Honey bergetar.
"Kamu ga kenal! Ntar deh, aku kenalin. Dah ya Hon!" Chandra meraih kunci motor yang tergeletak di mejanya. Chandra berjalan miring cepat di antara deretan kursi yang tertata saling bertolak belakang. Begitu bisa keluar dari area kerjanya yang sempit, lelaki itu segera mempercepat langkah turun ke parkiran.
Honey terperanjat. Tak percaya dengan informasi yang didengarnya dari Chandra. Lelaki itu, selama ini diketahui betah menjomlo. Bahkan Honey sempat meragukan ketulenan Chandra. Lelaki selengekan, sedikit malas, tapi cerdas, dan hidupnya terlalu easy going itu sejak awal memikat Honey. Selama ini Honey hanya diam. Memendam perasaan, tak ingin merusak persahabatan mereka.
Chandra punya pacar?
Hati Honey patah begitu saja. Niatnya mendekati Chandra untuk memperdalam kualitas hubungan mereka selain sebagai teman kuliah dan sekarang teman kerja se seksi pun kandas. Dalam hati, Honey menjadi penasaran dengan sosok perempuan yang menjadi kekasih Chandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled (Completed)
RomantikChandra Pradipta, pemuda selengekan yang enggan berkomitmen. Di usianya ke 28 tahun, Prita kekasihnya meminta agar Chandra segera menikahinya. Namun, adik Chandra - Cinde, yang enam bulan lagi menikah membuat Chandra tidak bisa langsung menyetujui n...