Family

1.5K 135 7
                                    

"Yai..."

New mengigau lagi. Matanya masih terpejam. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia merengkuh selimutnya, sebelum akhirnya terbangun dengan napas terengah-engah.

Entah karena kamar hotel kapsulnya memang terlalu kecil atau bagaimana, udara panas langsung menjalar ke sekujur tubuhnya. Namun, ia malah menggigil. Ia menarik selimut hingga bahu.

New bermimpi buruk. Lagi. Acapkali ia sedang dalam keadaan tak baik, ia selalu didatangi bayangan hari di mana nenek meninggalkannya. Satu-satunya keluarga kandung yang menyayanginya. Bukan tanpa sebab, sejak awal, New memang bukan anak yang diinginkan. New juga bukan anak yang direncanakan. Ia lahir dari sebuah kecelakaan bernama hamil pranikah.

Kehadiran New semasa kandungan saja sudah membawa banyak masalah. Ibunya harus berhenti sekolah, kemudian ia diusir pula dari keluarganya. Keluarga ibunya langsung memutus hubungan dengan anak perempuannya itu. Selain itu, hubungan ibu dan ayahnya setelah kejadian itu pun malah menjadi buruk. Ayahnya terlihat tak serius, walau sudah berjanji akan bertanggung jawab. Walau akhirnya mereka menikah, hubungan keduanya tak lantas membaik.

Maka tak heran jika ibunya sangat membenci dirinya.

"Diamlah!"

Ingatan saat ia masih kecil itu terulang kembali lagi dalam benaknya.

New sudah berusaha untuk menangis tanpa suara, tapi isakannya tak bisa ia tahan. Sosok wanita bernama ibu itu melemparkan centong sup ke arahnya seraya berteriak, "DIAM THITIPOOM! ANAK LAKI-LAKI HARUS KUAT! TAK BOLEH MENANGIS!"

New mengigit bibirnya. Perlahan, rasa anyir darah terkecap tercampur dengan ludahnya. Jangan menangis...

Hari itu, ibu pergi lagi. Jika sudah begini, biasanya ia akan kembali beberapa hari setelahnya. New merutuki dirinya sendiri yang begitu lemah. Benar kata ibunya, anak laki-laki tak boleh menangis. Anak laki-laki harus kuat. Ia menyeka air matanya, kemudian bangkit untuk mencuci wajahnya.

Anak berusia 6 tahun itu melihat raut wajahnya di cermin. Sembap. Dalam hati ia berjanji, ini adalah tangisan terakhirnya. Ia tak boleh menangis. Ia tak boleh menangis. Ia tak boleh menangis...

New merasakan air mata mengalir dari sudut matanya dengan sendirinya. Janji itu pada akhirnya selalu saja ia langgar. Bahkan di usianya saat ini yang sudah lebih dari 20 tahun, New masih saja sering menangis.

Rasa sesak merasuki hatinya. Bayang soal ibunya yang diingat hanyalah hari itu---hari terakhir di mana ia melihat ibunya. Maka, kata-kata itulah yang terpatri dalam ingatannya. Lalu, bagaimana dengan ayahnya sendiri? Ia bahkan tak bisa mengingat wajahnya sama sekali saking jarangnya pria itu pulang ke rumah. Ingatannya hanya mampu mengingat bau alkohol yang menguar ketika ayahnya lewat di hadapannya.

Nenek selalu prihatin melihat keadaan New yang begini, tetapi nenek tak bisa membawanya begitu saja. Maka, setelah mengetahui ibu tak pernah kembali, Nenek mulai tinggal di rumah New. Beliaulah yang kemudian mengurusi kehidupannya sehari-hari.

Ketika pengadilan memutuskan ibu dan ayahnya resmi bercerai, nenek langsung memboyong New ke Chaiyaphum tanpa persetujuan ayah---yang notabene anaknya sendiri. Walau pengadilan menjatuhkan hak asuh pada ayahnya karena dianggap lebih mampu mengurus New, nenek lah yang paling tahu keadaan sebenarnya. Pengadilan hanya melihat mereka sebagai orang tua, bukan ayah dan ibu.

"New, yai sudah buatkan Tomyum kesukaanmu..."

"New, banyak minum. Cuaca sedang panas."

"New..."

New memeluk lututnya sendiri, berkhayal seakan saat ini nenek sedang memeluk dirinya dari surga.

***

Kau sudah makan?

Tay mengirim pesan lagi, walau sedari kemarin belum ada juga tanda dibaca dari tiap pesan yang dikirimnya. Ia menghela napas, memandang ke luar jendela... New ke mana? Ini sudah malam lagi, sementara ia belum ada kabar juga...

Pikiran Tay jadi tak fokus. Pikiran soal kemungkinan-kemungkinan terburuk terlintas di benaknya bergantian. Tuhan, tolong jaga New...

Tay benar-benar tak mengerti mengapa New menghilang begini. Sebelumnya, New tampak baik-baik saja. Ia masih tertawa mendengar jokes bapak-bapaknya. Ia juga masih tersenyum tatkala Tay datang menjemputnya. Apa Tay membuat kesalahan yang tak ia sadari?

Kalau dipikir-pikir, New seperti selalu menyimpan semuanya sendiri. Ia jarang---bahkan hampir tak pernah---mengeluh pada Tay. Setiap kali pemuda itu berkata tidak apa-apa, Tay berusaha berpikir positif kalau New memang anak yang benar-benar kuat.

Dan ya, sekuat-kuatnya manusia... pasti ada batasnya kan?

Tay keluar, kemudian berjalan menuju kamar yang terletak tepat di sebelah kamarnya. Belum ada tanda-tanda jika si pemilik kamar itu---New---sudah pulang. Sepatunya tak ada. Dari luar, terlihat jika lampunya masih tak dinyalakan. Namun, Tay masih punya harap. Ia menempelkan telinganya ke pintu, berharap mungkin saja New masih terlelap di dalam. Namun, ia benar-benar tak mendengar apa-apa. Kamar itu kedengarannya memang kosong.

Satpam pun memberikan keterangan yang membuat hatinya makin resah: Ia belum melihat New pulang, bahkan hingga detik ini.

Tay menarik dan membuang napasnya berkali-kali. Fokus, Tay. Jangan panik. Ia berusaha sebisa mungkin agar tetap tenang, supaya bisa berpikir dengan jernih, sehingga ia dapat segera bertemu dengan New.

"Mungkin di sana," ucapnya pelan. Ia kemudian masuk ke dalam mobilnya, menuju tempat yang mungkin didatangi New.

Ia akan pergi ke Chaiyaphum.

***

New menaiki bus pertama yang harus ia naiki untuk pergi ke Chaiyaphum. Perjalanannya kali ini bakal panjang: sekitar 17 jam lamanya. Namun, New tak punya pilihan lain selain pulang ke sana.

New menaiki bus dari Chiang Mai Arcade menuju Morchit. Nantinya, ia akan turun di Chatucak, Bangkok, untuk kemudian mengganti bus menuju Chaiyaphum.

New menatap ke luar jendela. Ia yakin, jika Tay masih belum menyerah untuk mencarinya, Tay pasti akan terpikir untuk mencarinya ke Chaiyaphum. Namun, New benar-benar tak punya pilihan lain.

Lagipula, sejak kapan ia punya banyak pilihan dalam hidupnya?

Untuk saat ini ia cuma bisa berharap, lebih baik Tay menyerah dan tak menyusulnya ke Chaiyaphum.

Semoga.

tbc
w/n: Halo guys. Wadee.
Sebelumnya saya mau minta maaf kalau rute dari Chiang Mai ke Chaiyaphum ini kurang tepat, hehe. Saya cuma riset pake Google... Hahaha 😔
Mohon dimaafkan.

Mungkin cerita ini enggak bakal panjang-panjang, soalnya saya mau buat ceritanya enggak terlalu rumit dan enggak bertele-tele juga. Saya juga enggak tega "menyiksa" New terlalu jauh... 😂

Hmm... apalagi ya?
Oh, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. Hope you guys enjoy it, and I'll see ya again~

Imperfection x TayNew (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang