12. Beauty and The Beast

27 3 0
                                    

Tak selalu pemilik wajah rupawan itu hatinya sama seperti wajahnya. Kadangkala, hati dan rupanya bertolak belakang.

*****

Kuna memejamkan erat matanya, menyandarkan kepalanya di bahu Deka. Hembusan angin malam menerpa lembut di kulit Kuna, namun tak terasa. Karena pria disampingnya selalu kemberi kehangatan.

Deka menatap Kuna yang tenang, tertidur didekapannya. Wajahnya cantik tanpa banding. Bahkan para putri Disneyland pun kalah cantiknya. Mungkin itu bagi Deka. Kuna begitu sempurna dimatanya. Deka menatap jam tangannya, ah sial! Secepat inikah waktu berjalan. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Matilah Deka! Alkan pasti marah padanya.

Pria itu mengambil ponsel di saku jaketnya. Benar saja, ada hampir seratus lebih panggilan tak terjawab dari Alkan. Deka menghela nafas gusar. Namun sesekali ia memandangi wajah cantik Kuna saat tertidur, Deka terpaku. Lalu ia mengulas senyumnya. Seperti biasa, senyum yang tak bisa diartikan.

Deka memilih untuk menelepon Alkan. Dengan cepat pria itu mengangkat telfonnya.

"Dari mana saja kau? Kenapa tak bisa dihubungi? Jam berapa sekarang? Kenapa belum juga pulang?" pekik lelaki disebrang sana. Suara datar dan dinginnya mampu membuat Deka bergidik ngeri.

"Maaf Al, kita terjebak macet," jawab Deka gugup. Tak ada pilihan lain selain berbohong.

Deka dengan jelas mendengar helaan nafas panjang dari pria itu.

"Dimana Kuna?"

"Dia sedang tidur."

"Baiklah, cepat pulang dan hati-hati. Saya terus menunggu di depan rumah," ucap pria itu dingin. Lalu mematikan panggilan secara sepihak.

Deka menatap ponselnya, sedikit dapat bernafas dengan lega. Setidaknya ia tak akan dibunuh oleh Alkan yang super posesif terhadap Kuna!

Deka lalu menatap Kuna, sangat lekat. Ia membelai lembut pipi putih nan mulus milik Kuna. Wajahnya mulai perlahan mendekat, sangat dekat hampir tak berjarak. Bahkan hembusan nafas Kuna dapat terdengar.

Deka kaget saat Kuna tiba-tiba bangun. Dengan ekspresi wajah sedikit sadar, gadis itu mengerjapkan matanya.

"Maaf, Aku ketiduran," ujarnya polos. Deka tersenyum.

"Kamu ngantuk?" tanyanya lembut. Kuna mengangguk sambil menguap. Deka mengacak-acak puncak rambut Kuna dengan lembut. "Ayo pulang," ajaknya. Kuna sekali lagi mengangguk dan mengikuti langkah Deka. Pria itu menuntunnya hingga sampai ke mobil. Merekapun langsung memasuki mobil tersebut.

Lalu Deka langsung menancap gas mobilnya. Membelah jalanan yang sepi dengan penerangan yang remang-remang.

Di sepanjang perjalanan hanya keheningan yang mengisi suasana. Tak ada pula kendaraan yang berlalulalang tengah malam begini. Deka membayangkan kejadian tadi. Hampir saja pria itu mencium Kuna jika saja gadis itu tidak bangun! Ah sial, kenapa dengan dirinya! Rasa ingin memiliki seutuhnya yanh seharusnya tak boleh terjadi. Sadarlah Deka!

Pria itu kemudian berusaha keras menghilangkan pikirannya yang, kotor. Ia tak tahu kenapa sampai sekarang degup jantungnya berpacu begitu hebat. Deka menatap Kuna yang tengah melihat pemandangan sekitar dari jendela mobil.

"Kamu kalau masih ngantuk tidur lagi aja Kun, nanti aku bangunin kalau sudah sampai." pandangan Kuna kini tertuju kearah lain, yakni menatap kekasihnya, Deka. Gadis itu menggeleng pelan, kemudian tersenyum.

"Enggak, aku mau temani kamu," jawabnya. Deka tersenyum. Pandangannya lurus kedepan jalanan.

"Percuma kamu temani aku tapi nggak ajak ngobrol," sahut Deka. Kuna tersenyum canggung. "Lebih baik kamu tidur aja."

FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang